PROLOG

115K 4.3K 263
                                    

Kepulan asap bertebaran dimana-mana. Seorang lelaki dengan tenang menghisap sebatang tembakau ditangannya.

Padahal jam pelajaran masih berlangsung, tetapi ia merasa masa bodo.

Rooftop adalah tempatnya sekarang.

Alveno Fernandez. Si dingin yang menyeramkan.

Semua yang ada pada diri Veno adalah, perfect dimata kaum hawa. Namun sayangnya, Veno merasa jijik jika berada didekat perempuan. Kecuali, Mama kandungnya.

Apalagi yang namanya pacaran.

Jangankan pacaran, membayangkannya saja Veno sudah bergidik.

Entah apa yang membuatnya menjadi pria yang dingin seantero sekolah. Bahkan sekolah-sekolah lain pun sama memandang Veno demikian.

Dingin, Datar, dan merasa Masa Bodo.

Tiba-tiba, Veno merasakan seperti telinganya ditarik oleh seseorang.

Ketika ia berbalik, cowok itu mendapatkan Bu Fitri -guru BK- yang sedang berkacak pinggang. Veno segera menginjak puntung rokok yang sedari tadi ia hisap.

"Kamu ini, sudah kelas XII masih saja bolos! Mau jadi apa kamu?!" Bentak guru tersebut.

Veno memutar bola matanya jengah, murid punya salah bukannya dimarahin, malah cita-cita yang ditanyain, pikirnya.

"Saya gerah." Dua kata tersebut, mampu membuat Bu Fitri naik pitam.

"Ikut saya kamu!" Guru tersebut kembali menjewer Veno, lalu menggeretnya ke ruang BK.

Selama diperjalanan, Veno hanya meringis kecil.

"Duduk." Perintah Bu Fitri, ketika mereka sudah sampai disana.

Veno pun menurut. Lelaki itu hanya memasang wajah datar-nya seperti biasa.

"Kamu akan saya beri hukuman. Bersihkan lapangan outdoor. Harus sampai bersih. Saya akan cek lagi nanti. Mengerti kamu Veno?" Perintah Bu Fitri penuh penekanan.

Veno hanya mengangguk sebagai jawaban, dan Bu Fitri menghela napas.

Lalu Veno bangkit, tanpa berpamitan terlebih dahulu.

"Anak itu. Untung, gans kamu." Gumam Bu Fitri pelan.

***

Sekarang, Veno sedang menjalankan hukuman Bu Fitri. Keringat sudah membanjiri di kening serta pelipis Veno.

Lelaki itu, sengaja membuka kemeja putih nya lalu menyisahkan kaos polos berwarna hitam. Secara tidak sengaja, kaum hawa memekik tertahan.

"Veno bukannya buluk, malah tambah gans anjir."

"Si Veno mah lagi keringetan aja gans. Lah cowo gue, keringetan malah tambah buluk. Heran deh gue."

"Hooh, dia ngapa gans banget yak."

Dan masih banyak lagi cuit-cuitan dari para perempuan di Hilarry High School ini.

Oh ya, sekolah ini adalah SMA yang sangat terkenal di Jakarta ini. Selain prestasi akademik maupun non akademik, disini juga tempat berkumpulnya para Most Wanted Boy and Girl.

Hilarry High School ini adalah sekolah milik Papa Kenneth -Sean-. Dan otomatis juga milik, Kiara.

Donatur terbesar adalah Papa Veno -Bryan-.

Sean dan Bryan memang sudah berteman sejak lama, bahkan mereka bersahabat sampai sekarang. Benar-benar menakjubkan.

Back to Veno

Veno yang mendengar bisik-bisikan itu hanya memutar bola matanya jengah. Ia paling tidak suka menjadi bahan pembicaraan.

Setelah dirasa sudah selesai, ketika Veno ingin pergi kekelas nya XII IPA 1. Ternyata, banyak siswi-siswi yang sudah mengantri untuk memberi sebotol air mineral untuknya.

"Makasih." Ujar Veno pelan.

Tidak ada satupun air mineral yang diambilnya. Bukannya ia tidak menghargai, hanya saja mereka ini. Berlebihan.

Alveno menaiki tangga satu-persatu agar sampai dikelasnya yang berada di lantai 4.

Alveno langsung mendaratkan bokongnya, dikursi miliknya.

"Capek amat lo Bro!" Ujar Kenneth.

"Hmm." Jawab Veno.

"Yaelah jutek amat lo. Ga laku lo." Ujar Dion ikut nimbrung yang sedang bermain PUBG.

"Apansi." Kenneth menoyor kepala Dion gemas.

Alveno hanya geleng-geleng kepala.

"Adrian." Kenneth mengernyit.

"Mana?" Kenneth mengangguk.

"Lagi lo ngomong ngirit amat si. Dia lagi boker." Dion menyahuti.

"Lagian gaya banget, makan bakso sambelnya 10 centong." Ucap Kenneth.

"Kan lo yang naroin, pea!" Tiba-tiba Adrian datang dari toilet.

Semuanya menoleh kearahnya. Lalu Adrian duduk disebelah Alveno.

"Aduhh, shh! Masih mules ni gue. Because of You." Ujar Adrian lebay, seraya menunjuk wajah Kenneth gemas.

Kenneth hanya memasang wajah ingin muntah, sedangkan Alveno memutar bola matanya jengah. Dion? Ia sedang push rank.

"Itu-tuh namanya Challenge you know." Timpal Dion tak mau kalah. Matanya masih fokus ke ponsel, tapi mulutnya nyambung aja. Heran deh.

KRIIINGG!!

Bel istirahat telah usai. Kelas XII IPA 1 telah berganti pelajaran yaitu fisika. Pelajaran yang tidak disukai oleh Adrian dan Dion. Tapi anehnya, kenapa mereka berdua bisa masuk IPA?

TBC

BARU PROLOG GAES!
MARI TINGGALKAN JEJAK!
VOTE AND KOMEN, PLEASE😊😊

SEE, YOU❤

Jakarta, 19 Desember 2019

CHANGE UP [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang