34. Kemarahan Lea

16K 875 2
                                    

Jangan lupa vote dan commentnya
Happy Reading 😊

***

Kehadiran Arial dalam hidup Lea membuat harinya berubah sekarang. Biasanya di pagi hari seperti ini Lea akan mendengar teriakkan Mamanya yang tengah membangunkan Nea, kakaknya.

Setelah itu Nea akan menjawab teriakan Andin juga dengan teriakan. Benar, Andin dan Nea itu sama, suka berteriak. Namun Lea sempat heran karena kakaknya itu hanya akan berteriak jika dirumah.

Lalu jika waktunya sarapan Lea akan melihat Andin begitu sibuk menyiapkan makanan kesukaan Nea, menawarkan Nea makan ini dan itu.

Dan yang Lea lakukan hanya lah diam, memperhatikan seberapa perhatiannya Andin kepada Nea.

Lea merasa beruntung karena hanya Andin yang memperlakukannya berbeda dengan Nea. Sedangkan Dava memperlakukan Lea dan Nea sama, tak ada rasa pilih kasih.

Namun kini berbeda, jika dulu hanya Andin yang menatap benci kearah Lea kini Dava juga menatap Lea dengan pandangan yang sama.

'Lupakan hal itu bodoh jika tak ingin merasa semakin terluka' batin Lea.

Sebelah tangan Lea terangkat membuka pintu lemari es, Lea mendesah pelan saat hanya melihat ada telur, daun bawang, wortel dan sosis.

"Ini sebabnya Bunda nyuruh gue belanja semalam" gumam Lea.

Semalam, setelah berpamitan dengan Arial dan Lea, Dinda berpesan pada Lea agar jangan lupa membeli persediaan bahan makanan, Dinda bahkan memberikan beberapa lembar uang kepada Lea.

Baiklah sepertinya Lea hanya bisa membuat omelet sederhana dengan bahan-bahan ini.

"Baiklah ayo kita mulai"

Lea terlebih dahulu mencuci daun bawang dan wortel, setelah selesai Lea memotong wortel dalam potongan-potongan kecil.

"Lo bisa masak?"

"Astaga!!" Saking terkejutnya dengan suara Arial, Lea menjatuhkan pisau yang dia gunakan.

Melihat kejadian tak terduga karena ulahnya, Arial bergegas menghampiri Lea "Lo nggak papa?" Tanya Arial khawatir.

Arial mengambil pisau yang terjatuh didekat kaki Lea, Arial bersyukur pisau itu tak mengenai kaki Lea.

"Lo bikin gue kaget tau!" Kesal Lea dengan mata melotot kearah Arial.

Arial meringis mendapat pelototan dari Lea, tangan Arial mengusap tengkuknya yang tidak gatal.

"Maaf, gue nggak tau Lo bakalan terkejut sampai jatuhin pisau segala" Arial tersenyum canggung diakhir kalimatnya.

"Mendingan lo jauh-jauh deh! Gue ma-"

Ting tong

Bunyi bel menghentikan semburan amarah Lea kepada Arial.

Arial dan Lea sama-sama saling pandang, kerutan di dahi mereka mengisyaratkan bahwa keduanya tidak tahu siapakah yang memencet bel.

"Bukain sana!! Gue mau lanjut masak!" Suruh Lea dengan dagu yang mengarah ke arah pintu.

Arial mendengus kesal sebelum berjalan membukakan pintu.

"Hai" sapa seseorang setelah Arial membukakan pintu rumahnya. Dia, Gladis teman satu kelas Arial sekaligus tetangga sebelah rumahnya.

"Ada apa?" Senyum di wajah Gladis menghilang saat melihat Arial tak mengenakan seragam sekolahnya.

"Hari ini kamu nggak berangkat sekolah lagi?" Tanyanya dengan nada sedih.

Arial dan Gladis sudah bertetangga sejak kecil, keduanya juga berteman baik ditambah keduanya yang selalu satu kelas membuat keduanya sangat akrab.

"Ah itu gue ada urusan sama Bunda makanya izin nggak masuk" Gladis menghela nafas kecewa.

"Tadinya aku mau ajak kamu ngerjain tugas kelompok sepulang sekolah tapi kelihatannya kamu sibuk"

"Kemarin ada tugas?"

"Ada. Pelajaran sejarah disuruh buat makalah dan aku satu kelompok sama kamu" Arial menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

Sebenarnya hari ini Arial tidak ada acara sama sekali, dia bisa saja ikut Gladis mengerjakan tugas kelompok.

"Gini aja deh! Nanti sore gue ke rumah lo gimana?"

Ucapan Arial membuat Gladis tersenyum senang kemudian mengangguk "Oke! Aku tunggu nanti sore! Kalo gitu aku berangkat sekolah dulu. Bye Ari!" Gladis meninggalkan rumah Arial dengan senyum mengembang membuat Arial turut tersenyum.

"Siapa?" Arial memandang kearah Lea yang tengah sibuk menata makanan di meja makan.

Bahkan Lea bertanya kepadanya tanpa mengalihkan pandangannya.

"Temen" Arial berjalan kearah meja makan kemudian mendudukkan tubuhnya di kursi.

"Temen lo yang  gesreknya sama kaya lo itu?" Tangan Arial yang tadinya terulur hendak mengambil nasi terhenti. Arial menatap wajah Lea dengan wajah cemberut.

"Kenapa tuh bibir?" Tanya Lea saat melihat bibir Arial yang monyong.

"Asal lo tahu ya! Gue itu nggak gesrek. Kalo Topan mungkin iya! Tapi gue enggak!" Kata Arial tidak terima dirinya disamakan dengan Topan.

Lea menarik kursi yang berada didepan Arial lalu mendudukkan tubuhnya di sana. "Oh jadi temen lo yang suka senyum-senyum itu namanya Topan" Lea Mengangguk-anggukan kepalanya.

'Ngeselin! Gue kerjain baru tau rasa!" Batin Arial.

Arial mengabaikan ucapan Lea, perutnya yang minta diisi lebih penting sekarang dari pada menanggapi ucapan Lea.

"Lo cuma masak omelet doang?" Tanya Arial saat melihat hanya ada nasi dan omelet di meja makan.

"Masih mending gue masakin! Lagian di kulkas adanya cuma telur sama wortel doang!" Lea memotong omelet yang ada di piringnya dengan kesal sehingga menimbulkan bunyi cukup keras saat sendok makanya bersentuhan dengan piring.

Arial tak melihat adanya tanda-tanda kemarahan dari Lea "Ini aja gue nggak yakin rasanya enak" ejek Arial yang membuat Lea semakin marah.

Lea meremas sendok yang berada ditangannya "Lo tuh ya!! Nggak ada rasa terimakasihnya udah dimasakin!!"

"Gimana mau berterimakasih jika masakan Lo nggak enak" kata Arial dengan santai.

Lea mengeram marah "Sumpah ya! Lo itu ngeselin banget tau nggak!! Gue udah capek-capek masak malah lo hina" Lea membanting sendoknya kesal kemudian berjalan kearah kamar.

🥑🥑🥑

Hallo guys:)

Author comeback nih hehe


Aku udah update 34 chapter aku harap kalian suka sama cerita author yang receh ini.

Makasih untuk yang udah vote dan comment, karena itu semualah yang bikin author semangat buat lanjutin ini cerita.

Maaf bila ada typo 😁
See you again

Salam sayang 🥰

Kang Halu 😎


Interesting Girl [END]Where stories live. Discover now