III. Riding

17.7K 3.5K 265
                                    

“KEIGHER???!”

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

“KEIGHER???!”

Keigher C. Esgal, Kaisar tiran yang suka membunuh musuh tanpa pandang bulu. Sebagai keturunan raja pendahulu, sebenarnya ia mewarisi iris mata emas yang hanya bisa dijumpai pada para keturunan raja. Namun karena suatu hal yang fatal, sejak lahir iris matanya berwarna merah.

Seperti karakter yang keluar dari komik, wajahnya sungguh menakjubkan. Iris mata merah pekat, rambut hitam legam, garis wajah sempurna dengan rahang tegas dan kokoh, hidung tinggi seperti perosotan, kulit putih bersih, dan bibir tipis merah muda pucat. Tinggi pria itu berkisar 185-190 cm, dilengkapi dada bidang dengan pinggang ramping dan kaki panjang.

Jemari Afsheen gemetar, gatal karena melihat wajah sempurnanya. Dia berharap saat ini memiliki kertas dan pensil untuk menyalin wajah rupawan itu. Dari jarak dua meter ini, ia melihat bahwa tingginya hanya pencapai pundak Keigher.

Semua prajurit dan jendral di samping pria itu sontak menatap Afsheen horor. Sedangkan sang tersangka masih membekap mulutnya tidak percaya dengan mata berbinar. Afsheen yakin, pria ini adalah Kaisar yang dielu-elukan. Sebab hanya Keigher sang pemilik iris mata merah yang tercatat.

Suasana hening semenjak Afsheen meneriaki nama itu. Para musafirin beserta calon ratu tersebut mencoba mencerna nama itu, sebab mereka merasa tidak asing.

“Beraninya kau!” Si jendral berjirah hitam menggeram marah. Saat hendak melangkah maju, pria beriris mata merah itu mengangkat tangannya, mengisyaratkan berhenti.

Tatapan Keigher masih dingin seperti sebelumnya, maju tiga langkah sehingga berdiri beberapa cm dihadapan Afsheen. Karena perbedaan tinggi yang cukup jauh, Afsheen harus repot-repot mengangkat kepalanya, membalas menatapnya tanpa ada binar takut.

“Yang Mulia....”

“Aku masih membutuhkannya.”

Dengan jarak sedekat ini, Afsheen dapat merasakan embusan napas hangat Keigher serta aroma khas yang cukup familier walau tidak biasa, teh. Kontak mata mereka terus berlanjut, menciptakan hening berkepanjangan serta sepoi angin malam yang membuat bulu kuduk meremang.

Rasanya Afsheen tidak mau mengalihkan tatapannya dari mata merah itu. Sungguh indah seperti kristal yang dilihatnya di internet. Dari yang Afsheen baca, tidak ada deskripsi lengkap mengenai sosok Keigher. Hanya warna matanya saja yang disebutkan. Karena itu Afsheen merasa kurang yakin apakah ini benar-benar Keigher, sebab sosoknya sangat sempurna walau ia tahu tidak ada makhluk yang sempurna.

Masih menatap mata Afsheen, Keigher bersuara. “Ikutlah ke tendaku, gadis kecil.” Pria itu lalu menatap perempuan di samping Afsheen. “Dan juga kau.”

Keigher berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Afsheen yang masih tercenung. Tunggu, sepertinya saat pria itu mengatakan gadis kecil, ada sedikit sorot ejekan di matanya.

“Cepat ikut! Kau mau membuat Yang Mulia menunggu?” Si jendral meliriknya sinis, kemudian segera mengekori Keigher. Menghela napas pelan, mau tak mau Afsheen mengikuti dengan sang calon ratu di sampingnya.

King of the Crueltyحيث تعيش القصص. اكتشف الآن