Forty two

3.7K 358 30
                                    


  Ariana memperhatikan Aaric yang sibuk menyambung kabel-kabel gamenya ke TV dari meja makan. Anak ini hanya tidak ingin bertemu ayahnya, tapi semua yang diberikan Coolio tetap dia terima. Sama seperti saat dia bilang bahwa Coolio akan mengirimkan uang setiap minggu, Aaric tidak marah sama sekali. Dia justru bilang akan menggunakan uangnya untuk menambah koin didalam game. Ariana muak mendengarnya. Setelah menyambungkan semua kabelnya dengan benar Aaric duduk di sofa lalu mulai menyalakan TVnya. Ariana mendengar helaan nafas lega Aaric dia yakin keponakan nya sudah berhasil dengan kesibukan nya

Ariana meletak kan segelas penuh susu putih diatas meja dihadapan Aaric. Ini adalah pemandangan bagaimana orang bodoh terlihat dimata Ariana, manusia yang terhipnotis oleh elektronik. Aaric adala salah satu bukti nyatanya

"Jangan lupakan waktu belajarmu sebentar lagi ujian"

Aaric menjawabnya dengan berdehem. Tentu dia sudah mulai permainan nya sekarang. Mulai saat ini Ariana tidak akan punya kesempatan untuk menonton TV lagi. Dia ikut duduk disebelah Aaric mulai memperhatikan game downhill dihadapan nya

"Bibi tidak keluar?"

"Tidak" jawabnya "Aku bisa beristirahat untuk minggu depan"

"Paman Jayden akan datang"

Ariana membulatkan matanya, bagaimana bocah ini tahu?

"Kau membuka ponselku?"

Aaric menggeleng "Aku melihat notifikasinya saat menunggumu memasak"

Ariana reflek memukul bahu Aaric "Jangan lakukan lagi"

"Bibi berlebihan, aku sudah tahu dari sebelum berangkat kesini"

Amarah Ariana semakin tinggi "Apa!" Dia mematikan TVnya yang tentu saja Aaric langsung menatapnya kaget atau marah tidak bisa dijelaskan

"Apa yang dia katakan?"

"Bibi ayolah"

"Jawab aku bedebah"

"Kau mengumpat dihadapanku?" Tanya Aaric tidak percaya

Tapi Ariana malah memukul kepalanya

"Ada apa kalau aku tahu? Itu bukan masalah besar" kata Aaric akhirnya menjawab "Aku bahkan tahu kalau mobil digarasi itu pemberian paman Jayden, rumah ini dia yang belikan dan semua uang yang masuk ke kartu debitmu juga darinya" Aaric menjawabnya enteng tanpa bebas apapun

"Yatuhan kuatkan aku"

"Bibi takut pada apa? Apa bibi punya pacar? Aku fikir paman Jayden pa—"

"Diam!" Aaric menutup mulutnya rapat "Apa Abigail memberitahumu semuanya?" Ariana memandang Aaric dengan mata memincing

"Aku mengetahuinya sendiri saat aku mencari harga mobilmu, diartikel paling bawah ada tulisan Tentang Jayden Aray yang belikan rumah dan mobil mewah untuk wanita Las Vegas begitu kira-kira"

"Apa kau fikir aku adalah satu-satunya wanita di Las Vegas"

Aaric mengangkat bahunya lalu kembali menyalakan TV "Paman Smith bilang kau juga punya hubungan"

Ariana menyisir rambutnya frustasi

"Aaric kau akan memasak makan malam mu sendiri malam ini"

Aaric memandang kepergian Ariana yang penuh emosi. Apa salahnya kalau dia tahu, kenapa bibinya seperti itu?

Dia tidak perduli

.
.

Coolio, Smith dan Jayden telah sampai didepan rumah besar Vanko. Mereka turun lalu berjalan bersama. Yunani saat ini benar-benar dingin, mereka tidak membawa baju dingin sama sekali kesini. Ketika sampai didepan pintu, mereka bertiga bertemu adik bungsu Vanko, Helena yang sedang menyeret kopernya

Stayed with fatherWhere stories live. Discover now