Chapter 2 (Part 3)

Start from the beginning
                                        

Jamie Anderson namanya. Badan kurus, berparas lugu. Deskripsi fisik yang cocok sekali untuk seorang bocah cupu. Awalnya, aku tidak percaya kalau dialah orang yang diceritakan bunda. Lagipula, hidupku sudah sempurna sekarang. Temanku banyak, jabatanku tinggi, jadi primadona sekolah. Apa gunanya lagi sosok itu dalam hidupku? Tapi, dari balik pertanyaanku itu. Tumbuh segenap perasaan yang seakan-akan berusaha untuk mengikat diriku dengannya. Sekuat apapun aku dalam berusaha memungkiriya, ikatan itu ada dan semakin menguat. Dari sana, datanglah sebuah pertanyaan lagi dari dalam benakku. "Ikatan apa ini?"

"Catherine, kamu baik-baik saja?" tanya Jamie tiba-tiba. Menghentikan kereta pikiranku.

"H-hah? Ya, memang kenapa?"

"Kelihatannya kamu sedang memikirkan sesuatu. Apa ada masalah?" tanyanya peduli.

"Gak usah kepo dah. Gak ada apa-apa." Balasku ketus.

Tidak, aku tidak akan membiarkan ikatan itu menang! Mau bagaimanapun, dia hanya rekan kerjaku. Tidak kurang tidak lebih.

            Mobil terasa lenggang sepanjang perjalanan. Aku sibuk melihat pemandangan kota yang diterpa mentari senja. Tidak ada bosan-bosannya aku melakukannya. Ada sebuah tempat di markas dimana aku biasa melakukan itu. Ya, tempat itu adalah puncak bukit markas. Tiap kali aku berkunjung ke markas, setidaknya aku harus kesana sekali.

Kaca mobil mulai menggelap. Jujur, aku sendiri belum pernah melihat bagian terakhir jalan menuju markas. Katanya, aku akan diberitahu setelah "misi utama"ku diberikan.

Ya, selama satu tahun dan beberapa bulan bekerja untuk organisasi, aku hanya diberikan misi-misi ringan. Sepernah-pernahnya aku mengangkat senjata dalam misi, itu hanya saat aku ditugaskan menangkap kelompok penjual narkoba. Itu pun aku tidak menembakkan satu peluru pun.

Soal misi utamaku, hanya satu petunjuk yang mereka berikan padaku. Aku membutuhkan Jamie untuk menyelesaikannya, sebagaimana di ramalan takdirku.

Suara air terjun terdengar nyaring dari luar mobil. Kami sudah sampai. Tepat setelah suara itu menghilang, mobil berhenti sempurna seraya membukakan pintunya. Aku pun melangkah keluar, dengan Jamie mengikutiku.

"Ah, akhirnya datang juga kalian." Sambut seseorang yang sangat kukenal.

Bukan, dia bukan ketua organisasi, bukan juga Pak Hilton. Dia adalah agen terbaik dalam organisasi. Dia adalah komandan satu pasukan penyerbuan. Reinhart Pendragon.

Tampan, postur tubuh sempurna, perhatian. Pokoknya lelaki sempurna yang kuimpi-impikan. Aku sempat mengira dialah sosok itu, tapi. Ada satu hal yang tidak dia miliki, sihir.

"K-kak Reinhart..! Ka-kakak sedang apa disini? Bukannya kakak sedang dalam misi?" tanyaku gagap, termabukkan oleh ketampanannya.

"Misiku sudah selesai sejak kemarin. Dan aku juga penasaran seperti apa orang yang ditakdirkan menjadi penyelamat dunia." Jawabnya.

Aku menoleh ke arah Jamie. Oh, aku lupa kalau ada dia sekarang.

"Ah, kamu pasti Jamie ya? Salam kenal. Namaku Reinhart Pendragon. Panggil saja Reinhart. Aku adalah komandan satu dari pasukan penyerbuan. Senang bertemu denganmu." Ujarnya sambil menyodorkan tangannya.

Jamie meraih tangannya, "ya, senang bertemu dengan kakak juga."

Reinhart tersenyum. "Ayo, aku tidak sabar melihat kalian di medan pertempuran."

Kami bertiga melangkah menuju ruang simulasi seraya membalas sapaan para petugas. Dari yang setingkat OB hingga kepala intel yang menyapa kami.

Sebenarnya cukup mengherankan. Entah mengapa hari ini lebih ramai dibanding kemarin. Apakah akan ada acara? Setahuku keramaian seperti ini hanya terjadi setahun sekali dalam rangka acara perkumpulan tahunan. Bukankan acara itu masih dua bulan lagi?

Sesampainya kami di ruang simulasi, Pak Hilton menyambut kami. Aku pun sempat menanyakan perihal alasan keramaian ini di markas.

"Oh, itu. Latihan pertama kalian berdua akan disaksikan seluruh anggota organisasi yang hadir pada hari ini. Mereka sangat penasaran dan bersemangat ingin melihat kemampuan kalian. Terutama kamu, Jamie. Baru sekali mereka melihatmu beraksi di lapangan saat melawan Catherine." Jelasnya.

"A-apa?! Me-mereka melihat duelku?! Ah, itu tidak penting. Tapi, kenapa mereka harus datang? Bukankah mereka memiliki misi? Dan, kalau meskipun mereka harus, bisa saja lewat rekaman kan? Seperti duelku..!" balasku bertanya.

"Hahaha, tenang saja. Pihak kepolisian menggantikan posisi mereka untuk sementara. Dan, mereka yang menjalankan misi berat tetap menjalankannya. Dan ditambah lagi, mereka bisa memberikan masukan akurat untuk kalian nanti menghadapi "misi utama" kalian." Balasnya lagi, menjelaskan.

Aku mengangguk-angguk, menerima penjelasannya.

"Catherine, apa itu "misi utama"?" tanya Jamie penasaran.

"Nanti kamu juga tahu." Balasku. Karena sejujurnya aku sendiri juga belum tahu.

***

SynchronizationWhere stories live. Discover now