XXXVI. Flashback (2)

11.2K 2K 239
                                    

Sebelum mengenalnya, Keigher hanyalah penguasa kerajaan Sylvan yang dikenal bengis dan tirani

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebelum mengenalnya, Keigher hanyalah penguasa kerajaan Sylvan yang dikenal bengis dan tirani. Tidak ada yang tahu kebenaran masa lalu Keigher. Sejak bayi hingga berusia 5 tahun, dia hidup di daerah perbudakan. Tidak ada yang menjaganya dengan sungguh-sungguh. Hanya mengandalkan dirinya sendiri untuk bertahan hidup.

Namun apa yang bisa dilakukan anak kecil seperti itu untuk bertahan hidup? Jika itu bukan Keigher, maka itu adalah hal yang mustahil. Tapi ini Keigher, anak kesayangan para dewa yang diberi kesadaran penuh tentang kehidupan. Sayangnya, hanya sampai sana pemberian terbaik yang para dewa berikan. Keigher hidup dalam perbudakan hingga berusia 5 tahun. Dengan akalnya sendiri, dia pergi tanpa bisa ditangkap oleh para bandit dan keluar dari lingkaran perbudakan, menuju hutan sunyi dan menemukan sebuah menara tua tanpa penghuni kemudian hidup seorang diri di sana.

Ketika usianya menginjak 6 tahun, ada rombongan besar dari kerajaan Sylvan mengelilingi menaranya dengan penuh kekuatan. Keigher berdiri di jendela, mata merah tanpa emosinya memandang ke bawah di mana para prajurit berusaha keras melawan harimau-harimau putih dengan gigi mencuat. Tidak ada belas kasih kepada para prajurit yang mati didalam mulut para binatang muas itu. Dia hanya memandang datar seolah di bawah sana adalah semut yang mengganggu.

Mungkin karena persiapan yang matang, prajurit-prajurit yang tersisa berhasil menerobos masuk ke menara. Seorang pria paruh baya dengan aura kuat melangkah maju, memandang bocah yang mengenakan kain putih sebagai gaun untuk menutupi tubuhnya dengan penasaran. Kedua mata beriris merah itu beradu. Ada binar terkejut dari mata pria paruh baya itu melihat wajah tampan tak tercela dari anak berusia 6 tahun tersebut.

“Kalian yakin bocah ini adalah hasil ramalan itu?” Suara berat pria itu menggema di menara yang kosong. “Bagaimana dia bisa mendapatkan mata merah dari keturunan anggota inti kerajaan? Aku curiga dia adalah anak haram adik-adikku yang sudah terkubur di dalam tanah.”

“Hormat, Yang Mulia, tidak ada wanita yang memiliki hubungan dengan pangeran kedua dan ketiga yang lolos dari pengawasan, sehingga tidak mungkin mereka mengandung darah keluarga kerajaan.” Pria berjirah perak di belakang kirinya dengan sigap memberi tanggapan.

Pria paruh baya yang dipanggil Yang Mulia itu adalah Kaisar XII kekaisaran Sylvan, Raithor de Esgal. Matanya bersitatap dengan milik Keigher untuk beberapa saat, sebelum kekehan keluar dari bibirnya. “Kalau dilihat-lihat, matanya memang berbeda dari milik kami. Lebih indah.”

Kedatangan mereka khusus untuknya tidak membuat Keigher terkejut. Beberapa hari bersama mereka menuju istana membuatnya tahu alasan mereka datang kepadanya. Ada ramalan mengenai anak kesayangan dewa yang akan membawa keberuntungan dan kekuatan bagi kekaisaran Sylvan dengan ciri-ciri rambut hitam legam dipasangkan dengan iris mata merah secantik kristal.

Sayangnya setahun kemudian Kaisar Raithor meninggal karena penyakit mematikan yang tiba-tiba menyerang, membuat Keigher yang merupakan satu-satunya pewaris yang ditetapkan langsung naik sebagai pengganti— meski melalui banyak pertentangan. Kubu yang menentang merasa dia terlalu muda mengambil takhta, sedangkan kubu yang menerimanya adalah mereka yang ingin menggunakannya sebagai boneka untuk mengendalikan kekuasaan.

Perlahan penolakan itu surut ketika Keigher merancang strategi menyerang kerajaan lawan dan memenangkan peperangan pertamanya. Sedangkan kubu yang mendukungnya mulai merasa dia diluar kendali lalu merencanakan kematiannya.

