Thirty three

4.5K 397 9
                                    


Aaron duduk dibangku penonton basket disebelah kiri lapangan dia harus mengatur nafasnya setelah hampir dua jam berlatih bersama club basketnya

Seseorang melemparkan air dingin kepadanya dengan sigap dia menangkapnya

"Thankyou Tim"

Tim tertawa memukul bahu Aaron "Bukan apa-apa bodoh"

Aaron ikut tertawa

"Tidak sebanding dengan yang kau berikan tadi malam" lanjut Tim "Anak-anak menyukaimu Aaron, kau bisa lebih sering bergabung"

Wajah Aaron berubah tegang saat Tim mengungkit kejadian tadi malam tepat ketika matanya menangkap Aaric yang berjalan sendirian dibalkon lantai dua sekolah

"Aku bisa bergabung jika kau tidak beritahu siapapun" Tim mengikuti arah mata Aaron "Termasuk keluarga ku"

"Ayolah Aaron, kau tahu aku tidak seperti itu"

Aaron mengangguk kecil. Dia hanya tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan Coolio jika tahu tadi malam dia bersenang-senang bersama teman-teman nya. Coolio pasti tidak suka dengan apa yang dia lakukan

"Kenapa tidak bawa serta kembaranmu? Itu lebih baik jika kalian bisa sama-sama jaga mulut"

"Tidak dia tidak seperti itu"

"Maksudmu dia suci?"

Aaric membereskan ranselnya lalu memakainya "Dia hanya tidak suka diganggu" jawabnya "Aku harus menemuinya untuk menyerahkan kunci mobil"

Aaric berhenti saat melihat Aaron yang sedang berjalan kearahnya sambil bergurau dengan murid lain, dia akan berbalik kalau saja tidak ada Aaleya siswi sekelasnya yang menabraknya dan menjatuhkan buku-bukunya

"Maaf Aaleya aku tidak lihat"

Seperti biasa perempuan itu akan tersenyum "Tidak masalah Aaric"

Aaric mengembalikan buku-buku itu pada Aaleya saat setelah perempuan itu pergi Aaron sudah berdiri didepan nya

"Aku akan pulang dengan daddy" dia mengulurkan tanganya untuk memberikan kunci mobil pada Aaric "Ates ada diparkiran menunggu"

Aaric menerimanya. Setelah itu Aaron berjalan melewati Aaric

"Kau tahu membohongi Coolio bukan hal yang baik"

Aaron menghentikan langkahnya lalu kembali berbalik menghadap Aaric

"Aku tahu kau yang membayar minuman nya"

"Tidak kau salah dengar gosip" sahut Aaron meremehkan

"Benar atau salah faktanya adalah kau melakukan hal yang sudah dia larang" Aaric maju mendekat "Apapun itu yang kau lakukan kau harus ingat bahwa kau tidak cukup pintar untuk membohonginya"

Aaron menegang

"Kau selalu menyusahkan mommy, sekarang kau menyusahkan semua orang"

"Kau terlalu ikut campur Aaric"

"Saat nanti dia tahu dan kau dipukuli" Aaric menatap mata Aaron "Jangan pernah lihat mataku" lalu dia pergi meninggalkan Aaron yang masih menegang

Aaric sudah tidak terlihat dikoridor itu namun kata-katanya barusan menusuk hatinya

"Saat kau dipukuli jangan lihat mataku"

'Jangan lihat matanya Aaron'

'Kau fikir kau bisa tanpanya'

'Kau pengecut Aaron'

'Itu alasan aku lebih suka memanasimu daripada berurusan dengan Aaric'

Stayed with fatherWhere stories live. Discover now