"Lo sendiri? Bolos kan? Ngapain ngikutin gue?"

"Gue nggak bolos, kok. Gue tuh ngebujuk lo biar nggak bolos," jawab April.

Januariz diam setelahnya, hanya terus meneruskan langkah menuju bagian belakang sekolah.

April tahu betul tempat di mana JIPS sangatlah sepi, ruangan bela diri—juga tempat di mana Tomori biasa mengintip anak-anak karate di sana. Ruangan terbuka yang beratapkan langit asli itu sangatlah luas, di sana juga terdapat bagian tembok yang terhubung dengan jalan setapak. Biasanya tembok itu digunakan murid-murid untuk membolos dengan cara melompatinya.

April tak menyerah untuk menghentikan Januariz, ia pun bersidekap ke tembok ketika melihat Januariz telah mengambil ancang-ancang untuk melompat. "Percuma lo bolos, besok-besok juga dapet hukuman dari Bu Pundrama."

"Kata siapa?"

"Lo lupa kalau JIPS tuh ada CCTV di mana-mana?"

Januariz menghela napas kasar, memutar tubuh berhadapan dengan April yang masih bersikukuh menghentikannya. "Denger yah, anak Einstein. Soal bolos-membolos, gue raja-nya dan—kayaknya lo lupa kalau bokap gue pemilik sekolah? Jadi gue tahu kalau di bagian belakang ini, CCTV-nya udah dicabut sejak dua bulan yang lalu. Apa artinya?"

April tak menjawab hanya mengerucutkan bibirnya dengan kesal.

Januariz melanjutkan, "Artinya gue bisa bolos dan lo bisa kembali ke kelas."

April menyisir pandangannya ke setiap sudut tembok ruangan bela diri, bertepatan dengan matahari pagi yang menyinari keduanya. Gadis itu mencari kamera pengintai yang biasanya terletak di setiap ruangan JIPS, tetapi tidak ada. Januariz benar, di sana tak ada CCTV atau mungkin bisa dibilang satu-satunya ruangan yang tidak terdapat CCTV. 

Mendadak, April merasa deja vu. Mengulang kalimat Januariz yang menyinggung bahwa CCTV telah dicabut sejak dua bulan yang lalu—di mana dua bulan yang lalu adalah saat di mana Septria dinyatakan bunuh diri.

April ingat saat di mana Septria masih hidup, mengintip lelaki yang melakukan bela diri di belakang sekolah bersama Tomori untuk yang pertama kalinya dan atensinya sempat terpusat pada CCTV yang saat itu berada tepat di atas April. Alhasil, April panik, menyuruh Tomori dan Septria lekas pergi dari sana sebelum Bu Pundrama menemukan mereka menjadi kawanan penguntit.

Ingatan itu terasa samar-sama dalam kepala April, seakan memastikan apa benar ruangan bela diri punya CCTV atau tidak?

"Malah bengong lagi," gerutu Januariz. "Balik sana ke kelas."

April tidak merespon seruan itu, ia malah menatap Januariz dengan serius. "Kenapa CCTV-nya bisa dicabut? Setahu gue di sini ada CCTV kok."

Januariz berkacak pinggang, sejenak memasang tampang berpikir. "Yang gue dengar, CCTV sekolah tuh rusak. Ada yang rusakin dan diganti dengan yang baru. Kenapa?" Kemudian raut wajah lelaki itu berubah menjadi serius. 

April ragu untuk menyanggah jawaban dari Januariz karena hal itu terkesan konyol jika ia menghubungkan kematian sahabatnya dengan CCTV yang rusak. Yah, akhir-akhir ini, mungkin April terlalu banyak memikirkan tentang Septria sehingga apapun informasi yang ia dengar selalu berhasil menyangkut pautkannya dengan Septria.

"Dua bulan yang lalu, kematiannya Septria, kan?" tanya Januariz. April menjawabnya dengan anggukan pelan. "Apa lo mikir sesuatu tentang itu?"

"Apa tepatnya?"

"Kalau Septria diperkosa di—sini?" Manik mata milik April melebar ketika Januariz menjawab dengan cepat, lelaki itu berdehem canggung. "Ugh, ya, gue tahu emang nggak masuk akal, tapi—kalau CCTV dicabut tepat di hari kematian Septria, bukannya itu berhubungan, yah?"

Seamless (TERBIT)Where stories live. Discover now