CHANGE UP [31]

30.5K 1.1K 10
                                    

Typo's everywhere👾

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima menit lalu. Kiara, gadis itu sedang berjalan di koridor sekolah yang sudah mulai sepi, karena siswa-siswi, sudah pulang sejak tadi.

Lagi, Kiara ditinggal sendiri. Ralat. Gadis itu yang memintanya untuk sendiri.

Alveno? Sedangkan cowok itu sudah diminta duluan pergi kebawah, karena cowok itu juga akan latihan basket.

Gadis keras kepala ini, berjalan menuju UKS sekolah yang terletak di bawah, samping ruang olahraga.

Ketika sudah sampai disana, gadis itu memutar knop pintu secara perlahan, dan menampilkan sosok Vita, adik kelasnya yang sedang berjaga hari ini.

Vita menghampiri Kiara dengan tergesa-gesa, dan membantu gadis itu berjalan, lalu dibawa ke salah satu ranjang yang ada disana.

"Astaga!! Mulut Kakak ada darahnya!" Pekik Vita panik.

Gadis itu segera mencari-cari tisu basah dengan cepat, dan diberikan kepada Kiara.

"Kakak gak kenapa-napa kan?" Tanya Vita pelan, dan duduk disamping ranjang Kiara.

Kiara menggeleng pelan, "Aku panggil Kak Veno yah." Vita hendak bangkit, namun tangannya di cekal oleh Kiara.

Alhasil, Vita berbalik, "Kenapa Kak?"

"Jangan." Kata Kiara parau.

Vita menghelas nafasnya, "Tapi mulut Kakak ada darahnya. Aku takut sesuatu terjadi sama Kakak."

Hati Kiara menghangat, Ah, Kiara jadi ingin punya adik, pikirnya.

Gadis itu tersenyum menenangkan, "Gak usah gak papa."

"Tapi Kak-" Ucapan Vita terpotong karena suara bass terdengar di telinga mereka berdua.

"Kenapa?" Tanya Alveno, pemilik suara bass tadi.

Kiara berubah menjadi gugup, Vita pun sama. Cewek itu takut melihat Alveno menatapnya tajam.

Vita pun pamit, "S-saya permisi K-Kak!" Vita keluar dari UKS, dan menyisakan Alveno serta Kiara dengan keadaan yang canggung.

Alveno duduk disamping ranjang Kiara, "Darah siapa itu?" Tanya cowok itu dingin.

Tubuh Kiara menegang, "I-ini t-tadi aku mimisan." Jawabnya bohong.

Mata Alveno memicing, sedetik kemudian cowok itu menjawab, "Oh."

Alveno tahu jika Kiara sedang berbohong.

"Ayo pulang." Kata Alveno singkat. Cowok itu bangkit dan mengulurkan tangannya membantu Kiara turun dari bangkar.

"K-kayanya aku pulang naik taxi aja deh. S-soalnya, ak-aku mau— Kerja kelompok, ya kerja kelompok." Ucap Kiara dengan terbata-bata, sembari menjentikkan jarinya.

Alveno menatap Kiara dingin, "Gak sama cowok kan?"

Sebelum Kiara menjawab, terdengar suara cempreng yang memanggil nama Alveno.

Itu, Lauren. Cewek medusa itu menghampiri Alveno dan bergelayut manja di lengan kirinya.

Kiara, memutar bola matanya malas.

"Anterin aku pulang yuk." Ujar Lauren dengan manja.

"Udah, kamu anterin dia aja, lagian kan aku naik taxi." Kata Kiara.

Lauren menatap Kiara sinis, dibalas juga dengan tatapan tak kalah sinis oleh Kiara.

"Ayooo.." Rengek Lauren sembari jingkrak-jingkrak kecil.

Kiara mendengus kesal. Cewek itu jalan mendahului Lauren dan Alveno dan melangkah ke halte.

Ketika Kiara sudah sampai didepan halte, cewek itu berbalik dan tidak menemukan Alveno dibelakangnya. Kiara pikir, cowok itu akan mengejar, eh tau-taunya enggak:"(

Gadis itu menghembuskan nafas nya lelah, dan duduk di bamgku panjang yang tersedia disana.

Tidak lama, Alveno keluar dengan Lauren dimana cewek itu sudah duduk manis dibelakang Alveno. Medusa itu dengan sengaja memeluk erat Alveno dari belakang.

Aveno tidak menyapa Kiara, hanya meliriknya sebentar, dan menjalankan lagi motor sportnya.

Kiara memutar bola matanya jengah ketika Lauren menatapnya remeh.

Dari pada Kiara merasa panas, karena melihat pemandangan tadi, cewek itu merogoh ponselnya dan memesan taxi online.

Sepuluh menit kemudian, taxi yang dipesan Kiara sudah berhenti tepat didepannya. Segera, gadis itu masuk kedalamnya, dan taxi melaju dengan kecepatan rata-rata.

***

Kiara menatap bangunan kokoh didepannya. Bangunan yang serba putih itu yang membuat hari-hari Kiara semakin murung. Pasti, semua orang juga akan merasakan yang sama, sama dengan apa yang dirasakan Kiara sekarang.

Gadis itu mengusap dadanya yang selalu sakit, dan memasuki rumah sakit dengan perlahan.

Tidak jarang suster disini yang menyapanya. Rata-rata, semua mengenal Kiara karena ini adalah rumah sakit milik Papanya.

Gadis itu langsung memasuki ruangan Dr. Irham tanpa mengetuk ataupun memberi salam terlebih dahulu.

Dr. Irham memaklumi sikap Kiara yang demikian.

Gadis itu duduk didepannya, sembari mengusap dadanya perlahan. Bibirnya juga mengerucut tanda ia kesal.

"Kenapa lagi?" Tanya Dokter didepannya dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya.

"Pasti udah tau!" Jawab Kiara jutek dan membuang pandangannya kesamping. Tangannya, tak henti-henti nya mengusap dadanya.

Dr. Irham terkekeh, "Muntah lagi kan?" Tanyanya. Pria itu menatap layar komputer besar disampingnya.

Dokter itu menghela nafasnya, "Sakit kamu tambah parah Ra." Ia menjeda ucapannya.

Kalimat itu mampu membuat Kiara terdiam.

"Kalau kaya gini, muntah kamu akan semakin sering. Penyakit kamu sudah tambah parah Kiara, sebaiknya kamu menghindari minum-minuman ber-alkohol dulu." Jelasnya.

Kiara menggeleng pelan, gadis itu memang sudah tidak bisa dipisahkan dengan yang namanya minuman beralkohol. Itu sudah menjadi candunya sekarang.

"Terus Rara harus gimana?" Tanya Gadis itu parau.

Dr. Irham menghela nafasnya berat, "Salah satu nya, kamu harus operasi, Secepatnya."

TBC

AKU SUDAH UP
VOMMENT YES

Kalau ada typo, kasi tau ya, nanti di revisi lagi..
Sekian, bubay❤

Jakarta, 28 Januari 2020

CHANGE UP [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang