Two

13.3K 901 52
                                    


    Aaron berharap malam cepat berlalu agar dia bisa cepat-cepat keluar dari tempat ini

Dia tidak suka tidur di loteng, dari dulu dia tidak menyukai loteng

"Sial kepalaku" Aaron duduk dan bersandar didinding untuk membuat kepalanya terasa lebih ringan, dia melakukanya dengan sia-sia karna sakitnya tidak hilang

Tiba-tiba pintu loteng terbuka dan Olivia berdiri disana dengan kotak obat ditanganya

Aaron memperhatikan ibunya yang sedang berdiri sekarang. Bagaimana bisa ibunya masih tetap cantik padahal sudah memiliki dua anak berusia 17 tahun. Bagaimana bisa ada laki-laki yang meninggalkanya dengan wajah yang seperti malaikat itu

"Aku akan obati tanganmu"

Olivia duduk disebelah Aaron dan mulai membersihkan lukanya. Mereka saling mendiamkan. Olivia menunggu Aaron berbicara dan Aaron terlalu takut membuka mulut

Mereka menghabiskan 25 menit hanya dengan suara kesakitan Aaron saat lukanya dibersihkan

Setelah selesai, Olivi tak langsung pergi. Dia menatap wajah Aaron dan menunggu anaknya berbicara. Aaron menyerah, dia tidak bisa membohongi ibunya

"Aku tidak akan memukulnya kalau saja dia tidak menghinamu"

"Mereka sudah sering melakukan itu" jawab Olivia "Apa kau tidak bisa bersikap seperti Aaric?"

Aaron menatap Olivia marah

"Tidak" matanya penuh emosi "Aku tidak akan menjadi sepertinya, hanya diam saat dihina? Not my style. Dia harus tau siapa lawanya, jika suatu saat nanti Ayahku dat--"

"Aaron dia tidak akan datang" Olivia memotong ucapan Aaron

Kebiasaan Aaron saat marah. Selalu mengatakan jika suatu saat nanti akan ada seseorang pria yang mengaku ayahnya, dia akan menghancurkan hidup keluarga Stone

"Maaf" kata Aaron "Aku hanya berusaha membuat diriku lebih tenang"

Olivia mengelus bahu Aaron dan mencium keningnya "Aku akan matikan lampu, tidurlah"

Setelah mematikan lampunya dan menutup pintu, Olivia tidak langsung pergi. Dia berdiri didepan pintu menahan isakanya. Dia fikir dia sendirian, tapi tidak

Aaric memperhatikanya dari kamarnya. Aaric tidak suka Aaron emosi. Karna dia akan berteriak tentang Ayah mereka. Dan Olivia akan menangis setelah itu

Menyedihkan memang. Tapi bagaimana. Ini sudah jalan yang dipilih Olivia

.
.

Dibelahan negara lain, Coolio terlihat sibuk dengan persiapanya untuk segera terbang ke Pennsylvania. Dibantu para pekerjanya, Coolio membawa semua barang-barangnya. Dia punya feeling bahwa mengambil mereka tidak semudah yang dia fikir, jadi dia akan tinggal di rumah musim hangatnya disana untuk beberapa hari

"Roy, sebelum aku berangkat aku ingin kau kirim seseorang untuk mencari tahu dimana mereka tinggal. Aku tidak mau buang-buang waktu"

"Kami sudah dapatkan apa yang kau mau master"

Coolio mengalihkan matanya dan menatap Roy

"Mereka bersekolah di salah satu sekolah disana, Lower marion high school"

"Mereka?"

"Kau dapat sepaket. Mereka kembar. Dan keduanya laki-laki"

.
.

Aaric menghabiskan harinya dengan hampa disekolah hari ini

Biasanya dia akan pergi kekantin dengan Aaron. Ya siapa lagi. Mereka kembar. Kemana-mana selalu bersama. Disekolah ini mereka hanya akan terpisah saat kelas IT dimulai. Karna Aaron tidak pernah berniat untuk mempelajari hal-hal rumit didalam komputer. Dia lebih suka tebar pesona pada seluruh siswi yang ada di sekolah ini

Stayed with fatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang