36 | Penghianat

4.2K 644 52
                                    

Bruk!

Seseorang mendorong tubuh Laras hingga ia terjungkal ke depan. tangannya telah terikat ke belakang dan mulutnya dibungkam dengan kain. Seluruh senjatanya kini telah dirampas semua hingga ia tak dapat berbuat apa-apa. Laras mencoba memberontak namun semua usahanya sia-sia saja.

"Sebelumnya aku tidak pernah menyangka kau akan datang kemari. Tapi kau hanyalah seekor serangga kecil, sangat mudah bagiku untuk menyingkirkanmu."

Laras memincingkan kedua matanya, andai ia bisa mengeluarkan suara, ia pasti sudah memaki pria itu.

"Sekarang, kau akan ku beri dua pilihan, gadis muda. Kau ingin menghabiskan hidupmu di pakunjaran, atau menyusul kakek dan kedua orang tua mu di Nirwana? Ha...ha...ha...."

Laras yang sudah diluap api kemarahan, mencoba menyerang dengan mengambil kesempatan saat pria itu tertawa. Ia memanfaatkan kedua kakinya yang tidak terikat untuk menyerang. Darsana terkejut hingga ia tersentak ke belakang.

Laras memutar tubuhnya dan kini ia berada dalam posisi berdiri dengan kedua kakinya, ketika setiap orang berusaha menghadangnya, ia akan memberikan tendangan jejag kepada tiap orang itu satu per satu. Sementara saat mereka kesakitan, ia melompat dengan cepat ke arah Darsana, pria itu adalah sasaran utama kemarahannya, ia menendang perutnya hingga tersentak ke belakang berkali-kali, ia bahkan tak memberikan ruang gerak sedikitpun pada Darsana. Salah seorang kemudian menarik pedangnya dan melukai tungkai atasnya hingga ia meringis kesakitan dan menjatuhkan kedua lututnya. Darah segar pun mengalir dan membasahi lantai. Laras tergeletak lemas sambil menahan kesakitan.

Darsana kembali berdiri tegak seakan tidak kesakitan sama sekali, padahal sebelumnya Laras yakin bahwa serangannya barusan berhasil mengenai pria itu. Namun, melihat caranya berjalan sekarang, ia terlihat biasa saja bahkan seakan tidak merasakan apapun.

kemudian ia berjalan mendekati wanita yang tengah terkapar di lantai itu, "Harus ku akui, kekuatanmu lumayan untuk seorang pejuang wanita satu-satunya yang ada di Bhumi Mataram ini. Tapi, kenapa kau harus selalu repot-repot melakukan semua itu Laras? Apakah aku harus mengingatkanmu, dimana kah posisi seorang perempuan harusnya berada? Kau..."

Pria itu berjalan semakin dekat kemudian berjongkok di hadapannya seraya berkata, "Kau sama sekali tidak pantas. Harusnya kau malu pada dirimu sendiri, sungguh menyedihkan." bisiknya.

Kedua manik mata gadis itu tengah dilahap kemarahan yang amat besar, tetapi ia telah kehabisan banyak tenaga, ditambah dengan darah yang terus mengalir keluar membuatnya semakin lemah. Ia hanya bisa menarik napas dengan susah payah.

"Dengar Laras, sekuat apapun kau berusaha, suatu hari aku pasti bisa mencapai tujuanku, para leluhur Dinasti Sanjaya akan mendengar suara riuh gemuruh penyambutan seorang raja yang akan membangun dinasti baru di atas tanah ini!" Darsana membentangkan tangannya, Kedua matanya terbelalak dengan senyuman lebar.

"Rakai Pikatan dan Pramodawardhani tidaklah lebih dari sekedar sampah yang menghalangi jalanku. Dengan membuat jarak mereka merenggang, maka akan semakin mudah bagiku menyingkirkannya satu per satu. Dan kau..."

"Kau adalah orang yang telah banyak membantuku untuk menghancurkan hubungan mereka. Aku sangat berterima kasih padamu, Laras." ucapnya sambil membelai rambut Laras yang sudah terurai berantakan sejak tadi.

Laras tidak suka saat pria itu menyentuh rambutnya. Terlebih, ia pun membenci sifat asli yang ditunjukkan pria itu. Namun hal yang paling mengguncangnya saat ini adalah saat ia tahu bahwa ia telah bertindak bodoh selama ini. Ia merasa sangat menyesal bahkan ia sangat malu pada dirinya sendiri.

ABHATIWhere stories live. Discover now