XXVII. Aphrodisiac

14.9K 2.6K 318
                                    

Part ini agak plus plus. Makanya update malem. Buat yang puasa, kalau buka part ini pagi/siang/sore, skip dulu.

 Buat yang puasa, kalau buka part ini pagi/siang/sore, skip dulu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tak berselang lama, Keigher kembali dengan dua kelinci hidup. Dia memegang leher kelinci dengan tenang, sampai melihat Afsheen yang lagi-lagi berjongkok di pinggir sungai sambil memercikkan air ke wajahnya berulang kali.

"Ada apa?" Keigher mendekatinya dengan kening berkerut.

Ketika gadis itu menoleh, Keigher dapat melihat wajahnya yang memerah abnormal dengan mata sedikit tidak fokus. Dia melepaskan kedua kelinci tersebut, membuat kedua hewan yang selamat dari maut tersebut segera melompat pergi sejauh mungkin.

"Yang Mulia... panas sekali..." gerutu Afsheen yang lagi-lagi memercikkan air ke wajahnya.

Keigher menarik Afsheen. Karena tidak memiliki tenaga lebih, gadis itu langsung terlempar menabrak tubuh Keigher. Merasa lebih nyaman, Afsheen memeluk pinggang Keigher sambil menggosok pipinya di dada pria itu.

"Hah... nyaman..."

Keigher menarik dagu Afsheen agar menatapnya. Melihat gerak-geriknya, dia dapat menebak apa yang terjadi pada gadis itu. "Apa yang kau makan saat aku pergi?"

Afsheen menggeleng tidak nyaman. Berusaha melepaskan tangan Keigher dari dagunya. "A-anggur..."

Mata Keigher langsung terarah pada anggur yang dibawa oleh Afsheen. Menyipitkan mata sejenak, sudut bibirnya berkedut. Anggur apa-apaan! Jelas itu buah afrodisiak. Sayang sekali dia tidak melihat buah tersebut tadi.

"Jadi apa maumu?" tanya Keigher sambil menatap Afsheen lekat, namun menanti tindakan aktifnya.

Otak Afsheen kosong seketika. Dia awalnya merasa nyaman bersentuhan dengan tubuh Keigher. Namun lama kelamaan, dia merasa kurang. Dia ingin mendapatkan kontak lebih dari sekadar pelukan. Entah sejak kapan, tangannya sudah berkeliaran liar menyentuh tubuh Keigher, merasakan dengan jelas otot-otot dibalik kemeja yang digunakannya.

Keigher menekan gairah dalam diri menguasainya. Namun ketika Afsheen memajukan wajahnya, mengecup bibirnya tanpa pengalaman, dia tidak bisa menahan diri lagi dan menarik gadis itu ke pohon terdekat dan mengurungnya di antara tangannya. Dengan agresif menggerogoti hingga menyesap bibir merah Afsheen. Tak lama bermain dengan bibirnya, lidah Keigher semena-mena masuk menjarah mulut Afsheen, mengambil rasa manis yang tertinggal di dalamnya.

Ketika memisahkan bibir, ada seutas saliva yang terhubung di antara bibir milik mereka. Afsheen merasa bibirnya kebas, namun masih tidak puas dengan berhentinya Keigher di tengah permainan.

Keigher mengusap pipi Afsheen yang memerah, turun perlahan lalu mengelus bibirnya yang semakin merah dengan darah akibat gigitannya. Dia menekan keningnya ke kening gadis itu dan bertanya dengan suara serak. "Kau sadar siapa aku?"

"Keigher." Afsheen mendengus, masih sedikit linglung, namun dapat tahu siapa orang yang bisa memuaskan dahaganya ini. Dia menarik tangan Keigher lalu meletakkannya di dadanya. "Yang Mulia, aku tidak nyaman di sini..."

King of the CrueltyWhere stories live. Discover now