10. Langkah Pertama

20.9K 1.1K 32
                                    

Jangan lupa votenya dan follow Author
(Mayan kan nambah followers😅)

***

“Siapa Le?” tanya Levin pada Lea yang sedari tadi tak mengalihkan pandangannya dari Arial.

Merasa Lea tak akan memperkenalkan dirinya dengan cowok yang duduk disebelah Lea itu, Arial mengulurkan tangannya kearah Levin. Levin memandang heran kearah Arial dan tangan yang Arial ulurkan bergantian, dia bertanya kepada Lea tapi kenapa cowok didepan Lea ini malah mengulurkan tangannya?

“Apa?” tanya Levin bingung.

Arial berdecak kesal kemudian meraih tangan kanan Levin dan diajaknya bersalaman. “Kenalin gue Arial! Arial Ihfazhillah, anak IPS 3.” Arial menggerak-gerakkan tangannya yang berjabat tangan dengan Levin.

Tak lama jabat tangan itu terlepas. “Gue nggak tanya sama lo! Le nih orang siapa sih?” Arial melotot mendengar balasan Levin ‘Sebelas dua belas sama temennya,’ batin Arial sambil geleng-geleng.

“Loh Ar! Ngapain disini?” suara Nea yang baru saja masuk kelas bersama Cila disampingnya membuat senyum mengembang di wajah Arial.

Nea dan Lea saling bertatapan untuk beberapa detik, namun Lea segera memutuskan kontak matanya dengan Nea. “Oh itu gue mau—“ Arial berfikir alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Nea.

Nea memandang tangan kanan Lea yang memegang coklat. “Lo ngasih Lea  coklat?” tanya Nea.

Arial menggeleng tegas bahkan kedua telapak tangannya terangkat sambil bergerak kenan dan ke kiri. Lea memandang Arial dengan wajah datarnya, jelas-jelas Arial bilang coklat ini untuknya tapi kenapa dia tak mau mengakuinya dihadapan Nea.

Memang, coklat ini sogokan dari Arial untuk Lea tapi melihat wajah Arial yang sepertinya tak ingin dianggap memberikan coklat untuk Lea membuat wajah Lea terlihat menyeramkan.

Senyum miring terlihat di wajah Lea. “Makasih coklatnya.” Nea dan Arial memandang Lea yang baru saja berbicara terbalik dengan pengakuan Arial. Lea memalingkan wajahnya dari Arial kemudian menatap Levin. “Gue ke toilet bentar,” pamit Lea pada Levin.

Arial mengepalkan kedua tangannya setelah mendengarkan ucapan terimakasih dari Lea. “Gue baru tau lo suka sama adek gue, kalo gitu semangat! Adek gue susah ditaklukkan loh.”

Hati Arial rasanya seperti diiris melihat senyum manis Nea saat mengatakan itu semua ‘Lo salah paham Ne,’  batin Arial

🥑🥑🥑


Lea membereskan peralatan menulisnya dan memasukkannya kedalam ransel hitamnya.

“Le! Gue mau ke toko buku bentar, lo mau ikut?” Lea menatap Nea yang sudah berdiri disampingnya, tak lupa dengan kehadiran Cila disebelahnya.

“Nggak.”

Nea dan Cila saling bertatapan untuk sesaat. “Ya udah, tapi lo balik sama Levin kan? Soalnya gue nggak bisa nganterin lo pulang duluan.” Lea telah selesai merapikan peralatan menulisnya.

Kemudian memandang Nea dan Cila bergantian. “Gampang.” Nea mengangguk mendengar jawaban adiknya. “Ya udah gue duluan, nanti pulangnya hati-hati.”

“Hm.” Nea dan Cila berjalan meninggalkan Lea yang kini terlihat mengutak-atik ponselnya. Lea mengirim pesan kepada Levin untuk pulang bareng.

15 detik pesannya belum dibaca Levin membuat Lea memilih melangkahkan kakinya menuju parkiran. Satu jam terakhir Levin bolos, kebiasaan yang membuat Lea sering memarahi Levin.

Lea mengedarkan pandangannya mencari keberadaan mobil Levin, bel pulang memang sudah berbunyi 30 menit yang lalu namun tak biasanya mobil Levin sudah tak terlihat.

Lea berdecak kesal saat merasa mobil Levin memang tak ada diparkiran, lahan parkir memang luas namun mengingat sudah hampir semua murid pulang membuat Lea yakin mobil Levin sudah tak ada disekolah.

Andai saja guru Matematika dikelas Lea tadi tak memberikan materi tambahan yang memakan waktu hampir 20 menit pasti Levin belum pulang.

Lea memutuskan berjalan kearah gerbang sekolah, jam sudah menunjukan pukul setengah tiga dan keadaaan sekolah Lea sudah sepi. Lea berharap ada taksi atau kendaraan lainnya yang bisa mengantarkannya pulang.

Geram. Sudah 10 menit lebih Lea menunggu belum ada satupun taksi yang lewat, satpam sekolah sempat menawarkan bantuan mencarikan taksi untuk Lea namun Lea menolaknya.

Tinnn

Lea memandang motor yang berhenti didepannya, pengendara motor  itu mengangkat kaca helmnya sehingga menampilkan wajah manisnya. “Mau bareng nggak?” tawarnya.

Lea masih diam saja memandang Arial yang duduk di atas motor bebeknya. “Buruan keburu hujan.” Lea memandang langit yang terlihat hitam karena mendung.

Nggak! Lea nggak bakalan mau dibonceng Arial. “Nggak!” Arial menatap Lea yang celingukan mencari taksi yang lewat. “Jam segini jarang ada taksi atau angkot lewat sini, apalagi mendung kek gini. Gue anterin aja, gratis kok.”

Lea sebenarnya ingin menerima tawaran Arial namun gengsi menghentikannya. “Atau lo malu naik motor butut gue?”

Mata Lea melotot mendengar ejekan Arial “Enak aja! nggak ada kata malu di kamus gue ya!! Mana helmnya?”

Arial tersenyum melihat wajah kesal Lea, benar kan dugaan Arial? Lebih mudah mendekati Lea daripada Nea. Karena Arial tau cara menaklukkan cewek seperti Lea ini, berbeda dengan Nea.

Arial mengulurkan helm yang sengaja dia bawa ke sekolah kearah Lea, dengan kesal dan ogah-ogahan Lea menerima helm tersebut dari Arial.

“Pake gini aja nggak bisa.” Tangan Arial terulur mengaitkan pengait helm Lea setelah melihat Lea yang kesusahan, setelah selesai Arial menepuk helm Lea.

“Sakit!!” Lea melotot tajam kearah Arial yang tanpa dosanya memukul helmnya. “Udah buruan naik,” perintah Arial.

Lea memandang motor Arial dan roknya bergantian. “Jaket lo!”

“Hah?”

“Pinjem jaket! Mana mungkin gue naik motor pake rok pendek.”

Arial memandang rok Lea yang berada 10 cm di atas lutut. “Siapa suruh pake rok kurang bahan!”

🥑🥑🥑

Author comeback hehehe
Lama nggak up
Author sibuk mikirin UN sama UKK

UN-nya sih udah selesai tinggal UKK
Eh malah ada pengumuman UKK-nya dibatalin
Ya kan allhamdulilah hehe😆

Jangan lupa vote dan commentnya 👍
Maaf bila ada typo
Bakalan up cepet besok-besok

Salam dari tukang halu 😎

Interesting Girl [END]Where stories live. Discover now