XXXV. Flashback

11.2K 2.1K 244
                                    

Ada rasa sakit tumpul di dadanya, namun ia malah menikmati sensasi setiap selnya terbelah lalu perlahan menjadi satu kembali

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Ada rasa sakit tumpul di dadanya, namun ia malah menikmati sensasi setiap selnya terbelah lalu perlahan menjadi satu kembali. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyum sarkastis, berpikir bahwa apa yang dia duga datang juga. Alih-alih menghindarinya, dia malah membiarkan semuanya berjalan sesuai rencana pihak lain.

Saat ini dia sendiri, terbaring di atas rumput dengan angin yang berembus sepoi-sepoi menyapu wajahnya yang tentram—jika saja lumuran darah tidak menghiasi kemeja putihnya. Matahari yang hangat menyinari tubuhnya, membawa kehangatan yang sayangnya tidak bisa tembus hingga hatinya yang kedinginan. Karena matanya tertutup, indra pendengarannya menjadi lebih tajam. Dia bisa merasakan dua pasang kaki melangkah mendekat.

“Ada orang di sana!” Suara bersemangat gadis yang anehnya asing memasuki rungu Keigher. Kening pria itu berkerut sangat samar sehingga jika tidak diperhatikan baik-baik, tidak akan terlihat perubahan di wajahnya.

“Sudah kubilang jangan berlarian ke sembarang tempat, kan?” Suara gadis lain tanpa daya mengikuti.

“Siapa yang membuat duniamu sangat menarik! Dan aku berbicara jujur, aku benar-benar melihat orang—wow, pria tampan!” Ada gerisik langkah yang semakin mendekat. Ketika Keigher merasakan sang pemilik suara berdiri di atasnya, menghalau sinar mataharinya, dia merasa tidak senang dalam hatinya. Tiba-tiba dia mendengar suara tarikan napas dalam. “A-ada darah di bajunya. Dia pasti terluka, kan?”

“Yah... mungkin dia salah satu prajurit yang sedang berlatih dan ingin menyembuhkan diri di sini?” tanya gadis lainnya ragu-ragu lalu berdasarkan suara gesekan kulit, Keigher dapat menebak bahwa dia sedang menarik gadis yang berdiri di sampingnya untuk menjauh. “Jangan dekat-dekat dengannya. Prajurit bisa kasar terhadap orang asing yang tiba-tiba mendekatinya saat terluka sebagai bentuk pertahanan.”

“Begitukah? Tapi prajurit ini sangat tampan. Apakah semua prajurit di duniamu setampan ini?” Suara pemujaan yang benar-benar asli tanpa dibuat-buat membuat amarah Keigher di dalam hatinya sedikit berkurang dan malah merasa lucu. Baru kali ini ada gadis yang secara gamblang mengatakan seperti apa rupanya.

“Um, mungkin karena dia adalah prajurit istana?”

“Ayahmu datang ke istana ibukota untuk membahas masalah wilayah kalian, kan? Pasti bertemu kaisar. Apakah dia orang yang tampan? Prajuritnya saja setampan ini, pasti kaisarmu lebih! Oh, atau mungkin saja kaisarmu berpenampilan gendut dengan perut bulat, pendek, berkumis dan mesum! Rata-rata kaisar yang aku baca seperti itu.”

“Aku tidak pernah melihat Yang Mulia. Ayo, kita harus pergi sekarang atau tidak pengawal ayahku akan datang mencariku.”

“Dia—”

“Dia pasti aman di sini.”

“Tapi— tunggu.” Aroma manis tiba-tiba mendekat diiringi sentuhan ringan di sekitar dadanya, membuat Keigher yang sejak tadi berpura-pura tak sadarkan diri merasakan gatal. “Luka di dadanya sangat dalam. Kita setidaknya harus membantunya sebelum pergi.”

King of the CrueltyWo Geschichten leben. Entdecke jetzt