7. Permainan Dimulai

21.9K 1.3K 16
                                    

Jangan lupa vote dan commentnya 👍

***

Pukul 06:45 yang berarti tinggal 15 menit lagi bel masuk berbunyi dan Arial masih setia duduk di atas motor kesayangannya.
Arial memang sengaja berdiam diri diparkiran hanya untuk menunggu kehadiran Nea.

Sudah beberapa kali Arial berkaca, sekedar memastikan tatanan rambutnya tak berantakan dan tak ada cabe yang nyelip di gigi-nya. Tak lupa pakaian yang disetrika dengan licin dan semerbak bau parfum yang Arial gunakan untuk menyempurnakan penampilannya pagi ini.

"Ar! Sekarang aja yuk ke kelasnya? Tinggal 10 menit lagi bel nih." Topan yang sedari tadi tak henti-hentinya membujuk Arial agar segera pergi ke kelas kini hanya duduk pasrah di atas motornya. Bukanya Topan tak berani pergi ke kelas sendiri tanpa Arial yang menemaninya, Topan hanya tak mau pergi ke kelas sendiri dan meninggalkan Arial sendiri diparkiran.

Arial dan Topan memang sudah lama bersahabat, kemanapun mereka pergi selalu bersama bahkan mereka memiliki semboyan sejak SMP. Satu punya pacar maka yang satu juga harus punya pacar, satu jomblo maka yang satu juga harus jomblo.

Dan itulah yang membuat mereka menjomblo hingga kini, selalu mengalah demi persahabatan.

"Bentaran, Nea belum berangkat." Arial masih celingukan ditempatnya, pandanganya sedari tadi tak lepas dari arah gerbang sekolah, memastikan Nea sudah berangkat atau belum.

"Ketemu entar istirahat kan bisa Ar! Jarak kelas kita sama parkiran jauh Ar! Gue nggak mau telat masuk kelas, apalagi nanti pelajaran bu Pipit." Arial memandang Topan yang duduk di atas motornya tanpa semangat, sebenarnya Arial tak enak membiarkan sahabatnya ini sedari tadi menunggu dirinya hanya saja Topan tetap memaksa menemani Arial.

"Gue kan udan nyuruh lo ke kelas duluan tadi."

"Nggak enak jalan sendiri." Tepat setelah Topan menyelesaikan ucapannya mobil yang Nea kendarai terlihat memasuki area parkir, seulas senyum mengembang di wajah Arial.

"Eh mau kemana lo?!" tanya Topan saat melihat Arial berlari kearah barisan mobil yang terparkir. Tak ingin ditinggal sendirian Topan bergegas menyusul Arial.

"Pagi Nea," sapa Arial yang kini sudah berdiri dihadapan Nea yang baru saja turun dari mobilnya. Tak lupa senyum manis yang bisa membuat cewek-cewek dikelas Arial meleleh Arial keluarkan untuk menyambut kedatangan Nea.

"Pagi," jawab Nea singkat dengan sedikit senyum mengembang dibibir nya. Lea yang melihat itu hanya tak acuh dan memilih bersandar pada pintu belakang mobil yang dikendarai kakaknya itu.

"Tumben jam segini baru berangkat?" Arial terlihat tak memperdulikan kehadiran Lea didekatnya walaupun Arial tau Nea selalu berangkat bersama Lea.

Topan yang sudah berdiri di samping Arial terlihat mencuri-curi pandang kearah Lea yang berada didekatnya. "Iya tadi nungguin Lea yang bangun kesiangan."

"Ohh gitu." Arial mengangguk-anggukan kepalanya "Oh ya Ne semal—"

"Ne! udah bel." Mendengar perkataan Lea yang mengisyaratkan agar Nea segera mengakhiri obrolannya dengan Arial membuat Nea tersenyum kepada Arial serta Topan dan menyusul Lea yang sudah berjalan duluan ke kelasnya.

Arial menghela nafas saat melihat Nea sudah berjalan menjauh darinya padahal Arial belum selesai berbicara. "Udah entar istirahat kan bisa lagi, mendingan kita buruan lari ke kelas takutnya bu Pipit udah dikelas duluan." Perkataan Topan membuat Arial menghilangkan rasa kelas dihatinya terlebih dahulu dan mulai berlari bersama Topan menuju kelasnya.

🥑🥑🥑

Lea berjalan dengan santai memasuki ruang kelasnya, padahal bel sudah berbunyi kurang lebih 10 menit yang lalu. Sedangkan Nea berjalan di samping Lea dalam diam.

Tatapan siswa yang berada didalam kelas langsung tertuju kearah Lea dan Nea yang baru saja masuk kedalam kelasnya. Lea berjalan mendekat kearah Levin yang sudah memperhatikannya sedari dia masuk tadi sedangkan Nea duduk dibarisan kedua dari depan bersama temanya.

Guru yang mengajar kelas Lea belum masuk, kalau sudah masuk pun Lea tak mempermasalahkannya. Lea menaruh tas punggungnya di atas meja dan menjatuhkan pantatnya di kursi samping Levin.

"Kesiangan lagi kan lo?" interogasi Levin saat Lea sedang sibuk mengeluarkan buku tulis dari dalam tasnya.

"Untung lo punya saudara kaya Nea kalo lo punya saudara macam gue udah gue tinggal." Lea memandang Levin yang kini menatapnya sedangkan tangannya sibuk memainkan pulpen.

"Siapa juga yang mau jadi saudara lo?" Levin mengangkat tangannya yang memegang pulpen, lalu memukulkan pulpen tersebut ke dahi Lea hingga membuat Lea melotot karena perbuatannya.

"Harusnya lo bersyukur punya sahabat yang ganteng, baik, perhatian kaya gue! Bukanya malah tiap hari dicuekin. Lo tau nggak Le? Orang itu punya masa-masa jenuh dalam hidupnya. Gimana kalo gue jenuh sama sikap lo yang dingin kaya gini?"
Lea mengangkat kedua bahunya "Gampang! Gue tinggal cari yang baru," kata Lea santai.

Levin berdecak kesal, sahabatnya yang satu ini memang sangat menjengkelkan. Dengan gemas Levin mencubit kedua pipi Lea dengan kencang, hal yang selalu Levin lakukan kepada Lea bila marah.

"Mana ada orang kaya gue lagi di dunia ini? Gue itu spesies langka tau! Makanya lo harus jaga gue baik-baik." Lea hendak membalas ucapan Levin namun karena kedua tangan Levin masih mencubit pipinya hingga yang Levin lihat Lea hanya memonyong-monyongkan bibirnya.

Merasa cubitan Levin makin keras Lea berusaha menjauhkan kedua tangan Levin dari pipinya. Levin tertawa melihat wajah Lea yang lucu dengan bibirnya yang monyong karena berusaha mengucapkan sesuatu.

Pelototan tajam. Itulah yang Lea berikan kepada Levin saat kedua tangan Levin terlepas dari pipinya. "Uluuluulu jangan gitu atuh Le tatapannya, babang Levin kan jadi takut." Levin berusaha mengeluarkan candaannya demi terhindar dari amukan Lea.

"Najis!!" satu kata yang Lea keluarkan sebelum kedatangan guru yang mengisi dikelas Lea datang, menyelamatkan Levin dari amukan Lea.

🥑🥑🥑

Hargailah kerja keras Author
Jangan lupa vote dan commentnya
Maaf bila ada typo

Salam sayang
Tukang halu 😎

Interesting Girl [END]Where stories live. Discover now