[23]. Salah

1.3K 150 2
                                    

DUA PULUH TIGA


***

MELODY menatap tangannya yang digenggam oleh Diego. Lelaki itu terus saja menariknya untuk berenang, menjauh dari istana. Pandangan Melody beralih untuk memandang wajah Diego yang nampak tak kunjung mengeluarkan suara. Terlihat jelas bahwa Diego masih kesal dengan peristiwa yang dialaminya tadi.

Melody juga sebenarnya tak menyangka bahwa ketakutannya tentang; ia yang bukan mate Diego itu benar. Tapi, apakah yang diperbuat Diego sekarang tidak terlalu keterlaluan? Lelaki itu memilih ikut dengannya dan meninggalkan jati dirinya sebagai pangeran mermaid.

Melody melepaskan tangan Diego dan memilih untuk berhenti berenang. Diego yang sadar pun ikut terhenti dan balik untuk menatap Melody.

"Lo capek?" tanyanya tanpa beban. Walaupun begitu, Melody masih dapat merasakan bahwa Diego masih berada dalam zona kesal.

Melody menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Apa yang lo lakuin sekarang ini salah. Lo harusnya lakuin apa yang diperintahin sama raja Arnold," ucap Melody kemudian.

Diego menyungging senyum. "Gue kan udah ngelaksanain perintahnya. Gue udah ninggalin istana sesuai dengan kemauannya."

Melody berdecak, bukan itu yang ia maksud. "Maksud gue ... lo harusnya-"

"Ssstt!" Diego menghentikan ucapan Melody. Ia kini memilih untuk menangkup kedua pipi gadis itu dengan lembut.

"Gue sayang sama lo, Mel. Gue juga udah janji buat gak ninggalin lo. Apa itu kurang jelas?" Manik mata Diego menatap Melody dengan sendu, membuat Melody sempat terhipnotis karenanya.

Melody menurunkan kedua tangan Diego di pipinya. "Tapi gue bukan mate lo. Seharusnya lo kembali ke istana dan jalanin hidup lo sebagaimana mestinya."

"Kalau gue gak mau gimana? Kenapa lo gak ngerti kalau gue ini gak pengen jauh-jauh dari lo? Denger, Mel. Cuma sama lo aja gue bisa jadi diri gue sendiri. Cuma sama lo aja gue bisa bebas ngejalanin hidup gue tanpa ada larangan dan aturan," jelas Diego panjang lebar, membuat Melody tertegun karenanya.

Apa sepenting itu Melody di hidup Diego?

"Jadi please, gak usah usir gue dari hidup lo, karena kenyataannya gue gak akan pernah bisa," sambung Diego. Matanya terus menatap Melody, seakan ingin membuat gadis itu tahu posisinya sekarang.

"Kenapa lo bisa jatuh cinta banget sama gue? Kita bahkan belum kenal lebih jauh. Lo belum tau apa-apa tentang kehidupan gue sebelumnya. Gue-"

"Gue tahu, Mel. Sebelum bener-bener ngedeketin lo dulu, gue gali semua informasi dan semua masa lalu tentang lo. Dan, kenapa gue bisa jatuh cinta sama lo sampai sedalam ini? Jawabannya adalah takdir. Dia yang rancang semua skenario hidup sampai ngebuat gue bisa ketemu sama lo," imbuh Diego--menatap Melody dengan tatapan intens. Ia tidak tahu lagi harus dengan bagaimana mengutarakan semua perasaannya. Tetapi, sungguh, ia benar-benar mencintai Melody. Ia tidak ingin kehilangan Melody.

Segurat senyuman kini terbit di wajah cantik Melody. Gadis ini nampak bahagia ketika ia mendengar semua kata yang keluar dari mulut Diego. Tanpa berbicara lagi, Melody langsung memeluk Diego--membuat Diego dengan senang hati membalasnya.

"Jangan tinggalin gue, gue gak punya siapa-siapa lagi selain lo," cicit Melody disambut dengan anggukan kecil dari Diego.

