XXXII. Ally

11.8K 2.1K 95
                                    

Undangan yang dihadiri Afsheen hari ini— setelah berusaha memilih undangan terbaik— berasal dari kediaman Duke Pillywigan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Undangan yang dihadiri Afsheen hari ini— setelah berusaha memilih undangan terbaik— berasal dari kediaman Duke Pillywigan. Memasuki area taman dari kediaman tersebut, Afsheen mengerjap pelan. Ada meja panjang beralas kain putih yang berisi camilan dengan cangkir-cangkir berisi teh hangat dengan asap mengepul samar di atasnya. Saat dia tiba, sudah banyak gadis-gadis dengan gaun indah bertebaran di taman tersebut.

Sambil berjalan, Afsheen melirik samar gaun dan riasan gadis-gadis itu. Gaun berwarna warni dengan perhiasan berkilauan membuat alis Afsheen terangkat. Tanpa sadar dia melirik gaun berwarna sage green dengan perhiasan kalung dan anting sederhana. Dibandingkan dengan gadis-gadis lain di sekitarnya, Afsheen nampak transparan.

“Nona Sheena, senang anda bisa menyempatkan diri ke pesta kecilku.” Seorang gadis cantik bergaun ungu mendekatinya dengan senyuman anggun. Karena kehadirannya, semua mata perlahan menyoroti Afsheen yang telah menghentikan langkahnya sembari menatap kedatangan gadis itu.

“Anda... Nona Pillywigan?” tanya Afsheen ragu, tidak ingin salah mengenali orang.

Gadis itu menutup setengah wajahnya dengan kipas berwarna putih lalu terkekeh malu. “Senang Nona Afsheen dapat mengenalku. Apakah perjalanan anda ke sini menyenangkan?”

“Ya... kota sisi barat sungguh indah.”

Kota di sisi barat berisi pemukiman para bangsawan. Jadi tentu saja lingkungannya terlihat sangat indah dan terawat. Tidak ada jalan yang berlubang dan rusak sejak memasuki wilayah ini. Pepohonan tertata rapi, serta bangunan berwarna hampir senada sehingga tidak ada warna yang mencolok mata. Afsheen yang pertama kali mengunjunginya saja jadi bertanya-tanya berapa besar pajak yang harus dibayarkan para bangsawan yang tinggal di sini.

“Aku harap Nona Sheena dapat menikmati pesta kecilku ini.”

“Tentu saja.”

Setelah berbasa-basi singkat, Afsheen akhirnya melepaskan diri dari para gadis itu dan berdiri di pojok meja makanan. Melirik gadis-gadis yang sibuk berbincang, dia menyempatkan diri mengambil beberapa camilan untuk mengganjal perutnya yang kosong.

Merasakan perutnya yang keroncongan membuat Afsheen mau tak mau menggerutu dalam hati. Karena tahu dia akan menghadiri pesta, kepala pelayan heboh memilihnya gaun dan perhiasan. Bahkan mengatur apa yang dia makan hari ini agar bentuk badannya terjaga dengan baik. Benar-benar menyiksa sebagai seorang wanita di dunia ini.

Ketika dia mencoba sepotong brownis, suara lembut familier terdengar mendekat.

“Nona Sheena sangat menyukai rasa coklat?” tanyanya diselingi kekehan pelan.

Afsheen dengan pipi mengembung karena makanan menoleh. Mata lebarnya mengerjap polos. “Aku menyukai semua rasa.”

“Tapi sejauh yang aku lihat, semua makanan yang Nona ambil mengandung coklat.” Estella tersenyum tipis sembari melirik pinggir meja di samping Afsheen.

King of the CrueltyWhere stories live. Discover now