Keigher mulai hidup dalam kemuliaan. Selain bermalas-malasan di istana, dia akan menghabiskan waktu menetapkan strategi lalu menerapkannya di medan perang—tidak lupa menghadapi para pembunuh bayaran yang diam-diam menunggu kelengahannya. Hampir 20 tahun kehidupan Keigher berjalan seperti itu. Membosankan dan monoton. Ia juga tahu desas-desus bodoh mengenai jantungnya. Dia menganggap semua orang itu idiot sebab percaya bahwa dirinya tidak memiliki jantung kehidupan hanya karena dirinya tidak merasa kesakitan saat secara tidak sengaja pedang menusuk dada kirinya.

Keigher ingin sesuatu yang baru, sesuatu yang bisa membangkitkan selera dan minatnya. Namun bahkan dengan hadirnya Estella yang disodorkan kepadanya sebagai kambing hitam tidak berhasil membuat hatinya tergerak. Tetapi untuk mengurangi kebosanan, dia ikut bermain dalam peran yang dibawa oleh Estella. Pendekatan, jatuh cinta dan menikah. Keigher melakukan sesuai apa yang mereka rancang. Malam demi malam dia habiskan melihat wanita itu bergelut dalam halusinasi dicintai olehnya yang berasal dari obat yang berisi halusinogen.

Yang membuatnya cukup terkejut adalah belati yang wanita itu arahkan kepadanya pada hari itu. Keigher merenung. Apakah karena mereka mempercayai rumor itu, mereka mengira jantungnya berada di bagian kanan? Dalam kondisi terluka, Keigher terkekeh lucu. Dia menatap langit yang biru, sinar mentari menembus iris matanya, membuat warna iris matanya jauh lebih jernih.

Bayang-bayang masa lalu memudar, mengembalikan pikirannya kepada kenyataan saat ini. Wajah cantik penuh kerutan cemberut masuk ke penglihatan Keigher, membuat jantungnya berdetak kencang.

“Saya penasaran dengan apa yang anda bayangkan!” desis wanita itu kesal sembari menarik diri untuk duduk tegap. Bibirnya melengkung ke bawah, menunjukkan bahwa dia benar-benar dalam kondisi marah.

Keigher menopang tubuhnya dengan satu lengan, berbaring miring menghadap wanita itu dengan tangannya yang bebas meraih surai panjang Afsheen, menariknya mendekati hidung bak perosotannya lalu menghirup aroma manis dari sana. “Aku sedang berpikir berapa lama kau akan bertahan di malam pertama kita.”

Wajah Afsheen berubah merah seperti tomat. Matanya mengarah pada pria yang kini menyunggingkan senyuman guyon, membuat hatinya bergetar. “Mesum!”

Dada Keigher bergetar diiringi tawa hangat yang keluar dari mulutnya. Dia menegakkan punggung, mendekatkan wajahnya kepada wanita di sampingnya hingga wajah mereka berjarak beberapa senti. Napas hangat dengan aroma manis menyeruak ke dalam indra penciumannya. Mata mereka bersitatap sejemang, hingga Keigher tidak bisa bertahan lagi untuk mengecup bibir merah wanita itu. Bibir mereka terpaut lama, dengan kekuatan lembut penuh kasih sayang.

Afsheen merasa Keigher sedikit berbeda hari ini, lebih lembut dan rendah hati. Tidak seperti biasa mempertahankan kesombongannya. Begitu merasa bibirnya kosong tanpa sentuhan, perlahan ia membuka mata.

“Aku penasaran dari mana kau mendengar rahasia jantungku di bagian kanan.”

Mata Afsheen melebar sejenak, menatap wajah tampan tanpa cela di hadapannya dengan linglung. Sedetik kemudian dia melengos, melirik sekitarnya dengan hati-hati sebelum bergerak semakin dekat kepada Keigher.

“Karena anda akan menjadi suami saya, saya akan mengatakan suatu rahasia kepada anda,” bisik Afsheen tepat di samping telinga Keigher, membuat pria itu merasa gatal karena napas hangat Afsheen yang menyembur ke lehernya. “Aku memimpikannya.”

Pikiran sembrono Keigher seketika buyar begitu kalimat terakhir itu dilayangkan. “Mimpi seperti apa?”

Afsheen menarik diri, lalu senyum kecil terulas dibibirnya yang merah dan sedikit bengkak. “Aku bermimpi bahwa anda sangat mencintai Nona Estella dan menikahinya dengan penuh kasih sayang.”

Pupil mata Keigher bergetar melihat wajah penuh senyum wanita itu.

Dari tujuh kehidupannya, apakah hanya kehidupan pertamanya yang muncul kepada Afsheen?

Dari tujuh kehidupannya, apakah hanya kehidupan pertamanya yang muncul kepada Afsheen?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

August 25, 2022.

King of the CrueltyWhere stories live. Discover now