"Kejutan!" sahut Kak Reinhart.
Dia pun mulai menembak ke arahku dan Catherine. Aku harus menggunakan tehnik sihirku sekarang.
Enam tembakkan. Sebanyak itu tehnik sihir yang harus kutembakkan untuk menghindari hujan pelurunya. Andai aku mengisi ulang tadi mungkin aku bisa menembak balik saat menembakkan tehnik sihirku.
Catherine pun mulai menembak ke arahnya. Pada saat itu, dia sedang mengisi peluru senjatanya seraya berlari menghindari peluru-peluru Catherine yang menghujaninya.
Pengisi ulanganku lebih cepat. Sontak aku langsung menembak lagi ke arahnya. Dan, berhasil! Dia pun tersungkur di tengah-tengah pelariannya. Tapi, anehnya ruangan ini belum mengakhiri simulasinya.
"Haha, bodoh! Di dunia ini tidak ada musuh yang bermain adil!" sahutnya tiba-tiba. Jangan bilang pakaian yang dia kenakan sekarang ....
"Benar. Pakaian yang kupakai adalah pakaian anti peluru. Hanya tembakkan sihir yang dapat menembusnya. Karena itu Jamie, kembangkan lagi tehnik sihirmu jika kau ingin menyelamatkan gadis berhargamu itu!"
Rupanya dia tahu juga soal kasus itu. Ya, seharusnya aku tidak heran lagi. Jabatan dia terlalu tinggi untuk tidak mengetahui kasus sepenting itu.
Catherine pun langsung menembakkan tehnik sihirnya. Kak Reinhart, dengan senjata luar biasanya menghentikan seluruh peluru sihir itu.
Meskipun Catherine mampu menembakkannya tanpa mengisi ulang, kemungkinannya dapat mengenainya tidak terlalu besar. Kak Reinhart terus menerus membuat jarak di antara mereka berdua, secara langsung juga mengurangi jarak tembak Catherine.
Aku harus segera melakukan sesuatu. Jika terus menerus begini, nyawa Catherine dalam bahaya. Aku pun berlari ke arahnya, niat membantunya menghalau peluru-peluru dari Kak Reinhart.
"Sudah cukup main-mainnya!" sahut Kak Reinhart
Setelah mengisi ulang, dia pun mulai menembak lagi. Sontak Catherine menembakkan tehnik barrier sihirnya. Namun, tidak kusangka. Barrier itu berhasil dihancurkan oleh peluru-peluru dari Kak Reinhart.
"Catherine Angel tereliminasi." Sahut sistem ruangan.
Aku terlambat. Aku tidak berhasil menyelamatkannya tepat waktu. Ah, aku seharusnya tidak berpencar terlalu jauh dengannya.
"Hei Jamie, lihat. Kamu membiarkan rekanmu mati begitu saja. Dengan begitu kamu ingin menyelamatkan gadis pujaanmu Yuki? Jangan membuatku tertawa." Ujarnya.
Dia benar-benar menjadi orang yang berbeda saat di medan tempur. Aku hampir tidak percaya orang yang kuhadapi sekarang adalah Kak Reinhart dari beberapa menit yang lalu.
Dia mencoba mematahkan semangat bertarungku. Sama seperti musuh dalam anime-anime pada umumnya. Meskipun aku tahu dia hanya mengujiku, kalimat-kalimatnya berhasil menggores hatiku.
"Hm, aku malah sempat berpikir sebaiknya dia mati saja. Lagipula, hanya kamu yang peduli dengannya. Kamu dengan kemampuanmu yang lemah itu. Biarkan saja dia mati, seperti kamu membiarkan mati rekanmu itu." Lanjutnya.
Kalimatnya sudah tidak lagi menggores, melainkan menikam tepat di lubuk hati terdalamku. Air mata mulai menetes dari kedua mataku. Hentikan Kak Reinhart. Aku tidak kuat lagi mendengarnya.
Tidak, dia tidak akan berhenti meskipun dia melihatku menangis seperti ini. Aku harus benar-benar mengalahkannya. Dia benar, aku dengan kemampuan lemah seperti ini tidak mampu untuk menyelamatkannya. Tapi, itu bukan yang hatiku katakan.
Aku pun berlari ke arah Catherine yang terpaksa terkapar sebelum duel ini berakhir. Tentunya Kak Reinhart langsung menembak ke arahku. Dengan tehnik sihir andalanku, aku menghentikan peluru-pelurunya.
Tepat saat dia mengisi ulang kedua senjatanya, aku mengambil pistol otomatis milik Catherine. Ya, inilah rencanaku. Semoga saja aku bisa menembakkan tehnik sihir juga dari pistol ini.
"Pinjam sebentar ya." Ujarku kepadanya.
Walau hanya sekilas, aku melihat kedua matanya berkaca-kaca. Sudah cukup. Akan kuakhiri latihan batin ini dengan memenangkan duel ini.
Dia pun menembak lagi ke arahku. Aku pun mengarahkan kedua pistol ini ke arahnya. Aku menembakkan tehnik sihir penghenti peluruku seraya mencoba untuk menembakkan peluru sihir dari pistol Catherine.
Tepat setelah hujan peluru darinya berakhir, pistol Catherine mulai bersinar mengeluarkan cahaya kuning.
"Ti-tidak mungkin!" sahut Kak Reinhart, terkejut.
Dan, sesuai harapanku. Rencanaku berhasil dengan sempurna. Kak Reinhart tidak sempat menghindar dan menerima peluru-peluru sihir itu begitu saja.
"Reinhart Pendragon tereliminasi. Duel dimenangkan oleh sudut selatan." Ujar sistem ruangan.
Akhirnya, aku berhasil menghentikan siksaan batin ini. Kedua kaki dan sekujur tubuhku terasa lemas. Kesadaranku perlahan mulai menghilang. Tepat sebelum kesadaranku benar-benar hilang, aku pun bertanya kepada diriku sendiri.
"Apakah ... aku sudah cukup kuat ... untuk menyelamatkannya ...?"
***
Alhamdulillah, akhirnya updet juga :3
Gimana? Author sendiri si cukup puas dengan bab yg satu ini...
Pendapat kalian gimana?
YOU ARE READING
Synchronization
Science FictionJamie Anderson, anak remaja berumur 16 tahun yang tinggal di sebuah kerajaan yang bertahan di masa depan. Kemajuan teknologi yang luar biasa membawa juga dampak negatif pada dunianya. Dia ditakdirkan menyelamatkan dunia dari ancaman sebuah perusaha...
Chapter 5 (Part 1)
Start from the beginning
