XVIII. Same thing

15.7K 3.1K 451
                                    

Afsheen kira, mansion ini tidak akan begitu luas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Afsheen kira, mansion ini tidak akan begitu luas. Namun apa yang dia bayangkan sebelumnya salah. Tempat ini benar-benar besar dan luas meski tidak seribet bangunan istana.

Selain mansion besar yang membuat gadis itu terkejut, di luar pun demikian. Mansion ini dikelilingi oleh taman yang ditumbuhi oleh bunga-bunga merekah nan cantik hingga mengundang kupu-kupu dengan sayap berbagai warna datang untuk hinggap mengambil nektarnya.

Tanpa ada yang mengekorinya, Afsheen menjelajahi setiap sudut tempat tinggalnya kini. Di sisi selatan, terdapat bukit dengan hamparan rerumputan hijau yang segar.

Angin berembus cukup kencang, mengibarkan gaun serta rambut panjang Afsheen. Karena sinar matahari, dia mengangkat tangan menghalaunya dan menyipitkan mata.

Di bukit ini, Afsheen hanya dapat melihat satu pohon yang berjarak cukup jauh dari tempatnya berada. Dia tahu pasti tidak akan ada apa-apa di sana, namun tetap saja kakinya melangkah menuju pohon tersebut.

Napas Afsheen terengah-engah. Dia menatap pohon raksasa dengan batang berwarna cokelat tua itu dengan kagum. Mendongak, dedaunan pohon ini cukup lebat sehingga menjadi tempat berteduh yang menyenangkan.

Afsheen hendak duduk bersandar pada pohon, namun ketika telinganya mendengar goresan pensil di atas kertas disela suara semilir angin, matanya melebar. Ternyata dia tidak sendiri.

Melangkah memutari pohon tersebut, manik mata Afsheen tertuju pada pria berambut pirang yang duduk bersandar di pohon dengan satu kaki tertekuk untuk menyanggah buku gambarnya.

Sebentar... Afsheen mencoba mengingat pria ini yang ditemuinya bersama ayahnya.

Oh benar, namanya Duke Finigan, bukan?

Untuk apa dia menyendiri di sini?

Saat Afsheen termenung karena tenggelam dalam pikirannya, kepala laki-laki itu menoleh, menatapnya dengan iris mata birunya.

“Apa yang Lady lakukan di sana?”

Bibir Afsheen terbuka. Ini pertama kalinya dia mendengar pria itu berbicara!

“Kau...”

Pria itu melirik tempat di sampingnya, membuat Afsheen mengerti dan segera duduk di sampingnya. Tentu saja ada jarak satu meter di antara mereka.

Sebelum Afsheen bersuara lebih lanjut, pria itu berkata, “Nama saya Dane Finigan.”

Alis Afsheen terangkat mendengar dia memperkenalkan diri.

Dane menatap gadis itu dengan senyum tipis. “Saya memperkenalkan diri kembali karena saya mendengar Lady kehilangan ingatan.”

“Oh, ya.” Afsheen mengusap tengkuknya canggung. Dia merasa bahwa pria bernama Dane ini berkepribadian lembut dan sabar. Nampak sebagai sosok yang dewasa.

Melihat Dane kembali menggambar, Afsheen cukup penasaran sehingga diam-diam mencuri pandang.

“Ekhm, Tuan Duke suka menggambar?” Karena Dane berbicara sangat formal, Afsheen harus menyeimbangkannya, bukan?

King of the CrueltyWhere stories live. Discover now