[38]. Otak Miring

915 106 0
                                    

TIGA PULUH DELAPAN


***

Diego menghela nafasnya dengan lega ketika ia mengetahui suhu badan Melody mulai menurun. Tangannya kini meletakkan kain kompres ke dahi Melody dan memposisikannya dengan benar. Setelah itu, Diego mendekatkan wajahnya ke arah Melody kemudian berbisik, "Cepet sembuh, Sayang."

Diego mengulum senyum seraya menyingkirkan beberapa helai rambut yang menghalangi wajah Melody. Dikecupnya dengan singkat bibir Melody, bermaksud tak ingin membangunkan gadis itu dari tidurnya. Kemudian Diego beranjak dari duduknya lalu melangkahkan kakinya untuk keluar kamar.

Namun belum saja mengambil langkah pertama, tiba-tiba Diego merasakan ada sebuah tangan yang memegang lengannya--membuatnya mau tak mau harus kembali menoleh ke belakang. Diego tersenyum lebar ketika mendapatkan Melody yang telah terbangun. Gadis itu nampak menatapnya dengan sendu, sementara tangannya masih memegangi lengan Diego--seakan memberi kode untuk tak membiarkan Diego pergi.

"Lo butuh apa? Minum?" tanya Diego seraya duduk dengan tangan yang balik menggenggam jemari Melody.

Melody menggelengkan kepalanya pelan. "Peluk gue." Kedua tangannya direntangkan, membuat Diego sedikit terkejut karenanya.

"Lo serius, Mel?" Melody mengangguk. Tangannya kini menarik Diego agar lelaki itu mau memeluknya hingga posisi mereka berdua sama-sama berbaring di atas kasur.

"Jangan tinggalin gue," desis Melody sangat pelan. Diego yang mendengarnya langsung mengangguk lalu memiringkan tubuhnya, menghadap Melody yang terlihat mendongak--menatap wajahnya.

Tangan Diego mulai mengusap pipi Melody dengan lembut. "Gue gak bakalan ninggalin lo, Mel," balasnya kemudian.

"Sekarang lo tidur ya, istirahat. Biar lo cepet sembuh dan bisa gue godain lagi." Melody tertawa ringan. Kepalanya ia bawa untuk bersender di dada Diego hingga lelaki itu bisa lebih leluasa untuk memeluknya.

 Kepalanya ia bawa untuk bersender di dada Diego hingga lelaki itu bisa lebih leluasa untuk memeluknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo gak sekolah?"

Diego menghela nafasnya dengan tangan yang masih setia membelai rambut Melody dengan sayang. "Gue kan udah bilang, gue gak akan ninggalin lo, Mel," jawabnya.

Melody mengangguk. Ia lalu mengeratkan pelukannya, membuat Diego harus bersusah payah untuk menahan hasrat jahatnya.

"Jangan terlalu nempel. Nanti gue gak tahan." Perkataannya langsung membuat Melody tanpa asa-asa mendorong tubuhnya hingga pelukanpun terlepas. Sedetik kemudian tangannya melayangkan sebuah pukulan kecil sebelum Diego dengan sigap menahannya.

"Lagi sakit kayak gini, lo masih galak aja, ya?" goda Diego, beralih untuk menggenggam tangan Melody dan menempelkannya di pipinya.

Melody mendengkus, menarik tangannya dari Diego lalu beranjak untuk merubah posisinya menjadi duduk. Diego ikut berganti posisi dan menatap Melody dengan tatapan bingung.

"Gue pengen jalan-jalan," imbuh Melody membuat Diego sontak membulatkan mata.

"Akibat sakit satu hari, otak lo jadi miring ya, Mel?" Kali ini Melody yang balik melotot. Ia lalu memukul dada Diego dengan asal, membuat tawa Diego pecah.

"Jahat amat sih, lo!" Setelah berucap itu, Melody menurunkan kakinya dari atas kasur dan mulai melangkahkan kaki. Hal itu tentu saja refleks disambut oleh Diego yang buru-buru menghampirinya.

"Lo mau ke mana? Lo masih sakit! Kalau butuh sesuatu tinggal---tuhkan!" Diego sontak menahan tubuh Melody yang hampir ambruk lalu menggendong dan kembali mendudukkannya di atas kasur.

Melody terlihat memijat pelipisnya--merasa sangat pusing. Melihat hal itu, Diego langsung menyuruh Melody untuk kembali beristirahat.

"Ish, gue udah tidur seharian! Tidur selama itu justru bikin kepala gue makin pusing. Gue mau jalan-jalan!" protes Melody--menyilangkan kedua tangannya di atas dada.

Diego menghembuskan nafasnya dengan kasar, berusaha lebih sabar untuk menghadapi sikap keras kepala dari Melody. "Orang sakit itu harus banyakin istirahat, Mel. Bukan malah jalan-jalan," balas Diego.

Melody menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Gue gak mau. Biasanya juga pas gue sakit, gue selalu maksain buat beraktivitas. Jadi sakitnya gak lama."

"Yaudah, yaudah, lo mau jalan-jalan ke mana?" Diego mengucapkannya dengan raut wajah kesal, sementara Melody langsung tersenyum lebar.

"Pengen naik gunung everest, nelusuri sungai amazon, ngelilingi galaksi bima sakti, terus--"

"Mel, serius," potong Diego--menatap Melody dengan tatapan jengah, sementara yang ditatapnya malah balik cekikikan.

"Gue pengen ke Pantai, Diego," jawab Melody, membuat Diego mengernyitkan dahi.

"Pantai? Ngapain?" tanyanya disambut dengan decakan kesal dari Melody.

"Ya ... ngapain kek. Gue serasa pengen main air, sama pengen ngeliat senja lagi," jawab Melody jujur.

"Mau sekalian sama bulan madu, gak?" goda Diego, lagi, membuat Melody otomatis menampar mulutnya.

Diego meringis, menatap Melody dengan tatapan memprotes. "Bisa gak, pikirannya enggak mesum terus?" Melody memasang wajah kesal, menandakan bahwa ia benar-benar jengah dengan isi otak Diego.

Diego tertawa kecil seraya mendekatkan wajahnya ke arah Melody. Menempelkan jidatnya, sekaligus menatap Melody dari jarak yang super duper dekat. "Gak bisa, Mel. Udah sifat bawaan dari lahir." Diego mengecup bibir Melody dengan singkat lalu dengan secepatnya berlari dari sana.

"Cepetan siap-siap, Mel! Gue tunggu di bawah!" Diego mengucapkannya sembari tertawa. Setelah itu, ia pun hilang di balik pintu--membuat Melody yang masih mematung di tempatnya pun terhenyak dan sadar.

"DIEGO GILAA!"

____________________________________

Feelnya dapet gak si?😭 ga jago bikin narasi sumph:(

MELODY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang