Twenty Five

5.8K 473 9
                                    


"Kami hancur. Kejayaan kami meredup"

Sambil memperhatikan keluar jendela, Gregory terus bercerita tentang bagaimana tragedi itu terjadi. Dibelakangnya, Aaric dan Aaron duduk tenang bersebelahan

Di sebrang sofa, ada Carlina dan Carissa. Sedang ketiga anak laki-laki mereka Carlo, Ciro dan Coolio berdiri tegak didepan pintu

Setelah Aaron menanyakan hal yang paling sensitif bagi keluarga ini, Gregory menyuruh pelayan menelfon semua anaknya untuk datang ke manor untuk menjelaskan apa yang terjadi pada keluarga mereka di beberapa tahun yang lalu

Untuk pertama kalinya Aaric yakin bahwa cerita kali ini bukanlah tipuan, karena dari awal Carissa sudah menangis saat Carlo meletak kan potongan-potongan koran yang bertuliskan kematian anaknya

"Cardio akan pulang ke Italia. Dia menggunakan kereta bandara karena tidak ingin menaiki kendaraan yang sudah aku kirim untuk menjemputnya, anak ku yang satu itu selalu ingin hidup mandiri tidak ingin hidup dengan bayang-bayang bahwa dia adalah bagian dari kami. Dia selalu bilang untuk membuatku yakin bahwa dia akan menjaga dirinya sendiri diluar sana" Gregory menarik nafasnya lalu menghembuskan nya "Namun hari itu, Tuhan tidak melindungi putra kami"

Gregory berjalan pelan menuju kursinya dan menyandarkan badan nya disana, terlihat lelah seolah terlalu banyak beban yang sudah dia tanggung sendiri

"Aku kehilangan putraku"

Tangis Carissa semakin pecah. Carlina disampingnya ikut menenangkan, namun kelamaan dia tidak bisa menahan kesedihan nya

"Aku turut berduka atas itu" ucap Aaron

"Selama hidupku aku selalu ingin bertemu Stokoe dan menghancurkan hidupnya. Sama seperti bagaimana dia membunuh adik ku dan menghancurkan keluargaku" Ciro mulai berbicara menggangtikan Gregory yang sedang duduk memperhatikan "Dia bahkan tidak bisa disebut manusia, membunuh Cardio dan menghilangkan jejaknya kami tidak pernah melakukan pemakaman karena jasad Cardio tidak bisa ditemukan hingga saat ini"

"Mommy tidak pernah bilang bahwa kami punya dua kakek, dia selalu bilang bahwa Peter adalah kakek kami" kata Aaron

"Saat Olivia berumur 13 tahun, aku mendengar kabar bahwa perempuan bernama Silvia menggugat Stokoe di pengadilan karena percobaan pembunuhan"

"Apa?" Aaric tidak bisa membayangkan sekeji apa Stokoe Shermen itu

"Olivia hampir mati jika Silvia tidak datang tepat waktu pagi itu"

"Dia mencoba membunuh Mommy?"

"Bukan mencoba, tapi memang dilakukan" sahut Coolio dibelakang "Ibu kalian selamat dalam hitungan detik karena nenek kalian masuk tepat waktu, karena kejadian itu mereka pindah ke Las Vegas tempat dimana Silvia bertemu Peter. Disana Olivia tumbuh besar menjadi perempuan cantik dan aku tidak menyia-nyiakan hal itu"

"Itu benar, kami memang lahir untuk dirancang" sahut Aaric ketus

"Aku hanya berniat membuat Stokoe tahu bahwa anak perempuan nya telah jatuh cinta padaku, tentang bagaimana kalian berdua bisa hadir itu diluar rencana ku"

"Coolio menghancurkan rencananya sendiri" sahut Carlo dengan tawa mengejek

"Apa kalian pernah diganggu boy? Saat masih tinggal bersama ibu kalian?"

Mereka kompak menggeleng

"Satu-satunya gangguan kami adalah keluarga Damien"

Aaron ikut mengangguk kan kepalanya. Membenarkan apa yang telah dikatan Aaric

Carissa yang kini sudah bisa menenangkan dirinya mulai berdiri dan menghampiri kedua cucunya. Seolah mengerti, Aaric dan Aaron menggeser posisinya agar nenek mereka bisa duduk ditengah

Stayed with fatherWhere stories live. Discover now