Extra part

202K 7K 488
                                    

"Kalian gak seharusnya memaksa masuk ke kamarku begini. Dasar penyusup!"

"Apa? Kita diizinin sama tante Indi, kok. Iya, kan, Cak?"

"Hn."

"Lagian kita pacar lo, dan lo harus biasain diri dideket kita berdua. Iya, kan, Cak?"

"Hn."

Candra menoleh kesal. "Apakah tidak ada kata lain yang ada diotak anda, Pak?" tanya Candra menyindir kakaknya.

"Hn."

"Ah, terserah." Candra memutar mata jengah, lebih memilih menatap gadis cantik yang sedang bertolak pinggang menatapnya dan Cakra.

"Kalian yang maksa, ingat?" Anna membuka lemari pakaiannya, memilih-milih gaun mana yang kira-kira cocok untuk pergi ke acara makan malam bersama keluarga dua lelaki pemaksa itu.

"Pakai yang hitam," suruh Cakra menatap sisi wajah Anna lekat. Tetap pada posisinya yang duduk di tepi ranjang gadis itu sambil memangku sebelah kakinya.

"Pakai yang navy aja," usul Candra, menyerahkan gaun selutut yang ia ambil dilemari Anna dan menyerahkannya untuk dipakai oleh gadis itu.

Anna menoleh, menilik Cakra yang memakai jas warna hitam dan beralih pada Candra dengan jas warna biru tuanya. Seperti biasa, tidak ada yang ingin mengalah antara Cakra dan Candra. Sama seperti beberapa minggu lalu saat Cakra dan Candra meminta Anna menjadi pacarnya dihari yang sama, niatnya tidak ingin menerima keduanya tapi malah ujung-ujungnya keduanya yang datang dan memaksa Anna menerima.

Dan kini seorang Anna Prameswari sudah sah menjadi kekasih dari Cakra Bintang Raharja dan Candra Bintang Raharja. Gila memang. Semakin gila lagi mengingat rumah mereka yang bersebelahan.

Daripada menimbulkan keributan antar saudara kembar, jemari Anna lebih cepat mengambil gaun merah marun dan masuk ke dalam kamar mandi tanpa bersuara.

Candra mencebik kesal, melempar gaun yang sudah ia ambil kembali ke dalam lemari. "Gara-gara lo!" sentaknya pada Cakra yang hanya menatap tanpa minat.

Suara ponsel berdering membuat keduanya meraih ponsel di saku masing-masing, Cakra mendengus saat tak menemukan apa-apa di sana. Kenapa juga Candra memilih nada dering yang sama seperti ponselnya, bertahun-tahun Cakra mencoba sedikit membedakan dirinya dengan sang adik dengan memilih pakaian atau apapun itu yang berbeda, namun Candra justru terlihat sengaja menyamakan miliknya dengan segala sesuatu yang Cakra gunakan.

"Halo, Bun? Iya, ini lagi di rumah Anna. Sebentar Candra ke sana. Iya, Bundaaa." Candra memasukan kembali ponselnya ke dalam saku, berjalan menuju pintu kamar Anna dan membukanya. "Gue ke mobil duluan, kata bunda nanti kalian nyusul aja, tapi cepet! Dan inget, berarti besok giliran gue yang kencan sama Anna," ujar Candra dan berlalu menutup pintu.

Cakra menghembuskan napas berat, mulai bosan menunggu Anna yang tak kunjung keluar dari kamar mandi. Dengan malas Cakra berdiri dan mengetuk pintu kamar mandi tak sabar.

"Lama! Lo sebenernya jadi ikut gak, sih?!"

"Bentar!" seru Anna dari dalam, disusul bunyi bedebum yang membuat Cakra tanpa pikir panjang menerobos masuk.

Terlihat Anna bersimpuh dilantai kamar mandi dengan resleting gaun terbuka di belakang tubuhnya, gadis itu meringis pelan mengusap telapak tangannya.

"Gaunnya gak muat? Lo kegendutan?" tanya Cakra di ambang pintu tak tergerak sedikitpun untuk membantu gadis yang menjadi pacarnya itu.

Dengan mata memicing Anna menoleh dengan tajam, mengacungkan jari telunjuknya ke arah Cakra. "Apa katamu? Gendut?"

Emosi karena disinggung masalah berat badan, Anna menerjang Cakra hendak menghajarnya namun kakinya justru tersangkut di keset kamar mandi membuat ia terjengkang bersama Cakra yang menahan tubuhnya.

Unpredictable Journey [Tamat]Where stories live. Discover now