13. Mual-mual

21.7K 1K 8
                                    

Jangan lupa vote dan commentnya 👍

***

"Pagi Le!” sapa Nea saat melihat Lea menarik kursi yang ada disampingnya. “Hm,” jawab Lea singkat lalu duduk di samping Nea.

“Pagi sayang!” sapa Dava lalu duduk di kursi paling ujung.

“Pagi pa,” sahut Nea. “Le mau makan apa?” tanya Nea melihat saudaranya yang hanya diam tak ada niatan mengambil makanan yang ada di atas meja.

“Aku nggak laper kak, kakak aja.” mendengar jawaban Lea membuat Dava langsung menegur Lea. “Lee kamu belum makan dari kemarin siang kan? Ayo makan nanti kamu tambah sakit.”

“Menu utamanya udah matang!” teriak Andin yang berjalan dari arah dapur dengan raut wajah senangnya.

Andin menaruh ikan goreng dengan sambal sepesial disampingnya di tengah-tengah meja makan. “Ayo sayang dimakan ikannya, Mama udah masakin makanan kesukaan kamu.” Andin memandang Nea, Lea dan Dava bergantian “Kenapa liatin Mama sampai segitunya sih? ada yang aneh dengan wajah Mama?” tanya Andin memegang wajahnya.

Nea menggeleng. “Enggak kok ma.”

“Terus kenapa pada diem? Nggak mau pada sarapan?” Andin mengambil satu centong nasi lalu menaruhnya di atas piring Dava. “Kenapa sih Pa? kok pada diem.”

“Lea nggak mau makan.” Andin langsung memandang kearah Lea yang tengah memainkan ponselnya. “Lea! kamu bisa nggak sih hargain Mama yang udah capek-capek masak.”

Lea mengangkat wajahnya yang tadinya menunduk. “Kamu jadi anak susah banget sih diatur! Bisa nggak sehari aja kamu nggak bikin Mama marah-marah!”

“Ma!” Dava mengingatkan Andin agar menghentikan kemarahannya. “Lea sedang sakit, jadi wajar saja Lea tak ingin makan. Harusnya Mama buatin susu atau makanan yang disa bikin Lea cepet sembuh bukanya marah-marah.”

Andin menatap suaminya dengan sorot kemarahan yang belum reda. “Belain aja terus! Makanya jadi anak susah diatur!” Andin bangkit dari duduknya kemudian berjalan kearah dapur.

“Papa nggak perlu marahin mama, Lea nggak papa kok.”

“Tapi kamu masih sakit Le, wajah kamu aja kelihatan pucat.” Lea menghela nafas mendengar perkataan papanya.

“Kalau masih sakit mendingan istirahat aja Le, biar gue yang izinin.”

“Nggak usah kak, Lea masih kuat kok.”

“Kalau kamu masih inggin masuk sekolah, kamu makan Le. Jangan bikin Papa sama kakak kamu khawatir” Nea mengangguk mendengar nasihat Papanya untuk Lea.

“Tapi Lea beneran nggak la—“

“Nih minum! habis itu kamu harus berangkat sekolah sama kakak kamu!” Lea memandang segelas susu yang ada dihadapannya, rasa mual masih belum hilang tapi kini Lea disuruh untuk minum susu yang pastinya akan langsung membuat Lea muntah-muntah.

Namun jika Lea tak meminum susu itu pasti Mamanya akan marah-marah lagi dengan terpaksa tangan kanan Lea mengambil segelas susu putih yang ada didepannya.

Mama dan Papa Lea sudah sibuk memakan sarapannya masing-masing, Lea tau Mama dan Papanya itu kini tengah marahan dan itu karenanya.

Satu teguk dan itu sudah membuat perut Lea bergejolak, dua teguk rasanya Lea ingin muntah sekarang. Dengan langkah tergesa Lea berlari kearah kamar mandi yang ada didekat dapur.

🥑🥑🥑

Lea turun dari mobil yang dikemudikan Nea dan beberapa pasang mata Lea dapati kini tengah memandangnya. Tak mau ambil pusing Lea hanya mengangkat bahu lalu berjalan kearah kelasnya dengan Nea yang kini berjalan disampingnya.

“Loh Le tumben pake jaket terus itu muka lo kok kelihatan pucat gitu?” Lea yang tengah berjalan kearah kelasnya bersama Nea disampingnya menghentikan langkahnya saat mendengat suara Levin didekatnya.

“Lea sakit Lev,” jawab Nea sambil memperhatikan wajah Lea yang masih pucat. Setelah muntah tadi, Dava memaksa Lea untuk istirahat tapi Lea memaksa masuk sekolah sedangkan Andin malah memarahi Lea, bilang Lea kebanyakan main lah, suka keluar malam hari lah, makanya sakit dan masih banyak lagi tuduhan Andin kepada Lea.

Levin langsung berdiri dihadapan Lea saat mendengar Lea sakit, telapak tangan Levin terangkat menyentuh kening Lea, diperiksanya baik-baik kening Lea. “Kok nggak panas?” Kedua alis Levin terangkat.

“Lea nggak demam, dia cuma pusing sama mual-mual aja.” lagi, bukan Lea yang menjawab pertanyaan Levin melainkan Nea. Lea juga tak berniat menjawab pertanyaan Levin karena Levin itu bawel sangat bawel.

“Pusing? Mual?”

Nea menggangguk melihat raut wajah Levin yang sepertinya belum percaya dengan perkataanya.

🥑🥑🥑

Update dong 😁
Makasih untuk yang sudah baca dan kasih vote cerita aku.

Aku tunggu commentnya 👍

Maaf bila ada typo

Salam

Kang Halu 😎

Interesting Girl [END]Where stories live. Discover now