XIV. Return

15.7K 3.2K 274
                                    

Jangan lupa vote dan spam komen ya.

Happy reading!

Afsheen jelas bingung begitu mendapati semua mata menatapnya kosong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Afsheen jelas bingung begitu mendapati semua mata menatapnya kosong. “K-kenapa kalian menatapku?”

Sring!

Bruk!

Dalam sekejap suara pedang dan ambrukan terdengar. Dalam sekejap mata Keigher sudah membereskan penjaga yang mengekang Estella, menarik gadis itu lalu mendorongnya ke belakang.

Pria bermata merah dan ekspresi dingin itu memutar pedangnya dengan sudut bibir sedikit terangkat. “Baiklah. Waktunya memulai.”

Jenderal Zir tentu saja tidak mengharapkan perubahan kondisi yang sangat tiba-tiba ini dan tidak dapat menahan mulut untuk mengutuk pelan, “Sial.”

Semua orang langsung bersiap siaga. Sedangkan Afsheen mengerjap pelan dengan wajah tanpa dosanya kemudian menarik Estella yang masih menatap Keigher untuk menjauh dari zona berbahaya.

Keigher sudah melihat pergerakan gadis itu sejak awal. Begitu Afsheen menjauh, dia berkata dengan santai, “Selesaikan semuanya.”

Dan dimulailah adegan berdarah. Bagi Keigher beserta prajurit yang dibawanya, tentu saja menghabisi lawan yang kalah dalam jumlah, strategi, dan kekuatan ini sangatlah mudah. Meski prajurit yang dibawa Keigher pun juga sedikit dibanding pasukan Raen, kekuatan fisik mereka tidak perlu diragukan.

Terlebih, Keigher tidak akan pernah menerima kekalahan dan menodai riwayat hidupnya.

“Seperti yang dikatakan, Kaisar negeri Sylvan sangat tangguh.” kata Jendral Zir dengan gigi menggertak kencang sembari menahan pedang Keigher.

“Semua hal yang didengar olehmu tentangku bukanlah bualan.”

“Cih.” Jenderal Zir mencibir atas besar kepala Keigher. Dia mengerahkan seluruh tenaganya pada tekanan pedang dan berteriak, “MATILAH KAU KEIGHER!”

Mata Keigher menyipit berbahaya. Dalam sekejap dia menghilang dari hadapan Jenderal Zir dan menghunuskan pedang menembus punggung belakang Jenderal Zir.

Jenderal Zir melebarkan mata. Lalu seteguk darah segar mengalir dari sudut bibirnya. “Akh, k-kau...”

“Kau tidak cocok memanggil namaku.” Lebih tepatnya, tidak boleh ada yang memanggil namanya. Apa lagi saat Jenderal Zir meneriaki namanya, benar-benar merusak pendengarannya.

“K-kau akan m-mati mengenaskan... ugh,”

Keigher menekan pedangnya lebih dalam lalu menariknya dengan sekali gerakan. “Kau orang ke sekian yang mengatakan itu.”

Belum sempat mengatakan sesuatu lagi, Jenderal Zir terjatuh ke tanah dengan mata terbuka.

“JENDERAL!!!”

King of the CrueltyWhere stories live. Discover now