"Aaric"

Dia tidak jadi melangkah, justru kini sudah berbalik menghadap Ariana yang memanggilnya

"Aku bisa pulang duluan jika bibi masih ingin tinggal"

"Tidak, bukan itu" kata Ariana "Aku yang akan pulang, kau bisa tetap disini jika mau"

Tawaran Ariana sangat menguntungkan jika dia tau kalau yang berdiri didepan nya adalah Aaron, tapi ini Aaric sipembenci keramaian. Maka itu jawaban satu-satunya yang dia berikan adalah sebuah gelengan kecil

"Kau yakin?" Tanya Ariana sekali lagi

"Kupingku sakit disini terlalu ramai"

Ariana berpamitan pada Abigail kemudian berjalan duluan melewati Aaric. Begitu mereka keluar dari tempat itu, Aaric baru merasa bahwa pendengaran nya masih sehat

"Aku sebenarnya tidak suka disini, ini bukan tempatku"

"Lalu?" Mereka berjalan bersisihan sambil Ariana yang terus menggandeng tangan keponakan nya

"Kau pasti tahu dimana kalangan atas jika ingin bersenang-senang" jawabnya "Tapi untuk saat ini aku suka di pulau"

Aaric membukakan pintu untuk Ariana setelah itu dia berlari memutar ke kursi pengemudi

"Kau ingin apa?" Ariana tiba-tiba saja bertanya saat mereka sudah keluar dari parkiran

"Apa?"

"Dua hari lagi kau ulang tahun sayang"

Aaric bahkan sampai lupa dengan hari pentingnya karena terlalu berusaha melupakan semua hal dalam hidupnya

"Tidak bibi jangan berlebihan" Dia terus memasang fokusnya karena jalanan Las vegas yang semakin malam semakin ramai

"Aku akan belikan ponsel, dan kita akan berbelanja apapun yang kau mau"

"Aku sudah punya ponsel" Aaric mengangkat ponsel pemberian Coolio

"Kau hanya bisa gunakan itu untuk game. Aku tahu benda itu disadap"

Dia kembali menurunkan ponselnya "Iya tapi tidak usah berlebihan. Aku juga tidak menelfon atau ditelfon siapa-siapa" jawabnya

"Apa kau tidak ingin nomer Abigail?" Kembali lagi Ariana yang menggoda Aaric

"Apa aku salah jika merasa bibi berusaha menjodohkanku dengan nya?"

Arian tertawa "Tidak juga, aku lebih suka kau bersama gadis baik-baik" jawabnya "Tapi apa boleh buat jika kau jatuh cinta pada orang-orang seperti kami"

"Aku tidak jatuh cinta padanya"

"Kalau begitu bagus, tapi kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok" ledek Ariana terus mencubit dagu Aaric

Mereka berhenti saat lampu jalanan berubah merah. Aaric menunggu sambil bersiul dengan jari mengetuk-ngetuk kemudi

"Ayahmu akan datang besok"

Siulan nya berhenti begitu saja bersama jarinya yang tidak lagi mengetuk-ngetuk

"Aku akan cari tempat lain untuk tinggal disini, dia pasti sudah mencurigaimu" jawabnya langsung

"Tidak, kau tidak akan kemana-mana"

Mobil mulai berjalan lagi, Aaric membuat kecepatan penuh kali ini. Ariana sadar keponakan nya memang sangat sensitif jika menyangkut Coolio

"Aku akan bertemu dengan nya, hanya berbicara disebuah tempat disini. Dia tidak akan kerumah atau menjemputmu pulang dia hanya akan menjelaskan sesuatu yang aku lewati, aku berjanji kau tidak akan melihat wajahnya"

Ketika mobil mulai berjalan dengan kecepatan normal Ariana menghela nafasnya lega

"Aku memberinya waktu untuk dia lebih mengenal Aaron" kata Aaric tiba-tiba "Aku berharap dia bisa mengetahui kesalahan Aaron tanpa memukulinya, tapi kurasa itu mustahil maka itu aku kesini sebelum aku melihatnya memukuli adik ku"

"Aaric kau tahu Coolio orang yang berbeda"

"Aku tahu" Cengkraman tangan nya pada stir mengencang "Tapi aku sama sekali tidak takut padanya. Aku bukan Aaron"

Ariana mengelus lengan Aaric yang urat tangan nya terlihat jelas, berharap bisa membuatnya lebih tenang

"Aku harus berdamai dengan diriku sendiri sebelum bisa menerimanya secara penuh dalam hidupku" ucapnya "Aku harap bibi bisa mengerti jika aku butuh waktu"

Ariana tidak lagi berkata untuk membuat Aaric sadar bahwa Coolio adalah ayahnya. Bocah pemarah itu memang benar, dia butuh waktu. Dia yang melihat Olivia melahirkan mereka, secara tidak langsung Ariana lebih mengerti Aaric dan Aaron secara keseluruhan dari pada Coolio ayah biologisnya. Ariana yakin Aaric akan membaik, kapanpun itu belum dipastikan. Tapi wanita itu yakin, dan satu fakta lagi bahwa Aaric benar-benar menahan dirinya karena tidak bisa berjauhan dengan Aaron. Ariana hanya perlu membantu kehidupan bocah itu disini tanpa mengganggu privasinya

.
.

"Hari sabtu?"

Aaron mengangguk. Coolio sekali lagi membaca surat edaran dari sekolah yang Aaron bawa untuk memastikan tanggal yang tertera disana

"Apa kau lupa jika itu hari ulang tahunmu?"

"Iya aku tau"

"Aku akan ke Las vegas pada sabtu sore"

Aaron melotot "Kau akan menjemput Aaric?"

Coolio menggelengkan kepalanya "Aku akan bertemu bibimu" dia melipat surat itu memasukan nya kembali kedalam amplop lalu memberikan nya kembali pada Aaron "Berikan pada madre-mu dia yang akan membantumu bersiap-siap"

"Sampaikan salam untuk Bibi Ariana"

Aaron keluar setelah membereskan masalahnya dengan Coolio. Setelah pintu ditutup Roy kemudian masuk memberikan sebuah map besar berwarna biru tua

"Ariana membawanya masuk ke lustlife"

Coolio meletak kan rokoknya, buru-buru membaca laporan yang dikirimkan anak buah Jayden

"Apa? Apa saja yang mereka lakukan?"

"Tidak hanya duduk" jawab Roy "Tapi ada seorang wanita yang sudah 3x bertemu dengan nya"

"Apa?"

"Abigail matthew"

"Apa kegiatan nya? Pekerjaan nya?"

Roy menunduk diam tidak berani menjawab, Coolio melihat jelas anak buahnya itu menghela nafas berat

"Roy?"

Baru kini Roy berani menatap wajah tuan nya

"Penyanyi, master"

"Roy" Coolio menyisir rambutnya frustasi

"Hingga saat ini belum ada kejelasan ada hubungan apa mereka berdua" kata Roy menjelaskan "Kau tahu anakmu tidak bisa bicara pada wanita manapun, namun dengan Abigail dia bisa berbicara dengan lancar"

"Aku butuh kejelasan Roy. Bukan itu yang aku maksud"

"Abigail matthew adalah seorang penyanyi di—"

"Jangan membuat ku semakin marah Roy"

"Dia bernyanyi dari satu club ke club lain" fakta mengejutkan yang semakin membuat Coolio pusing

Roy meninggalkan Coolio yang frustasi diruang kerjanya sendirian, dia duduk dikursi kebesaran nya dengan kepala yang mengadah keatas

"Olivia, sebenarnya apa yang Aaric mau?"

.
.

Stayed with fatherحيث تعيش القصص. اكتشف الآن