10 | Srikandi

8.7K 1.2K 10
                                    

Pagi itu Ratih dan Laras tengah bersantai di sebuah taman pasraman, sembari menikmati udara sejuk di pagi itu, Laras menceritakan banyak hal tentang pengalaman hidupnya selama di pasraman. 

Laras adalah cucu satu-satunya Resi Adwaya. Kedua orang tuanya meninggal saat ia masih kecil dan sejak saat itulah kakeknya mengasuh Laras di pasraman, itulah mengapa Laras tidak memiliki teman, sebab ia tinggal di lingkungan para kesatria dan Laras kecil selalu hidup mandiri dengan bantuan mbok Darmi sebagai pengasuhnya.

Karena faktor lingkungannya, Laras menjadi tertarik dengan seni bertarung dan ilmu bela diri sehingga saat umurnya belum genap sepuluh tahun, ia dapat menguasai ilmu bela diri dengan cukup baik. Itu karena ia selalu menyimak semua ajaran yang diberikan guru di pasraman secara diam-diam.

Seiring berjalannya waktu Ia mampu menghafalkan semua yang diucapkan guru di pasraman. Bahkan, ia juga bisa menghafal semua teori jurus-jurus sebelum di praktikkan hanya dengan sekali saja mendengarkan.

Setelah mengetahui kemampuan yang dimiliki cucunya itu, Resi Adwaya kemudian mengijinkan Laras untuk belajar ilmu bela diri tingkat lanjut. Bahkan untuk mendalaminya, terkadang Resi Adwaya sendiri lah yang mengajarinya.

Di sinilah Laras menyadari bahwa ia adalah murid perempuan satu-satunya di pasraman, dan hal itu menjadi sangat mencolok di kalangan murid atau cantrik yang lain. Selain jelita, ia juga sangat mahir ilmu bela diri bahkan kemampuan Laras pun tidak bisa seenaknya saja di remehkan. Ilmunya bahkan jauh melampaui seseorang yang tingkatannya lebih tinggi darinya.

Selain ilmu bela diri dan seni perang, ternyata ia juga belajar banyak ilmu pengobatan herbal dari guru-guru lain di pasraman. Itulah mengapa ia sering kali membantu mengobati setiap ada cantrik yang cedera saat latihan. Ia menghabiskan hari-hari hanya dengan mbok Darmi, tapi sekarang ia merasa bersyukur karena memiliki Ratih yang hadir sebagai teman perempuan sebayanya.

"Terima kasih sudah datang dalam hidupku Ratih," ucapnya di akhir cerita.

Ratih tersenyum mendengarnya dari mulut Laras, ia membayangkan betapa berharganya dirinya bagi seseorang. Dan itu mampu membuatnya terlupa akan kepedihan di hidupnya sendiri yaitu kehilangan memori tentang jati diri sekaligus kehilangan orang-orang yang dicintainya, keluarganya.

"Jangan pernah merasa sendirian Ratih, aku sudah berjanji akan selalu membantumu. Ceritakan apa saja masalah yang kau hadapi padaku" ucapnya lagi dengan mata berbinar-binar.

Kata-kata Laras seketika membuyarkan lamunan Ratih. Ia jadi teringat akan kejadian semalam yang belum sempat ia ceritakan kepada Laras. Pemuda itu, yang Ratih ingat namanya Raka mungkin adalah salah satu murid Resi Adwaya, dan kurang lebih Laras pasti juga mengenalnya.

"Ah, iya aku ingin mengatakan sesuatu padamu," ujarnya.

"Apa? Tentang apa?" Laras tampak menyimak

"Apa kau ingat saat kejadian di pasar waktu itu? Sebenarnya seseorang telah menolongku waktu itu, hanya saja saat kau datang tiba-tiba saja pria itu sudah menghilang. Dan siapa sangka, semalam dia datang menemuiku." jelasnya.

Laras mengangkat kedua alisnya sambil menganga lebar.

"Hah, siapa?" tanyanya tidak sabaran.

 "Yah...dia tinggi, matanya indah, dan...kuakui dia tampan. Walau sedikit menjengkelkan." decaknya sambil memutar bola mata kesal.

"Kau hanya bermimpi Ratih," ujar Laras menyikunya dengan lengan sembari tersenyum menggoda.

"Aku bersumpah aku tidak bermimpi! Jadi begini kejadiannya..." Ratih menceritakan semuanya dari awal.

"Dia berguru di pasraman?" tanyanya mulai serius. Kedua alisnya tersentak ke belakang secara bersamaan.

Ratih mengangguk ragu "Sepertinya iya."

ABHATIWhere stories live. Discover now