CHANGE UP [54]

33.6K 928 13
                                    

Typo's everywhere👾

Pagi hari telah tiba, Kiara terbangun karena sinar matahari pagi mulai menusuk ke indera penglihatannya.

Sial, hidungnya sangat sulit untuk bernafas karena semalaman gadis itu hanya menangis. Hingga pukul tiga pagi, gadis itu baru tidur dengan memeluk sebuah bingkai foto dirinya bersama Arfand.

Kiara beranjak dari duduknya dan meletakkan bingkai foto itu dengan perlahan, diusapnya dan berkata, "Kiki kangen Fafand." Terdengar lirih.

Secepat kilat, air matanya kembali menggenang di pelupuknya. Gadis itu menyekanya dengan kasar dan menghela nafas lelah. Ia tidak boleh bersedih-sedih seperti ini.

Didepan matanya, sudah ada kebahagiannya. Alveno. Ya, hanya lelaki itu yang menjadi sumber kebahagiaannya sekarang.

Sekali lagi, Kiara menatap dirinya yang sedang tersenyum manis di bingkai itu, dan Arfand yang sedang menatapnya dengan tatapan penuh kasih sayang.

Kara memejamkan matanya sejenak, lalu, menghembuskan nafasnya kasar.

Ia harus tegar. Ia harus bahagia. Arfan akan bahagia jika melihat dirinya bahagia. Walau nyatanya, tidak bisa?

***

Dengan menggunakan hoodie putih kebesaran dan jeans panjang, Kiara menuruni anak tangga dan melangkah menuju ruang tv.

Hari sudah malam, sedari pagi, gadis itu hanya mendekam dikamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari sudah malam, sedari pagi, gadis itu hanya mendekam dikamar. Tanpa mau keluar dari kamarnya.

Raline sudah berkali-kali memanggil gadis itu, namun tidak ada sahutan sama sekali dari sang pemilik kamar.

Dan benar-benar gadis itu mengurung dirinya, tidak makan sama sekali, tidak meng-aktifkan ponselnya, membiarkan Alveno menelfonnya berkali-kali.

Sesampainya diruang tv, Kiara tersentak karena melihat Alveno yang sedang menatapnya.

Dengan langkah pelan, gadis itu duduk disofa tanpa memperdulikan Alveno.

Gadis itu mengambil remote tv dan menggonta-ganti channel kesukaannya.

"Udah makan?" Tanya Alveno lembut.

Kiara diam.

"Mau aku suapin?" Tanya cowok itu lagi, namun Kiara masih diam dan mencoba memfokuskan mata dan telinganya pada layar televisi didepannya.

"Aku tahu kamu sedih Ra, tapi jangan sampe kamu gak makan. Aku juga ngerti kalo aku ada di posisi kamu. Mungkin juga aku bakalan ngelakuin hal yang sama kaya kamu, tapi please, jangan sampe kamu nyiksa diri kamu sendiri. Kalo kamu terus-terusan kaya gini, aku ngerasa kalo aku tuh laki-laki yang bodoh Ra," Lirih Alveno. Kiara terdiam mencerna kata demi kata yang dilontarkan Alveno.

"Aku gak becus Ra jadi pacar kamu," Cowok itu menengadahkan kepalanya, sesak menjalar didadanya.

Kiara menunduk dalam. Isakan halus mulai terdengar.

CHANGE UP [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang