Hilang kendali

115K 7.5K 394
                                    

Part ini mengandung unsur dewasa 🔞. Mohon bijak dalam membaca dan untuk anak di bawah umur, kalian bisa skip aja part ini.

[Empat puluh tiga]

Tangis Mentari pecah begitu saja saat tersadar dari pingsannya. Mentari hanya ingat saat kepalanya ditutupi kain kemudian diseret entah kemana, dan ketika terbangun sudah menemukan dirinya dengan tangan terikat dikepala ranjang dan dalam keadaan telanjang bulat.

Kakinya menekuk rapat untuk menyembunyikan intinya, sedangkan dadanya terpampang jelas dihadapan Mila yang tengah duduk dikursi yang ada di pojok ruangan.

"Mbak Milaa, tolong lepasin aku!" erang Mentari. Berkali-kali ia mencoba untuk melepas ikatan ditangannya dengan cara menariknya kuat, namun tidak ada perubahan. Tangannya tetap terikat tidak melonggar sedikitpun.

"Nanti," jawab Mila pendek, berjalan mendekati Mentari yang mulai panik.

"Mbak, jangan siksa aku. Apa salah aku sama Mbak? Jangan perlakukan aku begini Mbak!"

Mila terkekeh pelan, meraih kaki Mentari kemudian mengikatnya dimasing-masing sisi ranjang. Mentari semakin histeris, tak bisa berbuat apa-apa lagi.

"Salah kamu itu karena mampu buat aku bergairah bahkan saat mantan suamiku pun gak bisa!" bentak Mila saat melihat Mentari selalu mengalihkan pandangan darinya.

Mila ikut naik ke atas ranjang, menekan rahang Mentari kemudian memaksa menciumnya. Mentari memberontak semakin kuat.

"Mbak, aku gak mau! Jangan begini!" Mentari merasakan perutnya bergejolak saat Milla berhasil meraup bibirnya, memagutnya penuh napsu membuat Mentari benar-benar memuntahkan isi perutnya di depan tubuh Mila.

Plak!

"Sialan kamu Mentari! Mau enak aja harus kamu buat susah!"

Mila menjauhkan tubuhnya setelah mendaratkan tamparan dipipi Mentari. Air liur Mentari menetes deras saat perutnya sudah kosong namun masih terus bergejolak. Tangisnya berhasil keluar saat rasa mualnya hilang. Perutnya menegang karena terlalu banyak muntah membuatnya kembali mengerang menangis keras.

"Mbak, tolong lepasin aku! Aku gak mau begini," mohon Mentari memelas.

Mila yang entah dari mana kembali dengan hanya menggunakan celana dalam. Membuat dadanya yang berukuran sedang berayun seiring langkah kakinya yang mendekati ranjang.

Dengan kasar Mila menarik seprai yang membalut kasur, membuat Mentari tertarik semakin berbaring. Dengan baskom berisi air yang ada ditangannya, Mila mulai membersihkan tubuh telanjang Mentari dari sisa muntahan. Sesekali memainkan dada Mentari yang terasa nyeri.

"Mbaak ...," lirih Mentari lelah. Tenaganya sudah terkuras, entah ini sudah jam berapa ia tidak tahu.

Tidak ada jendela di ruangan yang ia tempati membuatnya tidak tahu ini sudah malam atau masih siang, hanya ada satu pintu yang itupun dikunci oleh Mila.

Dalam hatinya terus berdoa, semoga buah hatinya baik-baik saja dan Baskara datang secepatnya untuk menolong mereka.

Mentari melirik Mila yang membawa benda lonjong dengan kabel pendek yang memiliki tombol di ujungnya.

"Ini namanya vibrator, Tari. Kamu bakalan suka."

"Gak! Aku gak mau, Mbak. Jangan!"

Mentari memiliki firasat buruk saat Mila semakin mendekati selangkangannya, benda itu kemudian Mila kulum dengan ekspresi yang membuat Mentari memalingkan wajahnya.

"Mbak, ja-jangan. Aku gak mau!"

Mentari berusaha menarik tubuhnya ke belakang saat Mila berusaha memasukkan benda aneh itu ke dalam intinya. Mentari semakin menangis terisak saat benda yang sudah masuk ke dalamnya itu bergetar pelan.

Unpredictable Journey [Tamat]Where stories live. Discover now