I'M NOT STUPID ; 40

2.4K 200 32
                                    

"Aku suka sama kamu Mahesa." Kania mengurungkan jalannya ketika mendengar nama Mahesa disebut oleh seseorang yang Kania hapal betul siapa pemilik suara tersebut. Gadis itu kemudian menoleh dan netranya langsung tertuju pada Shella dan Mahesa yang berdiri di depan ruangan cinematografi dengan saling berhadapan.

"Ini yang harus aku lakukan dari dulu, bilang ke kamu kalau aku mencintai mu. Aku mau kamu jadi pacar ku, Sa."

Deg! Kania mengeratkan tangannya pada sketchbook yang ia bawa. Gadis dengan baju seragam di perkecil itu begitu terkejut dengan apa yag barusan ia dengar. Matanya memanas melihat Shella mengutarakan perasaannya pada cowok yang begitu dicintainya itu. Meskipun beberapa hari yang lalu Kania mengatakan menyerah memperjuangan Mahesa namun cintanya pada cowok itu belum hilang.

Setelah sekian lama bersaing dengan Shella kini Kania bisa mendengar dan melihat sendiri gadis itu mengutarakan perasaannya.

"Jawab, Sa. Kamu diam berarti jawabannya iya?" Tanya Shella. Kania bisa melihat Mahesa tersenyum tipis kemudian hal selanjutnya yang membuat air matanya keluar adalah Shella yang langsung memeluk Mahesa.

Kania tertawa namun air mata yang menetesi wajahnya semakin banyak. "Hah? Apa-apaan nih?" Guman Kania seraya menghapus air matanya dengan kasar.

"Lo terlalu percaya diri kalau Mahesa juga punya rasa sama lo. Goblok, nggak punya otak, sinting. Harusnya sadar diri dan tau posisi, Mahesa mana bisa suka sama cewek no brain kayak lo." Maki Kania pada dirinya sendiri. Gadis itu membuka kembali pintu ruangan lukis dibelakangnya. Begitu pintu tertutup Kania menjatuhkan dirinya ke lantai dan terisak disana.

Sakit sekali rasanya. Jadi ini jawaban dari semesta? Jadi ini ending dari perjuangannya? Kenapa ia tidak terima mengetahui fakta baru ini. Mahesa yang ia impikan untuk menjadi miliknya ternyata sudah menjadi milik orang lain.

Terlalu cepat.. terlalu mengejutkan...

"Bodoh lo Kan. Mimpi lo terlalu tinggi. Harusnya sadar diri, no brain kayak lo tuh nggak pantas buat Mahesa. Harusnya dari dulu lo nyerah aja. Mana bisa lo bersaing sama Shella yang maha sempurna itu?! Nggak punya otak lo, Kan! Minimal kalau udah bodoh dalam pelajaran jangan bodoh juga soal percintaan!" Kania mengumpat sembari memukuli kepalanya sebagai pelampiasan. Keputusannya beberapa hari yang lalu untuk berhenti memperjuangkan Mahesa sudah tepat namun kenapa Mahesa dengan mudah menerima Shella untuk jadi pacarnya?!

Lagi-lagi ia kembali menghapus air matanya lalu gadis bersurai panjang dengan ujung curly itu membuka sketchbook yang ia bawa tadi. Tangisnya kembali pecah ketika sadar jika sketchbook itu hanya tersisa satu lembar saja. Kenapa bisa pas begini? Kenapa lembaran kertas putih itu bisa habis tepat ketika Mahesa menjadi milik orang lain. Jadi ini beneran akhirnya?

"Berhenti nangis bangsat," lagi-lagi gadis berbaju ketat itu mengumpati dirinya sendiri. Sial hari pertama masuk sekolah setelah skorsing dirinya mendapatkan fakta yang menyakitkan.

Kania teringat kembali ucapannya dulu dengan Mahesa bahwa ia akan membuat cowok itu mencintainya dan ia akan jadi pemenangnya. Tapi kini realita menghajarnya, ia tidak pernah bisa menang dari cowok itu. "Makanya punya mimpi itu jangan tinggi-tinggi. Tahu kan kalau jatuhnya bakal sesakit ini!"

~INS~

"Anjir Kania kemana sih nggak balik-balik katanya cuma nyatetin perlengkapan di ruang lukis kok lama banget, " Febby berujar seraya memegangi perutnya. "Mana gue udah laper banget lagi."

"Yoi sama, gue chat juga nggak dibales," celetuk Bella. "Nah itu anaknya!" Tunjuk Bella pada Kania yang tengah menuruni tangga membuat Bella dan Febby langsung menghampiri temannya itu.

[RWS#1] I'M NOT STUPIDWhere stories live. Discover now