[42]. Pergi

1.3K 110 1
                                    

EMPAT PULUH DUA

***

DIEGO sudah tiba di kerajaannya. Ralat, bukankah ia sudah mengundurkan diri sebagai pangeran? Jadi punya hak apa ia, sehingga menyebut bahwa istana ini adalah kerajaannya? Oke, lupakan. Kini Diego berenang masuk ke dalam istana yang menjadi tempat kelahirannya ini. Para pengawal yang dilewatinya menundukkan kepala--memberi hormat sebagaimana ia masih menjadi Pangeran dulu.

"Kamu kembali, Diego."

Seruan itu membuat renang Diego terhenti. Matanya menatap datar ke arah sesosok Merman bermahkota yang tengah duduk di atas singgasana. Ada sebesit rindu di lubuk hati Diego, tetapi ia berusaha untuk menahannya. Yang terpenting sekarang adalah Melody, cintanya yang kini tengah membutuhkan pertolongannya.

"Jangan salah paham dulu. Saya ke sini hanya ingin meminta pertolongan Ayah untuk--"

"Menghidupkan Melody?" potong raja Arnold, membuat Diego sedikit terkejut karena tidak menyangka bahwa ia sudah mengetahui tujuannya untuk kembali ke sini.

Raja Arnold tertawa hambar lalu berenang mendekati Diego yang masih memasang wajah dinginnya. "Ayah merindukanmu," ucapnya, namun tak membuat Diego bergeming.

"Apa kamu tidak rindu dengan Ayah, Ibu, dan duniamu ini?" tanyanya, menatap Diego dengan tatapan sendu.

Diego memalingkan wajah. Entah kenapa ia merasakan sesuatu yang sesak di dadanya sekarang.

"Kamu ditakdirkan menjadi seorang Merman, Diego. Bukan Manusia. Jangan rubah takdirmu," ujar raja Arnold, lagi.

Diego menghela nafasnya, merasa kesal dengan ucapan Ayahnya itu. "Saya hanya ingin, anda menghidupkan kembali Melody. Hanya itu, tidak ada yang lain," balas Diego dingin seraya membalas tatapan Arnold.

Raja Arnold tersenyum tipis. "Hanya karena gadis itu, kau meninggalkan semuanya? Kau meninggalkan kehidupanmu yang seharusnya, Diego," ucap raja Arnold--berusaha untuk menyadarkan Diego dengan kalimatnya.

"Kamu bahkan tidak peduli dengan Ibumu yang setiap malam memanggil-manggil namamu, berharap kamu kembali ke sini dan tinggal bersama kami lagi," sambungnya kemudian.

Diego menelan salivanya dengan susah payah. Ada sebesit rasa sesal dihatinya ketika mendengar semua itu. Namun, Diego telah bahagia dengan kehidupannya yang sekarang. "Ayah sendiri yang mengusir saya dari sini, dan saya menurutinya. Apakah saya salah?" Diego balik tanya.

Arnold menatap anaknya dengan tatapan sendu. Sesungguhnya waktu itu ia tidak benar-benar dengan ucapannya. Ia hanya marah karena Diego melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang pangeran. "Baiklah, kamu ingin Ayah menghidupkan Melody kembali?"

Pertanyaan raja Arnold membuat Diego tertarik dengan topik pembicarannya. Dengan sekali gerakan, ia mengangguk--membenarkan tawarannya.

"Ayah akan melakukannya. Tapi dengan satu syarat."

Kali ini perasaan Diego mulai tidak enak. Dengan sedikit gelagapan, ia pun bertanya, "Apa?"

Raja Arnold menyungging senyum. "Kembali tinggal bersama kami, tinggalkan Melody, dan lupakan semua kenanganmu tentang dunia manusia," jawabnya, membuat detak jantung Diego seakan terhenti.

MELODY [END]Where stories live. Discover now