XXXVII. Attack

12.6K 1.8K 312
                                    

Keigher memalingkan wajah, berdiri sepenuhnya sambil mengulurkan tangan ke depan wajah gadis yang senantiasa berjongkok

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keigher memalingkan wajah, berdiri sepenuhnya sambil mengulurkan tangan ke depan wajah gadis yang senantiasa berjongkok. “Itu hanya mimpi.”

Afsheen menelengkan kepala, menatap Keigher yang masih memalingkan wajah ke samping, sebelum menerima uluran tangannya. Dia tidak dapat melihat betapa dingin ekspresi Keigher saat ini. Mengedikkan pundak tak acuh, Afsheen mengekeh. “Siapa tahu.”

Tangan Keigher mengerat. Alih-alih mempertahankannya, Keigher berbalik memeluk pinggangnya dengan tangannya yang bebas membersihkan surai Afsheen yang dipenuhi rerumputan kering. “Dari mana kau tahu aku di sini?”

“Mimpi.”

Entah kenapa Keigher merasa Afsheen sengaja menyudutkannya dengan mimpi yang baru dia dapatkan. Benar saja, saat berjalan bersama menuju istana sambil bergandeng tangan, Keigher mendengar pertanyaan tanpa beban dari wanita itu.

“Jadi, Yang Mulia. Saat melihat Nona Estella, apakah anda merasakan getaran dalam dada anda yang sangat menyenangkan?” Belum sempat pria itu menjawab, Afsheen melanjutkan pertanyaannya, “Lalu anda merasakan ketertarikan dan berpikir, 'wanita, kau berhasil menarik perhatianku'.”

Ekspresi Keigher tidak berubah. “Kau sedang mengarang cerita romansa?”

“Seratus untuk Yang Mulia,” kata Afsheen masam.

Langkah Keigher terhenti dengan sebuah suara bersemangat memenuhi pikirannya. “Seratus untukmu! Ternyata kau pintar juga.

“Untuk apa aku mendapat seratus?”

Pertanyaan Keigher yang tiba-tiba setelah keheningan yang panjang membuat Afsheen cukup aneh. Meski demikian, perasaan itu tidak menghentikannya untuk menjawab. “Itu artinya saya memberi anda apresiasi seperti seorang guru yang memberikan nilai penuh untuk murid yang berhasil menjawab dengan benar.”

“Kenapa tidak lebih dari seratus?”

Sudut bibir Afsheen terangkat. “Karena yang lebih dari seratus adalah cintaku untuk Yang Mulia.”

Keigher diam, menatap Afsheen lekat beberapa saat sebelum ujung bibirnya melekuk membentuk senyum cemoohan. “Bodoh,” sindirnya pelan lalu berjalan meninggalkan Afsheen yang tercengang.

“Bodoh?” gumam Afsheen mengulang perkataan Keigher dengan mata melotot namun tidak dapat melihat sudut bibir Keigher yang terangkat kecil.

***

Afsheen terjebak di dalam kereta kuda. Dia bertopang dagu di jendela, menatap pemandangan yang berubah-ubah dengan tatapan kosong. Terkadang dia masih merasa semua ini adalah mimpi, namun dia selalu disadarkan dengan rasa sakit fisik, membuat ia tidak dapat menyangkal bahwa ini kenyataan.

Lajur kisah antara Keigher dan Estella pun sudah sangat menyimpang—ya, lagi pula itu salahnya karena terlalu sering berada di sisi Keigher. Mungkin itulah salah satu faktor pria itu jatuh cinta padanya. Dari yang Afsheen baca, cinta bisa berasal dari rasa benci yang mana sangat cocok dengan hubungan mereka di awal.

King of the CrueltyWhere stories live. Discover now