Forty three

3.9K 401 47
                                    


Aaric terus menggeliat dalam keadaan mata tertutup. Keringat bercucuran diseluruh badan nya hingga selimut yang dia gunakan mungkin sudah basah karena kedua tangan nya. Akhirnya dia menyerah, Aaric bangun dengan nafas kencang seolah dia telah kehilangan nafas tadi. Ini pukul dini hari tapi dia sama sekali tidak bisa memejamkan matanya setelah berkali-kali memaksa tidur justru malah serangan serangan tidak jelas yang muncul dikepalanya

Aaric bangkit kedapur untuk meminum segelas air putih berharap bisa membantu keadaan nya. Begitu dia menghabiskan tiga gelas air hingga tandas dia bersender di dinding dapur guna menetralkan pernafasan nya lagi

Saat dia kembali ke kamar, ponselnya berdering menampilkan nama Abigail. Aaric langsung mengangkatnya

"Kau belum tidur?"

"Aku terbangun" jawab Aaric "Mimpi buruk"

"Apa?"

"Aku tidak bisa menceritakan nya, terlalu banyak dan ini hampir pagi. Sulit untuk membicarakan nya di telfon"

"Aku besok akan mengantar bibiku memetik teh hijau. Setelah itu aku akan mampir"

Aaric tidak menjawab ditelfon dia malah mengangguk seolah Abigail melihat apa yang dia lakukan

"Minum susu malam mu. Lalu kembali tidur"

"Ya"

Setelah pembicaraan di telfon selesai Aaric kembali merebahkan dirinya di ranjang. Ranjang ini tidak sebesar miliknya di manor bahkan besar kamar ini hanya setengah besarnya kamar mandi miliknya di sana. Tapi Aaric merasa nyaman disini. Hidupnya tidak dipaksa dan diatur. Dia bisa jadi apapun bersama Ariana, melakukan segala hal tanpa larangan. Meskipun begitu dia tetap yakin bahwa semua kenyamanan ini pasti akan berakhir. Suatu hari nanti Coolio akan kembali datang untuk menjemputnya. Pada saat itu pula Aaric tidak akan menolaknya

.
.

Smith dan Jayden mengikuti langkah besar Coolio yang berada didepan nya. Bersama salah satu penjaga polisi disini mereka diantar menuju tempat dimana masalah terbesar itu berada. Langkah Coolio lebar. Kencang. Atau mungkin sedikit keras. Semua orang yang berlalu lalang didalam kantor polisi itu memperhatikan seorang Coolio masuk ke sana. Mereka memandang Coolio penasaran. Tapi Coolio sama sekali tidak penasaran dengan apa yang ada diisi kepala mereka dia lebih penasaran bagaimana ketakutan anaknya didalam ruang introgasi itu

Mengikuti prosedur yang ada disini, mereka melepaskan semua mantel, jaket atau baju luaran mereka untuk dipersika. Mereka juga disuruh meletak kan barang bawaan mereka seperti dompet dan ponsel. Dan juga barang bawaan yang selalu dibawa Coolio kemana-mana. Pistol

Salah satu dari mereka menghampiri dan memberikan selembaran map berisi data-data anak yang ditangkap. Coolio menyerahkan nya pada Smith. Dia tidak akan membacanya

"Kami tidak tahu jika dia benar anakmu"

Kepala polisi yang dibagian dada sebelah kirinya bertuliskan Magnola duduk dihadapan nya menjamu mereka bertiga seperti tamu penting dan menyediakan minuman. Coolio akan mendengar kejadian nya sebelum masuk

"Panthouse itu sudah lama tidak disewakan karena biasanya orang mencari lokasi yang dekat dengan pantai tapi anak buahku mendapat laporan dari warga yang berjualan disana bahwa setiap malam lampu di panthouse menyala dengan suara musik kencang. Tapi keadaan panthousenya seperti tidak berpenghuni setiap matahari muncul" Magnola menjelaskan semuanya dengan detail "Niat kami hanya memastikan bahwa disana memang ada penghuninya, tapi kami mendapatkan sesuatu yang lain"

Coolio memperhatikan sebuah foto yang diambil diam-diam menggunakan ponsel. Laki-laki berambut ikal yang pernah bertemunya di ruang kepala sekolah. Lucero. Ayah Lion

Stayed with fatherWhere stories live. Discover now