P R O L O G U E

45.7K 4.1K 180
                                    

Semua orang menatapnya tajam. Ada juga yang mencibir. Menjadi perhatian semua orang tidak begitu penting. Dia harus menyelesaikan masalah ini walaupun sampai bersimpuh. Hidup dan matinya ada di tangan laki-laki berwajah datar itu.

“TIDAK!”

Langkah laki-laki itu terhenti. Teriakan nyaring itu mengakibatkan rungunya berdegung. Semua prajurit sontak mengangkat pedangnya, berdiri sebagai benteng melindungi laki-laki tersebut.

“Yang Mulia, kenapa anda tidak mau mendengarkan penjelasan saya terlebih dahulu?” Perempuan itu mengulas senyuman terbaik. Ia menelan salivanya perlahan, memerhatikan pedang tajam mengkilat yang teracung ke arahnya.

“Dasar perempuan tidak tahu diri! Berani sekali mengajak Yang Mulia bernegosiasi!” Seorang jendral menekan pundak perempuan itu hingga kepalanya hampir menyentuh lantai.

“Akh, shit!” desis perempuan itu. Matanya melirik tajam jendral yang sedari awal membencinya. Lihat wajah songongnya itu. Sangat menyebalkan! Batinnya mencibir.

“Saya tahu semua tentang anda, Yang Mulia. Termasuk rahasia anda. Saya bahkan berani bersumpah!” Lagi, perempuan itu berujar meyakinkan sosok yang dipanggil ’Yang Mulia’. Dia menunduk, mengabaikan tekanan yang semakin kuat di pundaknya. Tidak peduli rasa perih dan berdenyut dari memar di wajah dan punggungnya, tidak peduli rambut dan pakaiannya yang mirip seperti orang gila, yang terpenting adalah dia tidak boleh tamat sekarang!

Geraman jendral di belakang membuat bulu kuduknya meremang. “Kau—”

Suara nyaring pedang yang ditarik dari sarungnya menusuk rungu. Derap langkah terdengar mendekat. Dan perempuan itu pun tahu, ajalnya sudah datang.

Sebilah pedang baja menyentuh dagu perempuan itu. Mengangkatnya hingga mendongak ke atas. Lalu matanya bertubrukan dengan iris mata merah yang menyorotinya datar. Rasa dingin dari pedang itu begitu menusuk. Bahkan perempuan itu tidak berani menelan salivanya sebab ujung pedang yang tajam tepat di depan tenggorokannya.

“Apa yang kau ketahui?”

Jackpot! Perempuan itu bersorak dalam hati melihat harapan yang mulai terbuka. “Bolehkah saya mengatakannya di sini?”

“Hm.”

Sedikit menyeringai, perempuan itu mulai menjabarkan. “Bagaimana kalau saya mulai dari yang paling mendasar? Ini memang sudah menjadi rahasia umum, tapi kurang akurat. Bekas luka tusuk anda bukan di perut, melainkan di punggung sebelah kiri.”

Laki-laki itu menaikkan satu alisnya.

“Anda menyukai teh seduh dari wilayah Dagor dan menikmatinya di saat suasana hati sedang buruk. Setiap barang Anda harus beraroma teh karena Anda menyukainya. Lalu....” Perempuan itu melirik dada laki-laki itu.

Mengetahui ke mana arah pandang perempuan yang asal usulnya tidak jelas, laki-laki itu berujar, “Hentikan.”

Ia menancapkan pedang yang sedari tadi terarah pada leher perempuan itu di lantai, lalu berlutut dengan satu kaki. Laki-laki tersebut mencengkram dagunya dan menatapnya tajam.

Sedangkan perempuan itu melirik pedang yang telah menacap di lantai marmer. Dia menelan salivanya, membayangi bagaimana jadinya jika lantai itu adalah tenggorokannya.

“Siapa kau?”

Mata perempuan itu kembali menilik laki-laki beriris mata merah darah ini. Di dalam pikirannya berkecambuk. Ia seakan terhipnotis oleh mata itu. Lalu sebuah nama meluncur dari bibirnya.

“Estella.”

January 2, 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

January 2, 2021.

King of the CrueltyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang