I'M NOT STUPID ; 08

2.4K 191 5
                                    

Tin... Tin... Tiiinnnnnnnnn

Sautan klason kendaraan di lampu merah itu mulai terdengar nyaring saat lampu berganti menjadi hijau. Antrian kendaraan yang begitu panjang tersebut seperti tidak sabar ingin segera jalan agar terbebas dari kemacetan yang sejak tadi mereka rasakan.

Kania mengajak dua anak kecil yang bersamanya itu untuk menepi. Membiarkan kendaraan-kendaraan itu pergi setelah dirinya berhasil menjual beberapa tisu, permen, serta minuman dingin pada mereka.

"Alhamdulillah kak jualan kita sore ini banyak yang beli. Tinggal sedikit lagi udah habis," Dion berujar dengan wajah berbinar seraya menunjukan beberapa produk jualan yang masih tersisa kepada Kania.

Kania tersenyum lalu menganggukan kepala,"Iya tinggal dikit lagi habis."

"Yee bisa pulang sebelum mahrib, makasih Kak Kania udah mau bantuin," timpal Fita yang merupakan adik kandung Dion.

"Loh kok bilang makasihnya ke kakak? Ini semua kan karena kerja keras kalian. Hebat banget adik-adik kakak ini," timpal Kania seraya mengusap keringat di dahi Fita.

"Mereka pada beli karena yang jual cantik," timpal Dion. Meskipun baru berusia sebelas tahun, anak laki-laki itu sadar bahwa ketika dirinya menawarkan jarang ada yang beli namun begitu Kania yang menawarkan yang beli langsung banyak.

Kania geleng-geleng kepala mendengar kalimat itu.
Gadis itu kemudian mengaitkan rambutnya lalu kembali menunduk. "Habis jualan nggak lupa kan sama kegiatan kita?"

"Iyaa nggak lupa." Jawab keduanya dengan semangat.

"Bagus! Tapi pulangnya nunggu Kak Bella sama Kak Febby dulu ya," titah Kania yang diangguki oleh dua anak kecil itu.

Kania menatap sendu dua anak kecil tersebut, diumurnya yang masih kecil ini mereka harus bekerja dari pagi sampai sore. Fita, Dion, dan juga banyak anak jalanan yang Kania kenal itu bahkan tidak bersekolah dan memilih untuk membantu orang tuanya. Hal itu juga yang menjadi awal mula Kania dan dua sahabatnya itu sering datang mengunjungi mereka.

Sore itu pun Bella dan Febby juga ikut berjualan dan mengamen bersama anak-anak yang lain di lampu merah disebrang jalan ini.

Gadis cantik yang saat itu mengenakan celana jeans dan kaus putih polos itu menghela napas panjang lalu menatap lampu yang sebentar lagi berubah warna.

Sembari menunggu kendaraan berhenti Kania lebih dulu mengikat rambutnya, demi Tuhan, hal sederhana yang Kania lakukan itu mampu menarik perhatian pengguna jalan yang lewat.

"Kak Kania lampu merah!" Seru Fita. Kania mengangguk lalu mulai berjalan dan menawarkan jualannya.

Kania mendekati salah satu mobil dan mulai menawarkandagangan yang ia bawa. "Minuman dinginnya kak, ada tisu dan permen juga."

Kania tersenyum ketika pemilik mobil tersebut menurunkan kaca mobilnya, namun sesaat kemudian Kania terkejut bukan main melihat orangyang ada didalamnya. Tempat ini jauh dari daerah rumah dan sekolahnya dan diantara banyaknya kendaraan dilampu merah ini kenapa Kania harus bertemu orang-orang ini?!

"Ngapain lo jualan beginian? Duit dari sugar daddy lo masih kurang?!" Satya berujar dan dilanjutkan dengan tawa Fikri. Didalam mobil itu juga ada Ratna dan Kinan. Sebenarnya empat orang itu juga terkejut melihat Kania dengan membawa kotak jualannya yang dipeluknya seperti penjual lampu merah pada umumnya.

"Bacot lo!" timpal Kania dengan malas. Ia baru akan pergi namun Fita datang menghampiri. "Kak Kania masih punya tisu basah? Itu ada yang mau beli tapi yang ku bawa habis."

[RWS#1] I'M NOT STUPIDWhere stories live. Discover now