V. Prisoner

16.6K 3.1K 169
                                    

Afsheen menatap kosong dinding kayu dari kereta yang dia tempati

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Afsheen menatap kosong dinding kayu dari kereta yang dia tempati. Dia baru bangun beberapa menit lalu namun otaknya belum mau bekerja. Ketika ingatan mengenai kejadian sebelumnya merasuki otaknya, tanpa sadar Afsheen menatap jari telunjuknya. Dia mengelus luka goresan yang telah mengering, kemudian menghela napas.

Pandangannya berpedar, mengamati kereta ini baik-baik. Mengetahui dia ditempatkan di kereta barang, Afsheen berwajah muram. Di kereta ini tidak ada kursi, jadi dia hanya bisa duduk di lantainya saja bersama beberapa kotak kayu. Menundukkan kepala, ia baru menyadari bahwa kedua tangannya terikat erat.

Jidat Afsheen menabrak kotak kayu yang berada di depannya tatkala kereta terhuyun-huyun sejenak sewaktu melewati bebatuan. Gadis itu meringis kesakitan, kemudian merasa jidatnya berdenyut. Ia menggosok dahinya pelan, menyandarkan kepala pada dinding kayu kereta di belakangnya sambil memejamkan mata.

Ia tidak tahu sudah berapa lama ia tertidur. Melihat cahaya yang mengintip dibalik cela dinding kayu, sepertinya saat ini sekitar siang hari. Dan yang terpenting daripada dia ditangkap adalah perutnya kelaparan. Afsheen mendengkus lembut, menyentuh perutnya dengan prihatin dan berharap Kaisar itu tidak akan begitu bengis membiarkannya mati kelaparan.

Beberapa jam meratapi nasib, kereta tersebut berhenti. Mata Afsheen langsung terbuka lebar, telinganya segera mendengar kebisingan di luar sana. Ketika pintu kereta di sampingnya berderit, Afsheen membasahi bibirnya dan sedikit menyipit begitu cahaya matahari yang menyengat memasuki penglihatan.

Dua prajurit berdiri tegak di depan pintu kereta yang terbuka. Prajurit-prajurit itu menatap perempuan yang terlihat linglung, lalu salah satu di antaranya bersuara, "Keluar."

Bibir Afsheen mengerut dan segera turun dari kereta. Tubuhnya sedikit lemah, dia pikir mungkin karena lapar. Dia jadi teringat Bunda-nya yang selalu mengingatkan untuk makan. Dulu dia selalu lupa makan, jika ingat pun makanannya selalu take away. Dia jadi sadar betapa pentingnya makanan untuk saat ini.

"Bisakah kalian melepaskan tali ini?" Asfheen mengangkat kedua tangannya yang terikat. "Aku gadis yang lemah dan tidak berdaya. Tidak mungkin untukku melarikan diri."

Dua prajurit itu saling bersitatap. Salah satu di antaranya mengangguk lalu memotong tali yang mengikat tangan Afsheen menggunakan pedang. Ketika tangannya bebas, gadis itu langsung mengusap pergelangannya yang berwarna keunguan.

"Ayo pergi." Prajurit tersebut mengedikkan dagu ke depan, menyuruh Afsheen segera berjalan. Tidak melakukan perlawanan yang akan menjadi sia-sia, Afsheen melangkah mengikuti prajurit tersebut. Sambil melangkah ia menyempatkan diri menoleh ke belakang, lalu matanya mendapati sosok pria berdiri membelakanginya, nampak sedang berbicara dengan orang lain.

Afsheen sontak mencibir, tetapi hanya berani dalam hati. "Dasar orang cabul, neurosis, psikopat, tiran, tukang bully!"

Setelah ditelaah dengan baik saat dia masih berada di kereta, kemungkinan besar dia disandera adalah karena bersikap tidak hormat pada kaisar jahat itu. Bagaimanapun Keigher begitu mulia dan ditakuti, dia memiliki arogansi dan harga diri yang kuat dalam di dirinya. Gadis yang melawan sang kaisar sepertinya tentu saja harus ditangkap dan dibunuh.

King of the CrueltyWhere stories live. Discover now