XXV. Who is the real?

15.9K 2.9K 358
                                    

“Silakan duduk, Nona Sheppard

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

“Silakan duduk, Nona Sheppard.”

Estella terbangun dari lamunannya. Dia menundukkan kepala, berjalan maju lalu menghormat kepada Keigher kemudian duduk di hadapannya. Dia menempatkan tangannya di atas lutut, duduk tegak menatap lurus Keigher.

“Terima kasih, Yang Mulia.”

Keigher mengangguk tak acuh. Dia melirik Afsheen sekilas, lalu kembali membaca dokumennya. Beberapa saat tidak mendengar suara, dia melepaskan dokumennya, mendongak menatap Estella yang masih duduk di depannya. “Untuk apa mencariku?”

“Ah,” gumam Estella kaget, tidak menyangka Keigher akan berbicara duluan. Dia mengalihkan tatapannya dari Afsheen, lalu menunduk sopan. “Saya ingin mengucapkan terima kasih karena Yang Mulia sudah mengizinkan saya mengikuti anda. Saya ingin menyampaikan informasi yang saya dapatkan....”

Keigher bersandar malas, lalu kembali melirik Afsheen yang tertidur pulas di pundaknya. Ada senyum samar di matanya. Merasa bosan, dia memainkan rambut panjang Afsheen di antara sela jemarinya. Matanya menyipit samar.

Surainya sangat lembut, seperti sutera. Bahkan ada aroma mawar samar dari rambutnya. Perasaan Keigher seketika terasa nyaman. Bahkan saking nyamannya dalam kegiatannya, dia melupakan sosok cantik yang masih berbicara panjang lebar di hadapannya.

“Untuk itu, saya memohon agar Yang Mulia mengizinkan saya ikut di garis depan.”

Kalimat terakhir tersebut akhirnya mengambil atensi Keigher. Pria bermanik mata merah itu menatap lekat perempuan cantik di hadapannya, tangannya yang panjang dan besar masih giat memainkan sejumput rambut hitam milik Afsheen. “Untuk?”

Estella mengepalkan tangan, menahan tekanan yang tiba-tiba Keigher berikan kepadanya. Dia menggertakkan gigi pelan lalu berniat menjelaskan. “Saya—”

“Untuk menjadi beban, huh?” potong Keigher dengan tatapan malas. “Aku membiarkanmu ikut hanya untuk menghormati niat Erilam Sheppard menyuruh adiknya datang ke wilayah laut merah, bukan membiarkanmu menjadi beban tambahan pada pasukan.”

Kepalan tangan Estella mengerat. Dia menatap tepat manik mata Keigher, ada getaran dalam hatinya. Iris mata merah pria itu menatapnya dingin dengan bulu matanya terkulai. Ada atmosfir tidak menyenangkan yang keluar dari tubuh pria itu, membuat Estella gugup.

Keigher benar-benar bosan dengan perempuan-perempuan sejenis Estella. Mereka bertingkah sangat berani, tanpa tahu bahwa rencana dangkal mereka akan menimbulkan banyak kekacauan. Estella bukan yang pertama, melainkan perempuan kesekian yang menggunakan metode yang sama.

Biar Keigher tebak. Dia ingin ikut ke medan perang untuk mendapatkan kualifikasi di mata publik bahwa dia cocok bersanding dengan dirinya yang bernotabene seorang kaisar, bukan?

Ini bukan tebakan asal, sebab inilah pemikiran para perempuan sebelumnya. Jika tidak meleset, pasti Estella pun demikian. Dia muak dikejar sedemikian rupa.

“Y-yang Mulia... sa—”

“Hm....” Ada dengusan samar. Dua pasang mata yang tadinya berbicara itu sontak menatap sang pelaku yang kini asyik mengusap pipinya di pundak Keigher, mirip seperti kucing yang diusik tidurnya.

Akhirnya ada smirk dalam wajah dingin Keigher. Dia melepaskan rambut Afsheen yang melilit jari telunjuknya, beralih menowel pipi lembut perempuan itu pelan.

“Bangun, dasar pemalas.” Meski nadanya tidak berubah, namun ada sedikit kelucuan di dalamnya.

Afsheen yang kini setengah sadar menepis jari Keigher dari pipinya dengan keras. Mengerutkan kening sebelum berdecak dengan suara serak. “Aku sepertinya demam....” katanya lemah.

