VII. The hand of Keigher

17K 3.2K 184
                                    

Hai hai! Hampir tiga minggu ya gak update. Kangen kan?

Kalo part ini banyak yang aktif vote dan comment, hari Minggu lusa aku update lagi.

Selamat membaca♡

Afsheen melirik kanan dan kiri, memerhatikan interior istana yang menyilaukan matanya yang kampungan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Afsheen melirik kanan dan kiri, memerhatikan interior istana yang menyilaukan matanya yang kampungan. Dengan langkah terseok-seok karena kram yang disebabkan berlutut terlalu lama, gadis itu mengamati semua hal bahkan lantai.

"Nona, silakan lewat sini."

Segera Afsheen tersadar dan menatap ke depan. Seorang wanita tua yang adalah kepala pelayan daritadi memimpin jalan untuknya. Memasuki kamar yang katanya miliknya, lagi-lagi Afsheen tidak mampu menahan keterkejutan.

"I-ini kamarku? Tidak ada yang salah?"

Kepala pelayan tersebut menampilkan postur yang martabat, membuat Afsheen sedikit insecure karena tingkahnya yang rada memalukan.

"Ya, Nona. Dan..." Kepala pelayan tersebut menepuk tangan dua kali, mengabaikan wajah bingung Afsheen. Tak lama kemudian empat orang gadis berseragam pelayan masuk. "Mereka akan membantu Nona mempersiapkan diri. Setelah itu, Nona akan menghadap Kaisar lagi."

"Ah... baiklah." Afsheen tidak bisa berkata-kata lagi.

Tadi didetik-detik Afsheen mengira dia akan kehilangan nyawa, Keigher malah membalikkan keadaan. Dengan dominan dia berkata, "Aku perlu mengamatimu secara langsung beberapa waktu." Dan setelah itu Afsheen ada di sini dengan selamat sentosa.

Awalnya Afsheen mengira mempersiapkan diri seperti mengatur emosi dan pikirannya serta setidaknya makan untuk mengisi perut kosongnya. Namun mempersiapkan diri yang dimaksud adalah mandi, berpakaian, dan didandani oleh para pelayan tersebut.

Beberapa kali gadis itu menolak, tetapi dia akan kalah tatkala melihat wajah bermartabat kepala pelayan. Entah kenapa aura kepala pelayan membuat Afsheen merasa sedikit tertindas.

Mengenakan gaun selutut berwarna hitam, Afsheen memerhatikan wajah serta tubuhnya secara intens. Rambut hitam sepunggungnya diikat kuncir dan ditambah beberapa pernik kristal serta high heels setinggi lima senti. Tidak ada yang berbeda dengan dirinya, hanya saja dia merasa bahwa tubuhnya lebih tinggi beberapa senti. Juga kantung mata hitamnya tidak ada, kulitnya pun terlihat lebih bersinar.

Melihat Afsheen sudah siap, kepala pelayan kembali membuka mulut. "Waktunya pergi. Kaisar sudah menunggu."

Afsheen mengerjap pelan lalu mengekori kepala pelayan lagi. Kali ini Afsheen tidak lagi memerhatikan interior istana, melainkan menghafal jalan dengan hati-hati. Istana ini begitu luas dan memiliki lorong yang banyak. Bahkan jika dia di sini selama berbulan-bulan pun dia yakin belum sanggup menghafal seluruh jalan di istana ini.

Berhenti di depan sebuah pintu, kepala pelayan menundukkan kepala sedikit dan mengetuk perlahan. "Yang Mulia, Nona Estella di sini."

Afsheen bergerak kikuk mendengar nama itu. Dia tidak tahan untuk mencela diri sendiri. Mengapa dia menggunakan nama itu?!

King of the CrueltyWhere stories live. Discover now