Seseorang mulai tertarik

151K 9.2K 386
                                    

[Tiga puluh]

Mentari dan Baskara sibuk merapikan pakaian mereka-- lebih banyak pakaian Baskara-- dalam diam di dalam kamar. Tangan Mentari mulai terasa pegal karena terus melipat dan bolak-balik merapikan pakaian dan barang-barang Baskara.

Menyimpan pakaian di dalam lemari kemudian menyusun sepatu Baskara di rak yang ada di dekat pintu kamar mereka. Sisanya, Mentari menumpuknya di sudut ruangan, Baskara berencana akan membeli satu set meja kerja untuk menyimpan buku-buku untuk mereka berkuliah.

"Haah!" Baskara menghempaskan tubuhnya di atas kasur yang sudah lenggang, bersih dari barang-barang yang sebelumnya memenuhi tempat tidur itu.

Mentari duduk dengan canggung di pinggir kasur. "Emh, Kakak gak lapar?" tanya Mentari pelan, pasalnya perutnya kini sudah sangat terasa kosong dan mulai berontak.

Tatapan Baskara menyoroti Mentari yang menatapnya dengan kedipan pelan, merasa sangat gemas dengan isterinya itu. Terlebih dengan panggilan yang terdengar sangat manja ditelinganya. "Iya," balasnya, menarik tangan Mentari hingga kini tubuh yang sangat empuk itu menindih tubunya.

Mentari terkejut, mencoba bangun dari atas tubuh Baskara namun Baskara menahannya dengan pelukan erat dipinggang gadis itu.

"Mentari, jangan menghindar terus. Kita udah halal."

"Ta-tapi kan ini masih siang," cicit Mentari, wajahnya mulai menghangat ketika Baskara justru semakin menempelkan tubuhnya, melilitnya dengan kaki seperti guling.

Mentari tentu saja tidak sepolos yang terlihat, ia tahu dengan jelas apa saja yang harus seorang isteri lakukan selain mengerjakan pekerjaan rumah.

Kekehan kecil keluar dari bibir Baskara. Kecupan-kecupan yang mendarat dipipi tembam Mentari membuat gadis itu tertawa geli.

"Iih, udah, Kak, kita dari pagi belum makan loh," peringat Mentari, mendorong wajah Baskara menggunakan telapak tangannya.

Mata Baskara melirik jam dinding yang terpasang di atas rak sepatu, jam 10 pagi, eh, atau itu sudah termasuk siang? Entahlah, Baskara beralih lagi pada wajah Mentari.

"Lo cantik," gumam Baskara keluar dari obrolan, matanya menatap wajah Mentari lekat.

Mentari semakin salah tingkah, dengan wajah merona ia mati-matian menahan senyumnya. "Gue suka lihat ini kalau lo lagi senyum. Imut."

Telunjuk Baskara menekan lubang kecil yang muncul dibawah kedua sudut bibir Mentari ketika gadis itu tersenyum, membuat pemiliknya semakin terlihat manis.

"Ap-apaan sih, gombal banget." Mentari memandang sekitar, menolak untuk bertatap mata dengan Baskara.

"Jangan malu-malu gitu, gue jadi makin gemes lihat lo." bisik Baskara mengecup bibir Mentari sekilas kemudian menindih tubuh gadis itu.

Kedua tangan Baskara mengurung Mentari disisi kepala gadis itu, merendahkan wajahnya semakin mendekat ke wajah Mentari yang sudah sangat memerah. Bibir Baskara hampir menempel dibibir Mentari jika saja gadis itu tidak menghindar dan Baskara hanya dapat mencium pipi isterinya saja.

Seriously? Apa Mentari sungguh sedang mempermainkannya?

Baskara menghela napas berat, menatap Mentari dengan wajah datar. Mentari melirik suaminya takut-takut, berteriak dalam hati karena terus saja menghindar dan membuat Baskara marah. Tamatlah hidupnya sekarang.

"Lo tau dosa isteri yang nolak suaminya gak? Lo bakalan dikutuk sama malaikat sampai besok pagi," ujar Baskara yang langsung menjatuhkan dirinya ke samping kemudian berbaring membelakangi Mentari.

Unpredictable Journey [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang