Chapter 5 (Part 1)

Start from the beginning
                                        

"Untuk latihan pertama kalian. Entah mengapa aku memiliki firasat kalian akan berhadapan dengan final boss nanti seperti di game-game RPG. Mungkin kalian berdua melawanku akan menjadi pemanasan yang baik."

Melawan Kak Reinhart? Terlihat dia menggunakan senjata jenis Assault Rifle biasa dengan scope jarak pendek.

"Commander Reinhart. Authorization check." Ujar Kak Reinhart.

"Authorization granted." Balas sistem ruangan.

Dia pun membuka hp-nya dan mulai menekan-nekan layarnya dengan jempolnya.

"Duel simulation set. Location: Parking lot."

Seketika ruangan ini berubah menjadi tempat parkir sejauh mata memandang.

Tiga lingkaran seketika bersinar dari sisi selatan dan utara ruangan. Dua di selatan dan satu di utara.

"Silahkan kalian berdua menuju dua lingkaran disana."

"Yah, aku maunya satu tim dengan kakak." Ujar Catherine memelas.

"Haha, tidak bisa sekarang ya. Lain kali saja." Tolaknya halus.

Catherine pun dengan cemberut melangkah menuju kedua lingkaran itu.

"Hei bocah, ayo." Sahutnya dengan pandangan tidak senang ke arahku. Ah, bagaimana aku bisa akur dengan gadis ini?

Setelah kami berada di lingkaran masing-masing, hitung mundur pun dengan otomatis dimulai.

"3 ... 2 ... 1 .... Start!"

"Kali ini kita tidak memakai senjata taktis, hanya murni senjata yang kita pegang seperti latihan pertama kita. Tidak masalah, kan? Dengan tekadmu itu, aku yakin kamu bisa melakukannya." Pujinya sembari menepuk pundakku.

"Wah, jarang-jarang kamu memujiku. Apa kamu salah makan siang ini?" tanyaku bercanda.

Dia memukul lenganku, "jahat banget sih. Aku baru saja memujimu lho."

"Iya iya, maaf."

"Tolong ... ajari aku ...." Ujarnya lirih, hampir tidak terdengar.

"Apa?" tanyaku, memastikan kalau aku tidak salah dengar.

"Ti-tidak apa-apa. Kembali fokus ke Kak Reinhart. Sekedar informasi saja, senjatanya bukan Assault Rifle biasa. Senjatanya adalah—."

Tepat sebelum dia selesai berbicara, Kak Reinhart mulai menembakki kita. Sontak kami berpisah dan menghindari tembakkannya.

"Sudahi dulu pacarannya, tetap fokus ke musuh kalian! Jika tidak, kalian sudah menjadi keju swiss sebelum sempat menyerang musuh kalian!" sahutnya.

Dia menembak dari jarak tembak Sniper Rifle pada umumnya. Andai kami tidak bergerak, pastinya kami sudah mati ditempat.

"Jamie, kepung dia!" sahut Catherine, memberi arahan.

Aku mengangguk. Jika kami berpencar, dia tidak bisa menembak kita berdua secara bersamaan.

Aku sudah bisa menyerangnya sambil berlari dengan jarak segini. Aku pun menembakkan ke enam peluruku. Tepat setelah itu, dia membalas ke enam tembakkanku. Terlihat percikan bunga api di antaraku dengannya. Jangan bilang dia menembak tepat ke peluru-peluruku.

"Oh, mengepungku ya." Ujarnya.

Dan setelah kalimat itu, senjata yang dia pegang terbelah menjadi dua. Menembak peluruku saja sudah terdengar gila. Apakah ini yang Catherine maksud dengan senjatanya yang tidak biasa?

SynchronizationWhere stories live. Discover now