XXII. Bring me!

16.9K 3.2K 446
                                    

Seminggu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seminggu. Keigher hanya memberi waktu libur untuknya kembali ke keluarga Huntly dan hari ini dia harus kembali ke kerajaan tanpa boleh menunda waktu.

Menatap kepala koki istana, Afsheen tersenyum semringah. “Madam! Aku merindukanmu! Sangat.”

Kepala koki tersebut tersenyum menggoda. “Merindukan saya atau makanan saya?”

“Semuanya,” Afsheen menyengir dan menarik kursi untuk duduk. “Baiklah, bisakah aku mendapat beberapa makanan? Selama perjalanan kembali ke sini aku lapar setengah mati.”

“Nona Estella, tidak boleh membawa kata mati dalam ucapanmu.” tegur kepala koki itu tegas.

Afsheen terkekeh dan menggapai anggur dari keranjang di atas meja. “Berhenti memanggilku Estella, Madam. Nama asliku Sheena.”

“Oh, baiklah.” Kepala koki tidak bertanya lebih lanjut. Dia tahu ada batasan yang tak terucapkan tentang informasi diri seseorang. “Tunggu sebentar di sini, saya akan menyiapkan camilan untuk anda.”

“Oke,” Afsheen bertopang dagu menunggu dengan penuh semangat. Sebagai seorang foodie, dia sudah menanti hari ini di mana dia akan memakan masakan koki istana.

“Kembali dari liburan tidak melapor padaku, kau langsung hinggap di sini?”

Punggung gadis itu seketika menegak mendengar nada berbahaya itu. Perlahan dia menengok ke samping, menatap pria yang perpakaian rapi dengan warna didominasi hitam membuat bulu kuduknya meremang. Apa lagi sepasang netra merah yang mengawasinya penuh selidik.

“Kaisar!” Afsheen sontak berdiri dan menggerutu dalam hati. Beberapa hari tidak melihatnya, aura Keigher semakin menakutkan!

Keigher menaikkan sedikit alis matanya melihat gadis itu bergerak gelisah kemudian melambaikan tangan. “Duduklah.”

“Lalu Kaisar ba—” Kata-kata Afsheen terhenti begitu Keigher dengan santai duduk di sampingnya. Matanya melebar ngeri. “Kaisar!”

“Hn.”

“Kaisar yang agung dan perkasa, anda tidak bisa duduk di kawasan dapur kotor dan jelek seperti ini,” Dengan hati-hati Afsheen menggambarkan keadaan, berniat mengusir halus pria itu. “Jika Kaisar ingin makan, pergi ke ruangan anda. Nanti saya akan mengirimnya.”

Melihat mata gadis itu berbinar, tanpa sadar Keigher menurunkan pandangan ke bibirnya lalu membuang wajah. “Tidak, aku ingin mengubah suasana.”

Mulut Afsheen terbuka, ingin mengutarakan sesuatu. Namun dia terhenti dan meratap dalam hati. Agaknya dia tidak akan bisa puas menyelesaikan makanannya. Dengan sedih gadis itu mengambil jeruk di keranjang dan mengupasnya, namun tiba-tiba mendengar titah Keigher.

“Kupaskan untukku juga dan suapi aku.”

Bajingan! Rutuk Afsheen dalam hati. Melirik jeruk di tangannya, dia seketika tidak memiliki napsu makan lagi. Terbesit ide busuk di otaknya, membuatnya diam-diam menyeringai.

King of the CrueltyWhere stories live. Discover now