18. Mencari Jawaban

Start from the beginning
                                    

April menggeleng.

"Gue udah janji kalau cerita ini nggak akan gue bilang ke siapa-siapa."

"Kalau ditutupin, itu artinya dia bukan kerabat Septria."

Kali ini, April menatapnya.

"Kalau dia beneran kerabatnya Septria, harusnya dia nggak nutupin kenyataan ini. Harusnya dia berani angkat suara. Ini sama aja dia nyakitin Septria."

Ya, Januariz benar.

Jika Lini dan Febrian memang benar sedekat itu dengan Septria, seharusnya mereka tidak menutupi kasus ini—kalau Septria bunuh diri karena ada yang menganggunya di sekolah. Tak ada orang yang tega membiarkan orang terdekatnya pergi meninggalkan luka yang mendalam.

Terlebih dalam hal ini, diperkosa.

"Gue bakal ikut lo pergi ke rumah cewek itu."

April mengernyit.

"Januariz," tegur April membuat langkah Januariz tertahan.

"Gue mau tahu, kenapa lo tiba-tiba tertarik ngurusin kasus bunuh diri ini?"

"Kenapa yah ...,"

Januariz menatapnya dengan mata yang memicing.

"Gue penasaran aja, sekolah yang dibangun ayah gue ini ... serusak apa."

🐾🐾🐾

Tidak mendapatkan jawaban dari seorang Owy Rener bukanlah jalan buntu untuk Januariz dan April yang sampai saat ini belum menyerah dan masih berfokus pada tujuan mereka mengenai kematian Septria. Hadirnya Tomori pun menambah ambisi yang kuat bagi keduanya untuk terus mencari tahu. Dan tepat—opsi terakhir mereka tertuju pada sebuah gubuk, tempat di mana April mendengar kenyataan tentang sahabatnya beberapa hari yang lalu.

Sepulang sekolah, April, Januariz dan Tomori mampir di gubuk tersebut, menyusuri gang-gang sempit yang nampaknya sangat kumuh dan tak terurus; sampah berserakan di sekitaran gubuk dan sebuah kursi kayu usang tergeletak di depannya. Pemandangan yang tak begitu asing bagi April, ia bahkan pernah tidur di bawah kolong jembatan dulu, saat ia masih kecil—bersama ayahnya yang sudah tiada.

Sempat terdengar suara wanita di dalam yang sedang berseru kepada Febrian dengan nada suara yang terdengar sangat lesu membuat ketiga murid JIPS yang sudah berada di depan gubuk tersebut saling bertatapan. 

"Feb, kamu nggak akan mencuri lagi, kan?"

Tak ada suara setelah pertanyaan itu seakan lelaki bernama Febrian enggan menjawabnya. "Feb, kakak udah bilang, kamu kalau ngamen yah ngamen aja. Tapi jangan pernah berpikir untuk mencuri. Kamu pikir, hasil curian kamu itu bisa bikin kakak senang?"

April terpaku mendengarnya, teringat bahwa ia sempat menemui lelaki itu mencuri di sebuah toko depan rumah sakit. Tak begitu lama ia bungkam saat suara Januariz berbisik terdengar begitu jelas di telinganya. "Pril, lo yakin orang-orang dalam gubuk ini kerabat Septria juga?"

April menatapnya, mengangguk yakin. Ia pernah melihat Febrian berada di pusara Septria, yang berarti mereka pasti kenal sangat dekat. Januariz hanya membalasnya dengan embusan napas berat seakan meragukan kepastian dari April. Sedetik kemudian, April memantapkan hatinya untuk mengetuk pintu gubuk secara pelan.  

Tok tok tok

Dari dalam tak terdengar suara apapun. Belum ada yang membuka pintu pada ketukan pertama April, namun hal itu tak lantas membuatnya menyerah. Ia terus mengetuk pintu hingga muncullah wajah Febrian yang begitu datar kala menyadari bahwa tamunya hari itu adalah April. 

Seamless (TERBIT)Where stories live. Discover now