25 | Jamuan Kerajaan

Start from the beginning
                                    

"Kau adalah pelayan Pramodawardhani bukan?" tanyanya.

Nirma mengangguk mengiyakan, "Benar, Yang Mulia," jawabnya.

"Aku ingin bicara denganmu."

Nirma yang masih menundukkan kepala dari tadi seketika mengangguk dan mengikuti langkah Balaputradewa berjalan hingga mereka sampai di tempat kediaman pangeran muda itu.

"Keluarlah," perintah Balaputradewa kepada seluruh prajurit yang berada di ruangannya.

Para prajurit itu pun menunduk dan seketika berjalan melewati Nirma yang masih berdiri di ambang pintu. Setelah ruangan itu kosong, akhirnya ia pun berjalan masuk sambil terus menunduk.

"Katakan, sudah berapa lama kau melayani Tuan Putri Pramodawardhani?" tanyanya seketika pada pelayan itu.

"Sudah hampir sepuluh tahun Pangeran," jawabnya.

"Kalau begitu, kau pasti sudah sangat mengenal dengan baik watak dari saudariku itu," tegasnya.

Nirma hanya mengangguk.

"Lalu, tidakkah kau merasa ada yang berbeda dengan Pramoda akhir-akhir ini? Entah kenapa, aku merasa dia seperti orang lain,"

"Benar, Pangeran. Ndoro Putri yang dulu adalah seorang gadis yang lemah lembut dan sangat pemalu. Semenjak ia kembali, sifatnya telah berubah sangat drastis," ungkapnya.

Balaputra manggut-manggut mendengar pernyataan pelayan itu barusan. Memang benar, Pramodawardhani telah mengalami perubahan sikap. Bahkan, terlihat dari keahliannya memanah sungguh jauh berbeda dengan kepribadiannya yang dulu.

"Kalau begitu katakan apa yang ia sembunyikan tadi pagi dariku?"

Kemudian Nirma menjelaskan panjang lebar tentang dirinya yang diperintahkan untuk mengemasi cukup banyak perhiasan-perhiasan untuk Ratih, dan bukan hanya itu saja. Nirma juga menceritakan semua kebiasaan-kebiasaan tuan putrinya itu akhir-akhir ini.

"Terkadang Ndoro Putri juga sering kali mengucapkan kalimat-kalimat aneh yang tidak hamba mengerti"

"Seperti apa contohnya?"

"Mmmm...misalnya saja setiap ia merasa gerah, ia akan terus berkata AC, AC, sambil memaki-maki," terangnya.

"AC?" Dahinya mengerut, "Apakah itu semacam ajian atau apa?"

Nirma menggeleng cepat, "Hamba benar-benar tidak mengerti Pangeran, tolong ampuni hamba," mohonnya.

Balaputradewa menyuruhnya berhenti memohon seperti itu kemudian ia memintanya agar kembali berdiri.

"Baiklah, kau awasi saja Pramodawardhani. Jika ada hal-hal yang aneh segera beritahu aku," perintahnya.

"Sendiko Gusti." Kemudian Nirma menunduk sekali lagi dan pamit untuk undur diri.

Sedangkan Balaputradewa tetap diam di tempatnya sambil terus memikirkan tentang perubahan sifat yang terjadi pada Pramodawardhani.

*** 

"Hei Nirma!"

Ratih menegur Nirma yang sedari tadi sibuk memilin rambutnya, memberikan asap wewangian dan membuat sebuah jalinan-jalinan kecil disana.

ABHATIWhere stories live. Discover now