24| Pertanda abu-abu

742 37 0
                                    

Sebuah kehilangan sudah pasti akan merasakan, tapi kenapa manusia selalu takut akan yang namanya kehilangan?

🎶🎶🎶

Terra berjalan di lorong dengan perasaan yang sangat takut, khawatir, sedih dan marah. Jujur saja ia cukup takut dengan namanya kehilangan, semua orang pasti takut dengan hal itu, apalagi jika kehilangan orang yang di sayang, Terra tidak bisa membayangkan jika Mathar akan pergi darinya.

Penuturan Bimo cukup membekas dalam pikirannya, walaupun hal itu belum terjadi, tetapi ada perasaan khawatir. Apalagi sekarang ini Mathar sangat sibuk, dan tidak ada waktu untuk dirinya.

Ia mengembuskan nafasnya dengan kasar,  dengan wajahnya yang datar tak ada senyuman dibibirnya. Terra memilih untuk berjalan ke arah taman belakang tidak jadi ke kelas, ia harus menenangkan pikirannya yang kalut.

Terra duduk di bawah pohon, dengan hembusan angin membuat ia menikmati sambil memejamkan mata dan membukannya.

"Tenang Terra, ok. Itu belum terjadi dan gak akan terjadi. Dia sayang sama gue, dan gue harus percaya sama dia. Semua itu gak akan terjadi!" Guman Terra, mencoba menenangkan dirinya. Tetapi tetap saja pikirannya masih memikirkan ucapan Bimo.

"Argh! Kenapa gak bisa lupaiin kata-kata itu sial. Ayo Ra! Jangan dipikirin, itu gak akan terjadi, oke. Tenang Ra, tenangin diri lo," ujarnya, dengan cukup kesal karena hatinya dan pikirannya tidak kunjung tenang juga.

"Mendingan gue balik ke kelas aja, kalau pikiran dan hati gue gak bisa di ajak kompromi. Sial! Awas aja lo Bemo jelek, bangsa*!!" Geramnnya, mengumpat Bimo dengan kesal. Lalu berdiri dan berjalan meninggalkan taman.

Saat ia berjalan ke lorong untuk ke kelas, masih saja banyak orang berkeliaran padahal bel masuk sudah di pencet beberapa menit yang lalu saat ia ingin ke taman bel masuk memang sudah berbunyi.

Ia melihat sekeliling lalu tatapannya jatuh pada orang-orang yang berkumpul di depan kelas XI Ips 1, 2 dan 3. Ia melihat di sana terdapat Pak Joko, dan beberapa wajah yang mungkin ia pernah melihatnya beberapa kali. Sambil berjalan Terra pun mencoba mengingat... Dan ya! Ia mengingat, jika mereka semua adalah anak osis, Terra pernah bermasalah dengan anak osis saat awal-awal masuk SMA ini.

Saat sudah sampai di depan kelasnya yang sepi dengan hordeng menutupi seluruh kaca. Ia membuka pintu, dan membuat temannya aga kaget, takut jika yang muncul adalah guru dan akan mengomeli anak muridnya yang sekarang sedang tidur berjamaah. Terra masuk dan berjalan ke arah tempat duduknya, ia melihat teman-temannya yang sedang tertidur entah itu di lantai dengan tas sebagi bantal, atau di kursi dan di meja.

Sheril melihat Terra yang sudah kembali ke kelas. Langsung saja ia bertanya,"dari mana aja Ra? Gue cariin tahu?"

Terra duduk di tempat bangkunyan yaitu di pojok, ia duduk bersama dengan Sheril. Lalu ia menoleh ke arahnya."Biasalah Sher, cari angin," jawab Terra.

Renata yang sedang bermain ponsel dengan posisi tiduran di bangku yang di jejerkan, bangun kala mendengar suara Terra.

"Perkataan si Bemo jelek jangan di dengerin Ra. Gue takut aja lo kepikiran," celetuk Renata, mengatakan itu agar Terra tidak termakan omongan Bimo.

Terra tersenyum."Tenang aja Ren, hati gue udah kebal," sahutnya sambil terkekeh, sedangkan Sheril tersenyum begitu juga dengan Renata yang sibuk kembali dengan ponselnya, dia tersenyum ke arah ponselnya, Terra yang melihatnya hanya menduga jika Renata sudah tidak waras.

"Oh iya tadi, pas gue jalan ke kelas gue lihat banyak anak osis sama pak Joko lagi ngadain razia dadakan," ujar Terra, membuat Renata yang sedang asik melihat Rafi yang sedang live Ig pun langsung saja menatap Terra, bahwa yang ia dengar itu salah.

BADGIRL MY GIRLFRIEND [Completed✅]Where stories live. Discover now