NJH 2

138 35 12
                                    

[This FF does not mean to bring down any party. If there are similarities in names, places, etc, it is an accident.]

jadi, scene mereka berlima itu ceritanya di waktu yang berurutan yaa.

---

Niall berdecak lalu menyibakkan selimutnya begitu saja. Tangannya berhasil memberhentikan deringan nyaring suara alarm hanya dengan sekali gerakan.

Dirinya menguap untuk yang ke sekian kalinya, tak lupa dengan mata yang setengah terpejam dan rambut pirangnya yang luar biasa berantakan.

Lalu kedua tangannya bergerak mengusap kasar wajahnya. Erangan kecil keluar dari bibir tipisnya. Tidur hanya selama empat jam bukanlah hal yang menyenangkan.

Sialan karena semalam ia bisa-bisanya tertipu oleh Felix. Setelah ia datang ke kampus, namun Felix dengan buru-buru menariknya dan membawanya ke gedung Dewan.

Niall terlambat menolak sehingga ia dengan terpaksa mengikuti kegiatan yang ternyata bukan rapat, melainkan pertemuan antara aktivis dan aparat negara. Tetapi, Niall masih meminta syarat untuk bisa masuk ke dalam ruang pertemuan, yaitu ia tak ingin mengeluarkan suaranya atau dalam arti lain hanya menjadi saksi dengan beberapa mahasiswa lainnya. Tentu saja Felix dengan terpaksa mengiakan, karena ia tak mau Niall lebih memilih kabur begitu saja.

Sepanjang perdebatan pula Niall hanya menyimak dengan seksama. Yang ia dapatkan adalah respon remehan dari ketua dewan, yang saat ini tengah menjadi perbincangan hangat seluruh masyarakat.

Namun, Niall tak seperti masyarakat lainnya yang mudah terpancing emosinya hanya karena respon yang diberikan ketua dewan. Ia yakin para dewan itu memiliki taktik dengan cara menyulut emosi massa.

Niall bangkit dari kasurnya setelah menghentakkan napas kasar. Ia harus segera bersiap untuk pergi ke kampus pagi ini.

Setelah siap dan usai sarapan, Niall bergegas keluar dari apartemennya. Ia mematung ketika melihat jalanan raya yang padat akan kendaraan.

Niall mendengus, kesal karena kemacatan ini tak lain karena aksi demo mahasiswa yang akan dilakukan tak lama lagi.

Dengan berat hati lelaki itu menuju kampus dengan berjalan kaki. Beruntung jarak antara apartemen dengan kampusnya tak sejauh antara matahari dengan neptunus.

Saat tengah sibuk memikirkan bagaimana cara agar ia bisa menghindar dari Felix dan organisasinya, Niall merasakan ponsel yang berada di saku almamaternya bergetar. Setelah ponsel hitamnya sudah di genggamannya, ia mengecek pesan yang masuk.

Selamat pagi, pejuang Bangsa. Hari ini kuumumkan bahwa kuliah diliburkan. Selain karena padatnya kendaraan di jalan, tetapi karena aksi hari ini. Semangat, guys! Aku mendukung kalian! Sebagai pemuda bangsa, memang seharusnya kita mengkritik yang salah dan menyuarakan aspirasi. Bahkan kepada pemerintah sekalipun. Panjang umur perjuangan!

Oh. Niall menyerngit membaca pesan yang dikirimkan dari sang dosen. Lelaki berbintang Virgo itu mendengus untuk yang ke sekian kalinya.

Padahal jarak ke kampusnya tak lama lagi, tetapi pengumuman emas itu baru diumumkan semenit yang lalu. Persetan.

Niall berbalik badan dan menata langkah untuk kembali ke apartemennya. Niall mempercepat jalannya saat menyeberang dan berjalan di jalur pejalan kaki.

Tiba-tiba suara ricuh terdengar dari jalan. Ternyata rombongan aktivis yang telah membawa berbagai macam poster dengan tulisan sarkastis untuk pemerintah. Tak lupa dengan semangat perjuangan sebagai bekal mereka semua.

Niall menghentikan langkahnya dan memerhatikan bagaimana hampir seluruh mahasiswa di kampusnya dan kampus lain bersemangat menuju gedung Dewan. Ia cukup takjub dengan strategi para mahasiswa untuk melindungi para mahasiswi dengan membuat barisan di bagian paling luar, seakan mereka tameng pelindung untuk mahasiswi yang berbaris di dalamnya.

AspirationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang