XXI. Embarrassed

16.2K 3.4K 288
                                    

“Wuah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Wuah...” Afsheen terpesona sejak tadi. Dia dengan antusias melirik sana-sini, menikmati suasana hiruk pikuk yang dia duga adalah pasar malam.

Karena gumaman pelan dari gadis itu, Keigher jadi meliriknya ringan. Ada sorot geli samar dalam tatapannya sebab merasa bahwa gadis itu nampak seperti anak kecil polos yang baru melihat dunia.

Tatapan Afsheen kemudian tertuju pada sebuah kios. Dia tanpa sadar menarik jubah Keigher pelan, mengambil atensi pria itu. “Yang Mulia, saya ingin itu!”

Kening Keigher mengerut dangkal menatap wajah berbinar gadis itu kemudian kios yang memamerkan berbagai permen berbentuk apel hingga kelinci yang berwarna-warni.

“Kau menginginkan itu?” tanyanya aneh. Melihat anggukan antusias Afsheen, dia mengejek, “Apa kau bocah?”

Binar di mata gadis itu redup dan langsung menyadari kenyataan bahwa dia berhadapan dengan Kaisar tiran. Mana mungkin dia mengerti hal menyenangkan ini.

Keigher mendengkus lalu berjalan. Beberapa saat kemudian dia melirik ke belakang dengan tak sabar. “Bukankah kau ingin membelinya? Cepat.”

Afsheen tertegun sejenak. Melihat Keigher menuju kios permen tersebut, matanya berubah cerah dan segera mengejarnya.

“Berikan dia semuanya.” Keigher melemparkan beberapa koin emas, membuat mata pemilik kios melebar.

Ditatapnya sosok berjubah hitam dengan kegembiraan. Meski dia tidak dapat melihat seperti apa rupanya, namun dia tahu bahwa pria itu adalah orang kaya yang harus dilayani dengan baik!

“Baik, Tuan.” Dengan semangat dia membungkus semua permen di kiosnya dan memberikannya kepada Afsheen dengan mata cerah. Koin emas yang diberikan pria itu sangat lebih dari cukup untuk membeli semua permennya.

Sudut bibir Afsheen berkedut melihat tas yang penuh dengan permen di tangannya. “Saya hanya butuh satu.”

“Kau bocah, makanlah hingga puas sehingga tidak merengek seperti tadi.” ujar Keigher sambil menepuk pucuk kepala gadis itu.

Afsheen mengulum bibirnya menahan umpatan dan mendongak menatap pria itu dengan mata melengkung karena senyuman. “Terima kasih. Anda benar-benar seperti seorang ayah yang bijaksana.”

Tangan Keigher menjadi kaku di atas kepala Afsheen. Menghadapi senyuman cerahnya, matanya perlahan berubah suram dan berbalik pergi.

Kepuasan langsung melanda Afsheen karena berhasil membuat pria itu kesal. Dengan penuh kemenangan, dia mengambil satu permen apel dan memakannya sambil mengekori Keigher.

“Yang Mulia,” panggil Afsheen yang masih sibuk memakan permennya. “Kenapa anda membawa saya ke sini?”

Keigher sejak awal diam. Tetapi ditodong pertanyaan ini, dia menjawab dengan santai, “Kudengar ada festival di wilayah ini. Jadi aku datang melihat.”

King of the CrueltyWhere stories live. Discover now