Keigher meletakkan tangannya di kening. Tidak merasakan panas, dia menyentil keningnya kuat, membuat perempuan itu mengaduh. “Bangun. Kepalamu sangat berat. Pundakku mati rasa.”

“Sial—” umpatan Afsheen tertahan. Dia meringsut menjauh, lalu menatap Keigher dengan mata menahan kantuk. Ada bekas merah di keningnya akibat sentilan pria itu tadi.

Menahan diri dari emosi, Afsheen akhirnya mengucek matanya yang terasa berat. “Aku tadi tertidur?” tanyanya dengan suara serak sebelum sadar ada sosok seperti boneka manusia di hadapannya. Dia terlonjak pelan sebelum terbelalak. “Nona Estella?!”

Estella sontak mengulas senyum kepadanya, seolah tatapan rumit sebelumnya hanya ilusi.

“Bagaimana kau di sini— sebentar.” Afsheen melihat Estella lalu Keigher, bolak-balik menatap mereka beberapa kali sebelum senyum menggoda muncul di wajahnya. “Ah, aku mengerti.”

Keigher meliriknya sekilas lalu mengerutkan kening samar. Berpikir pasti ada pemikiran aneh dalam otak Afsheen.

“Saya ke belakang dulu. Yang Mulia dan Nona Estella silakan melanjutkan pembicaraan kalian.” Dengan senyum cerah Afsheen bangkit, hampir jatuh jika saja Keigher tidak memegang lengannya, sebelum menarik diri menjauh. “Sampai jumpa Nona Estella.”

Melarikan diri dari kedua protagonis di dunia ini, Afsheen merasa lega. Karena terburu-buru pergi, dia tidak sadar bahwa pintu yang dia masuki saat ini adalah sebuah kamar. Menaikan alis, Afsheen berpikir untuk keluar. Namun jika dia melakukan itu, otomatis dia harus melewati Keigher dan Estella lagi, sebab pintu keluar terletak di ruangan tadi.

Menghela napas pelan, Afsheen mengucek matanya. Sepertinya mabuknya belum hilang. Dia merasa lelah dan mengantuk. Berjalan menuju kasur, dia segera menghempaskan diri ke sana.

“Tidak apa-apa. Hanya sebentar,” gumamnya meyakinkan diri sebelum memejamkan mata dan tidur terlelap.

Beberapa menit kemudian, Keigher masuk. Melihat Afsheen berbaring nyaman di kasurnya, dia tidak bisa menahan diri untuk terkekeh.

***

“Maaf, Tuan. Yang Mulia beserta rombongannya telah pergi ke Laut Merah.”

Pria berambut pirang itu menatap kepala pengurus istana dengan tatapan kosong sebelum kembali bertanya, “Termasuk gadis itu, Sheena?”

“Ya, Duke Finigan. Termasuk Nona Sheena.”

Dane berbalik, melangkah keluar dari istana dengan perasaan rumit. Langkahnya terhenti sejenak, sebelum kembali melirik ke arah bangunan istana.

Sheena masih hidup, bekerja di sisi kaisar. Lalu siapa tubuh yang dia temui tempo hari lalu? Dia ingin segera mengklarifikasinya kepada perempuan yang bersangkutan, namun butuh dua hari untuknya sampai di kekaisaran. Sayangnya dia terlambat. Perempuan itu sudah pergi lebih dahulu.

Mengepalkan tangannya, pikiran Dane melayang pada pertemuan mereka sebelumnya. Dia pikir karena sudah lama tidak bertemu, Sheena telah tumbuh menjadi gadis dewasa yang masuk akal, tidak seperti sebelumnya yang suka bersembunyi ketakutan melihatnya.

Namun jika dikaitkan dengan mayat yang ditemuinya, apakah Sheena yang tinggal di sini masih Sheena yang sama yang dikenalinya?

Namun jika dikaitkan dengan mayat yang ditemuinya, apakah Sheena yang tinggal di sini masih Sheena yang sama yang dikenalinya?

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

January 25, 2022.

A/N :

Dugaan kamu gimana tentang Afsheen dan Sheena? Coba komen. Wkwkwk

King of the CrueltyKde žijí příběhy. Začni objevovat