***

Keduanya sudah kembali sampai di rumah mewah milik Diego. Melody sempat menghembuskan nafasnya dengan lega. Walaupun hanya tiga hari tinggal di lautan, tetapi ia sangat rindu suasana di daratan. Ia rindu menghirup udara dan merasakan tubuhnya diterpa angin lagi.

Diego yang melihat wajah bahagia dari Melody pun ikut tersenyum. Ternyata keputusannya untuk membawa Melody ke kerajaannya adalah hal buruk. Jika tau akhirnya begini, Diego tidak akan pernah membawa gadis itu ke sana. Ia tidak ingin lagi Melody tersakiti.

Diego berjalan mendekati Melody yang tengah memandangi pemandangan di luar jendela. Tangannya kini melingkar di pinggang Melody hingga membuat gadis itu tersentak karenanya.

"Maafin gue karena udah ngajak lo ke tempat itu," ujar Diego, menyimpan dagunya di bahu Melody.

Melody tersenyum seraya melepas pelukan Diego dan langsung berbalik badan. "Itu kan gue yang mau, lo gak usah minta maaf. Lagian gue seneng karena itu bisa dijadiin pengalaman gue sebagai makhluk immortal," balasnya kemudian. Ya, tentu saja tiga hari itu tidak akan pernah Melody lupakan. Ia tidak akan pernah lupa bagaimana pertama kalinya ia berubah menjadi mermaid dan mengunjungi another world itu.

Diego ikut tersenyum. Tangannya kini mengaitkan beberapa helai rambut Melody ke belakang telinganya. "Bentar lagi kita lulus ya?" tanya Diego, mengalihkan topik pembicaraan.

Melody mengernyitkan dahinya, tidak mengerti dengan jalan pembicaraan kali ini.

Diego menghela nafasnya seraya mendekatkan wajahnya dengan Melody. "Sebentar lagi kita lulus sekolah, kan?" tanyanya lagi, membuat Melody akhirnya mengerti.

Melody tertawa kecil seraya mendorong dada Diego agar lelaki itu menjauh darinya. "Gue doang yang lulus. Lo kan baru dua minggu sekolah, jadi lo harus namatin dulu sampai tiga tahun," jawab Melody kemudian.

Diego menyungging senyum, seakan tertarik dengan perbincangan kali ini. "Gue udah pinter. Dari kecil gue udah diajarin segala hal, jadi gue gak perlu sekolah selama itu," elak Diego sombong, membuat Melody mengerlingkan matanya dengan lucu.

Diego tertawa kecil melihat tingkah menggemaskan dari Melody. Ia kembali mendekatkan wajahnya dengan wajah Melody, membuat gadis itu sontak kaget.

"Kalo kita lulus, kita langsung nikah ya, Mel?" godanya kemudian, membuat Melody refleks menampar bibirnya tanpa asa-asa.

Diego meringis seraya menjauhkan tubuhnya dengan Melody.

"Gue mau kerja dulu! Masih banyak keinginan gue yang belum gue laksanain!" kesal Melody, menatap Diego dengan pandangan tak suka.

"Lo tinggal bilang aja semua yang lo pengen, Mel. Gue kabulin semuanya," imbuh Diego membuat mata Melody berbinar seketika.

"Beneran?"

Diego mendelik. "Lo ngeremehin gue?" Diego balik tanya, membuat Melody terkekeh karenanya.

Melody menghela nafasnya dengan pelan seraya mengalungkan tangannya di leher Diego, membuat lelaki itu seketika tersentak. "Gue gak ngeremehin lo. Gue cuma mau, gue sendiri yang ngabulin semua keinginan gue," imbuh Melody, namun malah membuat Diego menelan salivanya dengan susah payah.

Dengan posisi seperti ini, Melody benar-benar membuat Diego resah. Ia tidak bisa menahan hasratnya untuk---argh! Tahan Diego, tahan!

Melody melepaskan kaitannya, membuat Diego bisa bernafas dengan lega. "Yaudah, sekarang lo tidur sana! Gue juga mau tidur, gue capek."

Melody melenggangkan kakinya ke arah ranjang dan langsung naik ke atasnya. Gadis itu nampak merebahkan tubuhnya di atas sana tanpa memperdulikan Diego yang masih mematung di tempatnya.

__________________________

MELODY [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu