CHANGE UP [35]

30.4K 1.1K 10
                                    

Typo's everywhere👾

Sudah hampir mau dua bulan semenjak Kiara kecelakaan, dan dinyatakan koma.

Dan selama itu juga Alveno sering mengunjungi rumah sakit, dibandingkan sekolah. Padahal, lelaki itu sudah kelas dua belas, dan sebentar lagi akan lulus dan melanjutkan pendidikannya di tingkat yang tertinggi.

Setiap hari, Alveno datang dan tidak pernah terlewatkan.

Seperti sekarang ini, di hari Senin adalah hari dimana semua orang akan sibuk dengan segala kegiatannya.

Alveno bolos sekolah, dan malah mengunjungi rumah sakit. Meskipun sudah ada Raline ataupun Kenneth yang bergantian menjaganya, Alveno tetap keukeuh datang mengunjungi rumah sakit.

Alveno melangkahkan kakinya dengan perlahan menuju bangkar rumah sakit, yang terdalat Kiara, gadis nya tengah terbaring lemah disana.

Alveno meringis pelan karena melihat banyaknya infus-infus serta selang sialan yang menempel di tubuh Kiara.

Ingin rasanya cowok itu mencabuti selang-selang itu, dan membuangnya ke rawa-rawa.

"Rara.." Lirih Alveno sembari duduk disampimg bangkar Kiara dan menggenggam erat jemari gadisnya.

"Pasti kamu kesakitan ya, pakai semua infus-infus itu?"

"Kenapa kamu yang kaya gini sih Ra? Kenapa gak aku aja. Andai waktu bisa diulang dan aku yang harusnya berada di posisi kamu."

"Aku tau, kamu masih nyimpen banyak rahasia yang aku gak ketahui."

Memang benar, selama ini, Kiara tidak pernah menceritakan tetang masa lalunya. Ia terlihat seperti tidak memiliki masa lalu. Yang bahagia dan fine-fine saja.

Namun Alveno juga tidak memaksa kepada Kiara untuk menceritakan itu semua. Tidak. Tidak akan.

"Andai aku gak ikutin kata Lauren waktu itu Ra."

"Aku janji, bakalan nemuin orang yang udah nabrak kamu, sampe-sampe kamu kaya gini."

Percayalah, hanya orang bodoh yang berbicara seperti itu. Hanya berandai-andai, seakan bisa mengembalikan kejadian yang seharusnya tidak terjadi. Seperti Alveno ini.

Tetapi ia merasa bodo, selagi ia bisa mengapa tidak dilakukan saja?

"Aku mohon kamu bangun Ra..." Lirih Alveno. Kepalanya ia letakkan disamping lengan Kiara.

"Emangnya kamu nggak pegel apa, tidur selama dua bulan?"

"Aku juga bangga sama kamu karna kamu bisa ngejalanin oprasi sekaligus."

"Dan ada orang yang baik banget sama kamu Ra. Udah ngasih hatinya buat kamu, waktu kamu transplatasi hati."

Setelah berucap seperti itu, jemari Kiara bergerak. Alveno merasakannya, dan cowok itu sedikit tersentak.

Ia pikir, ini adalah halusinasinya, ternyata bukan.

Perlahan Kiara membuka matanya, dan menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retinanya. Gadis itu meringis pelan, seraya memegangi kepalanya yang di perban.

Dengan cekatan, Alveno segera memencet tombol darurat berwarna merah, yang terdapat di samping bangkar Kiara.

Tidak lama, Dokter dan dua orang suster memasuki ruangan Kiara.

"Saya cek dulu sebentar ya," Ujar Dokter Irham.

Alveno mengangguk dan membiarkan Dokter itu memeriksa Kiara dengan teliti.

Dokter di depan Alveno menghembuskan nafasnya lega, "Syukurlah! Keadaannya sudah sedikit membaik. Tolong jangan banyak bergerak ya, biarkan dia istirahat sampai dia benar-benar pulih. Jangan memaksa dia untuk mengingat, karena Kiara mengalami Amnesia sementara akibat pendarahan di otaknya." Ucap Dokter, kepada Alveno.

CHANGE UP [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang