28 |Kejadian yang tak terduga

638 35 0
                                    

Pait, manis perjalanan hidup itu dinikmatin sendiri, karena yang bener-bener peduli dengan kehidupan lo cuma diri sendiri. –Terra Cornelia.

🎶🎶

Malam yang sangat sial untuk Terra. Ia benar-benar benci dengan keadannya seperti ini, rasanya sakit saat ia merasakan dikhianati oleh pacarnya sendiri.

Terra mencekram kemudi dengan kuat, sambil menyeka ia matanya yang terus saja menetes. Keadaan Terra malam ini kacau, ia membawa mobil dengan kecepatan di atas rata-rata.

Hatinya sakit saat mengetahui hal itu. Ia kecewa dengan Kekasihnya, tidak menyangka jika dia bisa melakukan hal yang sangat Terra benci. Ia hampir lupa jika Mathar juga manusia biasa yang bisa saja melakukan hal itu.

Ia memejam mata, emosinya tidak sedang stabil. Saat berada di persimpangan, ia tidak sengaja menyerepet kendaraan bermotor karena kecepatan mobil Terra. Ia pun kaget, langsung saja menghentikan mobilnya ke pinggir jalan dan keluar dari mobil sambil berlari kecil untuk menghampiri korban yang ia tabrak.

Brukkk

Terra bersimpuh, memegang lengan lelaki itu, di hadapannya sambil menatap takut, jika ia akan kena amarah dari korbannya itu.

"Aduh maaf Mas, saya gak sengaja, beneran. Saya bakal tanggung jawab kok Mas, tenang aja," cerocos Terra kalut.

Lelaki itu membuka helmnya, membuat Terra melihatnya kaget saat tahu siapa pengendara motor yang ia tabrak.

"Oh astaga! Gue nabrak lo Nail. Maafin gue," ujar Terra, meminta maaf saat tahu siapa orangnya.

Lelaki yang bernama– Anailza pun meringis kecil dan terkekeh melihat wajah Terra yang ketakutan.

"Kok lo malah ketawa si! Emang ada yang lucu apa!" Omel Terra, yang sudah tegang seperti ini malah di tertawai oleh Anailza.

Anailza mencoba bangun tapi tidak bisa, karena kakinya yang terkilir, mungkin saja. Terra yang melihat itupun mencoba membantu dan memapah Anailza ke pinggir trotoar dan mendudukinya di sana.

"Gue anterin ke klinik ya. Kaya ya luka lo parah banget," cetus Terra, dia menggeleng tidak mau.

"Gak Ra. Gue gak papa, lukanya juga gak parah," jawabnya dengan enteng.

"Lo gak boleh nolak. Ayo kita ke klinik, gue mau tanggung jawab karena udah nyerepet motor lo."

"Sekali lagi gue minta maaf," timpal Terra, dengan wajah sedihnya, walaupun ia memang sedang bersedih.

"Gue gak papa Ra, beneran deh. Jadi gak usah ke klinik ya," tolak Anailza.

"Kalau lo gak papa coba berdiri. Ayo berdiri! Gue pengen liat," geram Terra. Dia pun mencoba berdiri, tetapi kakinya mendadak menjadi ngilu dan sakit, dengan cepat Terra menahan tubuh Anailza yang hampir jatuh.

"Gak bisa berdirikan? Yaudah ayo ke klinik, gak ada alasan buat lo nolak ini," ajak Terra memaksa, sedangkan Anailza mendesah pasrah saja.

Terra pun memapah tubuh Anailza ke dalam mobilnya, saat ia ingin menutup pintunya tiba-tiba tangan Anailza memegang tangan Terra, membuat Terra menjadi menatap wajah Anailza bingung.

"Motor gue gimana?" Tanyanya.

Ia menepuk dahinya lupa. Lalu ia berjalan ke arah pintu mobil kemudi, mengambil ponselnya dan menghubungin seseorang untuk ia minta bantunnya. Setelah selesai, ia pun masuk dan menutup pintu mobil.

"Lo tenang aja, motor lo bakal di bawa temen gue," ujar Terra, dia mengangguk mengerti. Dan ia mulai mengendarai mobilnya sambil mencari klinik terdekat.

"Nail... Maafin gue ya, kaki lo jadi terkilir dan selama dua hari lo harus diem di rumah, maafin gue," tukas Terra yang sudah berulang kali meminta maaf. Sampai-sampai Anailza jengah mendengarnya.

"Sekali lagi lo ngomong minta maaf terus, gue lempar lo ke amazon mau?" Ancam Anailza, sambil terkekeh melihat raut wajah Terra yang kesal. Padahal sakit di kakinya ini tidak terlalu parah.

"Ih kok lo jahat si! Kalau gue di lempar ke sana. Nanti banyak yang rindu gue, gimana dong," ujarnya.

"Siapa yang rinduiin lo?"

"Ya lo lah, kali aja lo nanti rindu gitu sama gue hahah," canda Terra, terkekeh begitu juga Anailza ya ikut tertawa juga sambil menatap wajah Terra.

Sebenarnya ia penasaran dengan wajah Terra yang kusut dengan matanya yang sebam, sehabis menangis dan hidungnya yang memerah. Tetapi ia enggan untuk menanyainya karena mungkin nantinya Terra tidak merasa nyaman.

"Btw tempatnya bagusnya, gue baru tahu kalau di sini ada pameran karya mural gini," tutur Terra saat melihat sekelilingnya yang ramai. Karena sekarang ia berada di sebuah tempat pameran, yang di beritahu oleh Anailza. Awalnya Anailza akan berniat kemari, tetapi karena musibah ia terserempet oleh mobil Terra membuat susah mengendarai motor, dan Terra dengan perasaan bersalah mengantarkan Anailza ke tempat tujuannya yaitu di sini.

"Acara ini cuma di adakan sebulan sekali, jadi wajar aja kalau banyak orang yang dateng,"  sahut Anailza.

"Lo kalau mau liat-liat yaudah pergi aja. Gue nunggu di sini," timpal Anailza pada Terra. Di menoleh dan berdecak kesal."Ck! Gue di sini aja sama lo, ya kali gue ninggalin lo, jahat banget dong kesannya gue," celetul Terra.

Saat ia asik menatap sekelilingnya, tiba-tiba saja ia penasaran pada orang orang yang berkumpul, membuat Terra yang memang duduk di atas mobilnya bisa melihat.

"Itu kok rame banget. Ada apaan si?" Tanya pada diri sendiri. Anailza yang mendengar penuturan Terra pun mengikuti arah pandang Terra.

"Ohh itu... Si cowoknya mau ngajak tunangan ceweknya," cetus Anailza, Terra menatap Anailza tidak percaya.

"Tahu dari mana lo?"

"Lo liat deh gambar yang di belakang mereka berdua. Itu yang gambar gue, sama temen gue," ujar Anailza membuat Terra kaget.

"Serius lo?" Dia hanya mengangguk saja.

"Gila! Bagus banget gambarnya," puji Terra, membuat Anailza tersenyum senang dalam hati.

Terra pun melihat acara pertunangan dua sejoli itu dari atas mobilnya. Ia tersenyum masam akan nasib hubungannya yang tidak berjalan mulus, ia menjadi teringat kejadian tadi. Sampai tetesan air matanya turun, dengan cepat ia langsung menghampusnya. Ia tidak ingin jika ada yang mengetahuinya menangis.

Anailza yang sedari tadi memerhatikan Terra pun bingung, saat melihat tiba-tiba saja Terra menyeka air matanya. Pasti gadis itu sedang dalam masalah.

"Terkadang jalan hidup itu suka gak beraturan, atau yang di maksud gak mulus. Maka dari itu kita di uji untuk bisa tegar, kuat untuk ngejalanin hidup ini," tutur Anailza, menatap lurus ke depan, sedangkan Terra menoleh ke arah Anailza.

"Maksud lo?" Tanya Terra yang tidak mengerti.

"Gue tahu, lo lagi ada masalah. Bisa di lihat dari penampilan lo dan wajah kusut lo itu, kalau lo lagi ada masalah," ujar Anailza, entah meledek atau apa.

Terra tertawa tiba-tiba lalu terdiam."Gak usah sotoy deh lo, orang gue kelilipan kali," bantah Terra.

"Ada kali ya kelilipan sampai matanya sembab gitu," sindir Anailza.

"Oh lo dari tadi meratiin gue, hati-hati loh... Nanti suka sama gue berabe," cetus Terra, meledek Anailza, dia melotot tidak percaya dengan penuturan Terra.

"Terserah lo aja," jengkel Anailza, memutar bola matanya malas. Sedangkan Terra terkekeh, walaupun luka hatinya masih menganga, ia masih bisa tersenyum dan tertawa seperti ini.

🎶🎶🎶

BADGIRL MY GIRLFRIEND [Completed✅]Where stories live. Discover now