END

180 27 20
                                    

[This FF does not mean to bring down any party. If there are similarities in names, places, etc, it is an accident.]

---

Satu tahun kemudian...

"Niall, kau sudah siap?!" teriak seorang perempuan di ruang depan.

Niall yang tengah memandang dirinya di depan cermin tersenyum mendengar suara perempuan itu. "Sebentar lagi!" balas Niall.

Pandangan Niall beralih pada dua foto berbingkai di atas nakas kamarnya. Bibirnya mengukir sebuah senyuman, kali ini benar-benar tulus dari hati. Satu foto bersama Felix, dan satu foto bersama kekasihnya. Niall merasa benar-benar bersyukur atas hadirnya mereka di hidupnya.

Cowok itu yakin Felix selalu bersamanya.

"Kuharap kau juga berbahagia, Felix," gumam Niall disusul helaan napas.

Setelahnya, Niall mengenakan jaketnya lalu menyusul perempuan yang telah menunggunya. Niall menghentikan langkahnya ketika melihat perempuan itu di sofa ruang depannya. Perlu ditegaskan dia akan selalu terpana melihat perempuan dengan gaun putih selutut yang dibalut cardigan abu. Wajah perempuan itu hanya teroles make up natural dengan rambut yang dibiarkan tergerai.

Tersadar, Niall segera menyusul dan duduk di sebelah perempuan itu. "Hey," sapanya yang mana membuat perempuan itu tersentak.

"Hey, kau sudah siap?" tanya perempuan itu.

"Harusnya aku yang bertanya." Niall mencondongkan tubuhnya. "Apa kau siap?" tanyanya lembut.

Perempuan itu balik menatap mata sebiru lautan milik Niall lalu tersenyum tipis. "Asal bersamamu aku siap, Niall."

Mendengarnya membuat senyum Niall semakin lebar. Kemudian ia mengecup kening perempuan itu dalam waktu yang cukup lama, membuat mata perempuan itu terpejam untuk menikmati sensasi hangat di hatinya.

"Aku mencintaimu, Shiny," ucap Niall setelahnya.

"Aku juga," balas perempuan yang tidak lain adalah Shiny, adik dari Felix.

Keduanya hanya saling tatap sambil tersenyum untuk beberapa saat sebelum akhirnya Niall berdiri dari tempatnya dengan tangan yang terulur. "Mari kita berangkat," ajaknya.

---

Niall keluar dari mobil lalu membukakan pintu untuk Shiny.

Shiny tersenyum atas perlakuan manis Niall. "Terima kasih."

"My pleasure, Princess," jawab Niall.

Mereka memandang sebuah tulisan di sebuah dinding. Di mana terpampang deretan nama-nama mahasiswa yang gugur dalam aksi demontrasi satu tahun yang lalu.

"Felix May George." Shiny membaca nama sang kakak di salah satu deretan.

"Dia pasti bangga denganmu."

Shiny menoleh pada Niall yang baru saja berbicara. "Aku tidak akan bisa mencapai cita-citaku jika kau tidak ada."

Niall terkekeh. "Simpan dulu pujianmu. Sekarang mari kita masuk."

"Kau percaya diri sekali," ujar Shiny sedikit sebal. Sedangkan Niall hanya tertawa.

Setelah kepergian Felix setahun yang lalu, Shiny benar-benar berantakan. Perempuan itu terlalu terpukul atas kepergian kakaknya satu-satunya itu.

Tapi, Niall selalu datang di saat dia membutuhkannya. Niall menemaninya dengan penuh kesabaran ketika Shiny bersikap buruk pada cowok itu. Hingga sebuah rasa tak diduga muncul di antara keduanya.

AspirationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang