LWT 1

278 66 22
                                    

[This FF does not mean to bring down any party. If there are similarities in names, places, etc, it is an accident.]

---

"Astaga, ada apa dengan dewan-dewan itu?" gumam Emmily sambil terus memasuki keripik kentang yang tersaji di piring ke dalam mulutnya.

"Larangan perempuan keluar malam di atas jam 10 dengan denda satu juta?" tanya Emmily dengan nada tak percaya. "Aku jadi membayangkan jika aku didenda satu juta hanya karena membeli nasi goreng depan rumah."

"Kau berlebihan ew," ejek lelaki di sebelahnya yang justru fokus pada aplikasi permainan di ponsel hitamnya.

Emmily mendengus. "Aku tak butuh jawaban tak bermutu darimu, Louis."

"It's Loui," koreksi lelaki bernama Louis tersebut. "Lagian ini media. Tak semua yang disebarkan itu benar adanya."

Emmily menatap Louis dengan sinis. "Terserah, Lou, terserah padamu."

Beberapa menit berlalu, hanya suara siaran berita dari televisi yang mengisi keheningan di dalam ruang tamu milik Emmily. Hingga...

"Hey!"

Louis tersentak ketika suara pekikan sekaligus pukulan tangan Emmily di pahanya. "Kau ini kenapa?" tanyanya malas lalu fokus pada ponselnya kembali.

"Kau belum menyelesaikan tugas essay dari Mr. Watson, bodoh," sahut Emmily kesal dan cepat.

"Oh," respon Louis singkat. Beberapa detik setelahnya, mata biru Louis seketika melebar. "Sialan! Dosen gila itu meminta kita membuat essay sebanyak 50 lembar dan aku belum membuatnya satupun."

"Dan besok adalah batas akhir pengumpulan," tambah Emmily. Gadis itu menyandarkan kembali punggungnya pada sandaran sofa.

Berbanding dengan Louis yang kini menghentikan permainan di ponselnya dan duduk tegap. Ia menatap Emmily heran. "Dan kau sangat santai?"

"Kita hidup di negara tersantai, mengapa harus heboh?" tanya Emmily. Keripik kentang terakhir telah masuk ke dalam mulutnya.

"I'm serious, love," kata Louis serius, begitu juga tatapan matanya yang tertuju lurus ke Emmily.

"Me too, babe," sahut Emmily dengan senyuman.

Louis menyipitkan matanya. "Aku curiga jika kau sesantai ini." Ia berpikir sejenak sebelum melanjutkan, "Ah! Atau jangan-jangan Mr. Watson telah memberitahumu bahwa besok ia tak hadir karena akan memandikan anak anjingnya?! Am i right? Say yes, please."

Emmily menatap jengah ke arah kekasihnya yang terlewat semangat setiap mendengar kabar tak hadir dari dosen yang sangat tak digemarinya itu.

"Dia bahkan menghubungiku jika besok akan ada pengambilan nilai dadakan," celetuk Emmily, membuat wajah Louis berubah masam.

"Geez, kurasa dia kurang hidayah," heran Louis. "Kalau begitu ayo kita kerjakan. 50 lembar bukanlah jumlah yang sedikit untuk waktu satu malam." Louis berdiri dan menarik tangan Emmily, namun gadis itu tak menurut sambil menggeleng.

"Ada apa denganmu, ya Tuhan?!" tanya Louis frustasi, atau lebih tepatnya sok frustasi.

"Aku sudah menyelesaikannya sejak siang tadi," ujar Emmily ringan.

"WHAT THE FUCK?!" pekik Louis.

Emmily menutup kedua telinganya dan melotot ke arah Louis. "Sekarang siapa yang berlebihan?" tanyanya ketus.

"Kau harus menemaniku hingga aku menuntaskannya, aku tak mau tahu," tukas Louis sambil masuk ke dalam kamar Emmily untuk mengambil laptop miliknya yang sengaja ia titipkan di sana.

Emmily hanya mengedikkan bahunya acuh. Beruntung Louis bukanlah lelaki dengan tipe meminta kekasihnya untuk mengerjakan tugasnya. Yeah, meskipun Louis pemalas, tetapi setidaknya ia mau berusaha sendiri.

"Kau tidak boleh tertidur sebelum aku selesai," ucap Louis penuh penekanan, kemudian memfokuskan diri pada tugas essay dari dosen menyebalkan untuknya. Sebenarnya pun Louis tak serius dengan ucapannya itu, ia bahkan tahu bahwa kekasihnya adalah tipe gadis yang tak bisa menahan kantuknya barang hanya semenit pun.

---

AspirationsTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon