15 | Time Traveller (2)

6.2K 907 28
                                    

Viona melangkah dengan angkuhnya ke hadapan kami, yah seperti biasa tatapan sinisnya itu selalu menyorot ke arahku.

"Apa maksud ucapanmu barusan, Fan?" Tanya Nicholas.

"Nick, aku minta maaf tapi, tapi..." Fandy tampak kesulitan untuk melanjutkan kalimatnya.

"Tapi teman kalian ternyata adalah seorang pembunuh! Dia lah yang telah membunuh Ratna, ibu kandungnya sendiri. Sungguh kejam," sahut Viona tanpa diminta.

Mataku spontan melotot ke arahnya dan mulutku menganga lebar mendengar kalimat yang barusan diucapkan wanita itu. Aku tidak habis pikir lagi, seketika jantungku terasa berdetak dengan kencang karena ketakutan dan rasanya aku ingin menangis mengingat bagaimana tragedi naas beberapa hari yang lalu. Tetapi satu hal yang selalu berkelebat dalam pikiranku yang sampai kini tak dapat kuterima yaitu aku bukan pembunuh.

"Aku bukan pembunuh! Aku tidak membunuh siapapun!" teriakku

"Jangan mengelak, dari rekaman cctv yang terpasang di rumah, terlihat jelas kau mendorong Ratna dari tangga," sahut Viona lagi.

Kemudian salah seorang oknum polisi itu memperlihatkan sebuah rekaman yang menunjukkan tragedi di saat ibu terjatuh. Memang, posisi kamera saat itu membelakangi tubuh ibu, hingga jika dilihat dari sudut pandang tersebut, memang terlihat seakan aku mendorongnya, tapi kenyataannya saat itu sangat berbeda. Aku hanya ingin meraih tubuhnya.

"tidak! Itu tidak benar, itu tidak benar sama sekali! Teman teman kalian..."

Sesaat ku pandang ekspresi teman-temanku yang sepertinya tak percaya sama sekali padaku. Mereka semua diam, mereka semua memalingkan pandangannya dariku, bahkan Nicholas yang kukenal memilih menutup mulutnya erat-erat tanpa ada pembelaan.

Ini benar-benar menyakitkan.

"Apa-apaan ini? Jadi kalian tidak percaya padaku? Apa kalian percaya begitu saja dengan rekaman bodoh yang..."

"Cukup nona Fairuza, kami harus membawamu ke kantor polisi sekarang juga!"

"Aku tidak mau!"

Genggaman polisi itu terasa sangat erat di pergelangan tanganku. Aku tidak menyangka, apakah akan senaas ini akhir hidupku? Berakhir di penjara? Dengan kesalahan yang sama sekali tidak ku perbuat.

Apakah...apakah aku akan membiarkan Viona menang begitu saja?

Kutatap sekali lagi wajah teman-temanku yang masih diam seribu bahasa menyaksikan diriku yang tengah memberontak dari paksaan semua oknum polisi ini. Dan pada akhirnya, Viona tersenyum sinis penuh kemenangan.

"Sudah kukatakan, aku...aku..."

"Aku bukan pembunuh!"

Dengan sekuat tenaga aku memelintir pegangan polisi tersebut hingga membuatku berhasil lepas dari orang-orang ini. Tidak ingin kehilangan peluang, aku segela menerobos lari keluar villa tanpa peduli teriakan-teriakan yang bergema di belakangku. Aku berlari secepat yang aku bisa dan saat menoleh kebelakang beberapa saat, tanpa sengaja aku menabrak seseorang.

Bukkk

"Hey! Sialan, tepat dihidungku!"

"menyingkir dari hadapanku brengsek!"

Aku segera bangkit dan kembali berlari tanpa menghiraukan bahwa yang ku tabrak barusan adalah Rehan. Sepertinya dia baru saja datang, namun sayangnya ia terlambat. Tanpa pikir panjang aku segera berlari menuju ke arah hutan, tidak peduli goresan-goresan ranting kering yang mengenai kulitku aku tetap berlari sekencang mungkin tak tentu arah.

ABHATIWhere stories live. Discover now